BAB 6

39 9 4
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Setelah Tiya bercengkrama dengan teman-temannya dan masuk kelas untuk kedua kalinya, akhirnya ia pulang ke rumah. Ada perasaan berbeda hari ini, Tiya sangat senang karena Tiya sekarang sudah memiliki teman, yang dapat mengerti dan menerima kondisi dirinya. sesampainya di rumah, Tiya membersihkan diri, lalu makan dan beristirahat, sembari beristirahat Tiya bermain game di handphone-nya, ketika  sedang asik  bermain game tanpa disadari Tiya tertidur, dalam tidurnya bermimpi.
.
.
.
.
‘Dimana ini?’ Tanyanya pada diri sendiri. Tiya seperti didalam hutan yang begitu rimbun, gelap dan sunyi.

Tiya berjalan melewati jalan setapak di depannya, ia berusaha mencari jalan keluar. ketika berjalan, sayup-sayup terdengar suara banyak orang yang tertawa dan suara gamelan yang khas di pesta pernikahan, seakan-akan ada pesta pernikahan di tengah hutan tersebut. Karena penasaran Tiya menghampiri asal suara tersebut, benar saja, dia melihat pesta yang megah dan mewah di tengah hutan tersebut. Saat melihat semua orang yang berada di sana tanpa sengaja Tiya melihat Shella yang sedang duduk di antara kerumunan orang tersebut, Tiya pun menghampirinya.

"Shel kamu ngapain disini?" Tanya Tiya
"Tiya?! Lo yang ngapain ke sini?" Kata Shella balik bertanya
"Aku aja gak tau shel, tiba-tiba aku ada disini, shel aku mau keluar dari sini, aku ga suka gelap" jawab Tiya dengan nada yang agak merengek.
"Yaudah yuk, kita pulang" balas Shella.

Saat Shella dan Tiya hendak pergi, terlihat orang-orang memandangi mereka dari tempat mereka berpijak. Untuk sesaat, orang-orang yang berada disana melihat mereka dengan tatapan yang intens, Shella dan Tiya pun saling berpandangan, namun suara teriakan dari salah seorang disana membuat Tiya dan Shella langsung tersadar.

"Tangkap mereka" teriak salah seorang yang ada di sana.

Melihat itu Shella menarik tangan Tiya dan segera berlari. Saat mereka mulai kelelahan dan bingung harus bagaimana, tiba-tiba muncul seorang wanita yang sangat cantik. Tapi Shella dan Tiya tidak mengenal siapa wanita yang mereka jumpai. Dia menanyakan apa yang terjadi pada mereka berdua, namun hanya Shella yang menjawab sebab Tiya takut, karena Tiya tidak tahu wanita tersebut sejenis makhluk apa, dia seorang manusia kah atau makhluk yang memang Tiya seharusnya tidak lihat.

Mendengar jawaban Shella, wanita itu
memerintahkan mereka berdua untuk berlari dan bersembunyi. wanita itu berjanji akan menolong Shella dan Tiya. saat berada ditempat persembunyian, Shella dan Tiya dapat melihat bagaimana wanita itu mencekik satu persatu orang-orang yang mengejar mereka.

Ketika melihat kejadian itu, Tiya sangat syok dan melihat Shella dengan tatapan tanda tanya, sebetulnya makhluk apa itu?

Tiya pun membuka mulut.
“Shel, dia siapa?”

Tidak menjawab pertanyaan Tiya, Shella justru tersenyum misterius kepada Tiya, sampai pada akhirnya terdengar suara Shella.
“Bangun, Tiya” ucapnya sambil berbisik.
.
.
.
.
Tiya terbangun kaget dan menyadari bahwa itu sebuah mimpi yang terasa nyata. Tiya pun mengatur nafasnya dan juga membasuh keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Tiya melihat jam di dinding, sudah pukul 12 malam. Cukup lama Tiya tertidur semenjak tadi sore. Tiya mengambil handphone nya dan terlihat 15 panggilan tak terjawab dari Shella.
.
.
.
.

Tiya POV

Setelah terbangun dengan keadaan yang kaget setelah mimpi itu aku tidak bisa kembali tertidur, dan aku pun memutuskan untuk mengerjakan tugas kuliahku, aku takut kalau aku akan bermimpi hal yang sama. Shella menelponku semalam tapi aku tidak menelponnya kembali karena aku takut melihat sosok Shella yang ada di mimpi ku semalam. Dari kejauhan aku melihat Shella yang seperti mencari seseorang.

‘Ah, apa Shella mencari ku?’ batinku,

Aku segera menghindar dan mengambil jalan memutar untuk sampai ke kelas, karena kejadian itu aku tidak ingin melihat Shella untuk sekarang ini karena aku merasa Shella sedang menyembunyikan sesuatu di balik senyum misteriusnya di malam itu, walaupun hanya mimpi tapi kejadian itu sungguh jelas di ingatan ku. Tanpa sadar, langkah kaki ku menapaki jalan yang berlawanan untuk sampai ke kelasku.

‘Tunggu, kenapa aku lewat sini?’ batin ku

Aku pun melihat ke sekitar, ternyata ini adalah belakang gedung dari fakultas kedokteran di kampus ku.

‘Ah, aku salah lewat.’ batin ku berbicara kembali.

Belakang gedung dari fakultas kedokteran ini memang agak gelap dan juga banyak pohon rindang. Sambil memperhatikan sekitar, aku melihat meja taman yang di tengah pepohonan rindang tersebut.

‘Ah, tempatnya terlihat agak kotor dan mengerikan’ batinnya tiba-tba.
.
.
.
‘Tidak kotor tapi memang mengerikan’
.
.
.
‘Ahhh tidak kotor ternyata’ batin ku
.
.
.
Tunggu.
Tungguu.
Itu tadi buka suara batin ku.

‘Suara siapa?’ ucapku dalam hati dengan rasa gemetar yang amat sangat.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuh pundak ku, tanpa berpikir panjang aku pun berlari tanpa mengeluarkan suara apapun.

/Ending POV/

Di belakang gedung fakultas kedokteran terlihat dua orang mahasiswi, yang satu terlihat diam dengan tatapan yang waspada dan juga tubuhnya agak sedikit bergetar dan satunya lagi berdiri tepat di belakang mahasiswi yang terlihat ketakutan tersebut. Tanpa memperhatikan sekitar mahasiswi yang datang lebih dahulu berlari meninggalkan tempat itu tanpa mengeluarkan suara. Sisa mahasiswi yang satunya, sambil terpaku dengan kaget dia melihat orang itu berlari setelah mahasiswi itu menyentuh pundaknya. Sampai pada akhirnya mahasiswi itu pun tersadar dan berlari mengejarnya.

Shella POV

“Tiyaaa”
“Heiiii”

Dengan suara yang ngos-ngosan gue mengejar Tiya. Dengan kecepatan penuh gue pun berlari untuk menyusul Tiya.

“HEH, lu ngapa tiba-tiba lari dah!!” ujar gue dengan nada yang ngos-ngosan.

Tiya pun menengok dengan tatapan yang membelalak dengan kagetnya dan setelah melihat wajah gue dia pun menghembuskan nafas panjang dan tenang.

“Lo kenapa anjir!?” tanya gue.
“Kamu dari tadi ngikutin aku?” tanya Tiya dengan nada yang agak ngegas.
“Engga, gue tiba-tiba ngeliat lu jalan ke belakang gedung fakultas kedokteran, terus gue panggil deh nama lu, tapi lu ga ngegubris panggilan gue.” tutur gue.
“Kamu manggil aku? Aku ga denger sama sekali” jawabnya.
“Nah, makanya itu, karena lu ga nyaut, gue sentuh deh pundak lu” jelas gue.

Tiya pun terdiam, lalu menjawab.
“Bukannya kamu ada ngomong sesuatu seperti ‘tidak kotor tapi memang mengerikan’ ya?” tanya Tiya.
“Engga kok, ga ada ngomong kaya gitu gue, suer deh”

‘Ini anak kenapa sih?’ batin gue.

Tiba-tiba Tiya terlihat pucat dan berbalik tanpa menyahuti ku sama sekali.

‘Aneh’

/Ending POV/

Terlihat sesosok wanita yang senyum menyeringai di antara pohon rindang, menyadari salah satu dari mereka ada yang melihatnya, ia pun kembali bersembunyi di balik pohon itu.

MOR EXPEDITIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang