BAB 9

17 6 2
                                    

Malam itu, Tiya melamun memikirkan apa yang terjadi.

Kringgg kringgg kringggg

Terdengar suara handphone Tiya berbunyi, menandakan seseorang tengah meneleponnya. Terlihat di layar kaca tertulis nama 'Shella'. Tiya pun menjawab telponnya itu.
"Halo,, Tiya" kata Shella dari seberang telpon
"Iya laa? Ada apa?" Balas Tiya
"Lu gapapa kan?" Tanya Shella
"Iya, aku gapapa kok" jawab Tiya dengan sedikit lesu
"Tiya, gue tau apa yang lo liat tadi, kalo lo ada liat sesuatu cerita aja sama gua atau sama anak-anak mor, lu ga sendiri Tiya" ucap Shella panjang lebar
"Iya laa, aku tau kok tapi aku masih takut, takut kalian ga percaya sama apa yang aku liat, takut kalian ngeraguin apa yang aku liat, takut kalian anggep aku aneh, aku aja masih gak yakin sama diri aku sendiri" jawab Tiya tak kalah panjang.
"Ga usah takut Tiya, ga cuma lu yang bisa liat ada gua, gua juga bisa liat mereka, ada Bang Nanda yang juga sama, dan yang lainnya juga sama bedanya mereka cuma sensitif gak bisa liat langsung wujudnya, mereka juga sama punya pengalaman mistis yang berhubungan sama dunia 'mereka' " ujar Shella.
"..." Tiya terdiam, mencoba mencerna setiap kata dan kalimat yang Shella katakan dari ujung telpon sana.
"Tiya? Kok ku diem?" Tanya Shella.
"Eh, iya? Maaf, aku masih bingung?" Jawab Tiya.
"Ya udah, gapapa. Mmm, gini aja deh, besok setelah selesai kelas terakhir kita kumpul di basecamp, kita bakal nyeritain pengalaman mistis kita sama lu, biar lu ga ngerasa sendiri" kata Shella memberi usul.
"Mmm, okee" balas Tiya menerima usul itu.
"Yaudah sampe ketemu besok, gue tutup telponnya yaa, byee" ucap Shella mengakhiri pembicaraan.
"Byee" balas Tiya.

***

Matahari terbit dari timur, menandakan hari sudah pagi. Tiya tengah asyik menyiapkan sarapan paginya, tiba-tiba saja terdengar bisikan yang terdengar lirih.
‘Kumohon Tiya, bantu aku, aku berjanji takkan mengganggu mu lagi asal kau mau membantuku’ kata bisikan itu.
Mendengar itu, Tiya terdiam kaku, tanpa Tiya sadari ia menjawab
‘Entahlah, aku tak mengerti harus membantumu seperti apa? Tapi akan ku coba pikirkan itu’.
‘Baiklah’ jawabnya, dan menghilang.
*
Jam tangan Tiya sudah menunjukan pukul 12 lewat 30 menit, ia kini tengah berada di basecamp MOR bersama teman-teman nya.

"Jadi gini, kemaren gue udah ngomong sama Tiya kalo kita bakal nyeritain pengalaman mistis yang kita alami sebelum kenal Tiya, gimana? Setuju?" Tanya Shella membuka pembicaraan.
"Oke aja si gua mah" kata Zen dengan cepat.
"Setuju aja si gua mah, sekalian  berbagi cerita juga sama Tiya" kata Nanda.
"Oke semuanya setuju ya?" Tanya Shella memastikan bahwa semua temannya menyetujui idenya. Mereka hanya mengangguk dalam artian mereka setuju.
"Dari sapa dulu nih ceritanya?" Tanya Reno heboh.
"Gua lah, gua yang punya ide" kata Shella.

Dan seketika semuanya terdiam membisu mendengarkan cerita masa kecil Shella.

"Jadi gini, duluu gue waktu itu masih umur 5 tahun kalo ga salah, ya kalian tahu lah pas umur segitu pas lagi asyik-asyiknya main, suatu hari tidak ada seorangpun yang ngajak gue main, karena gue bosen, gue main lah di sungai dan itu sendirian, gue main di pinggir sungai sambil nyanyi-nyanyi, nari-nari ya gitu-gitu lah. Tapi, saat gue lagi asik nyanyi gitu di tengah-tengah sungai itu gue liat kaya ada kain lusuh gitu, kotor dekil warna putih tapi transparan, gua awalnya berpikir positif mungkin itu plastik yang nyangkut, atau ga kain yang nyangkut di ranting, fyi gua liatnya bagian bawah, nah kan gua pikir tuh nyangkut ranting atau kayu gitu kan, tapi setelah gua perhatiin lagi gak ada ranting atau kayu, ya namanya anak kecil kan penasaran ya, akhirnya gua liat tuh dari atas sampe bawah, eh pas sampe atas 'deg' gua liat cewek matanya melotot liatin gue kaya kesel gitu, dengan rambutnya yang berantakan, matanya yang melotot dan menatap gue dengan tatapan yang dingin dan gue ga bisa lupain kejadian itu,

 Tapi, saat gue lagi asik nyanyi gitu di tengah-tengah sungai itu gue liat kaya ada kain lusuh gitu, kotor dekil warna putih tapi transparan, gua awalnya berpikir positif mungkin itu plastik yang nyangkut, atau ga kain yang nyangkut di ranting, fy...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Maaf gaes cuma iseng biar nambah serem

seketika gue cuma bisa diem kaku, sampe gua sadar kalo yang gua liat itu ternyata bukan manusia, akhirnya gue lari kerumah dan sampe rumah gue diem ga cerita sama siapapun" Shella bercerita panjang lebar.
"Mukanya ke gimana laa? Ancur ga?" Tanya Fazly.

"Mukanya ke gimana laa? Ancur ga?" Tanya Fazly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Maaf gaes cuma iseng biar nambah serem (2)

"Ancur bangett ke mukanya Reno, HAHAHAHHAHA!" balas Shella dengan mengejek Reno.

Seketika semua orang tertawa.

"Ye kampret lu, ganteng begini disamain sama mkahluk kaya begitu, asem lu" timpal Reno dengan kesal
"Terus tu cewek ikut lu gak?" Tanya lelaki bernama bernanda.
"Engga tau sih" jawab Shella.
"Mungkin itu makhluknya, kesel denger suara lu yang sumbang laa, makanya dia nampakin diri, HAHAHAHHA!" Balas Reno mengejek Shella.
"Mungkin juga makhluk itu enek liat lu nari laa, Bhahahahaha!" Kata Zen ikut mengejek.
Seketika tawa mereka pecah begitu saja, melihat tingkah laku Reno dan Zen yang mengejek Shella.
"Bangke lu" kata Shella kesal.
"Mmmm, kamu gak takut?" Tanya Tiya, tiba-tiba bersuara.
"Ya awalnya sih takut, tapi kalo kitanya takut merekanya yang seneng ngeliat kita ketakutan" jawab Shella sambil tersenyum.
"Dah ah, siapa lagi yang mau cerita?" Lanjut Shella bertanya pada teman-teman nya.
"Gue!" Jawab Zen yang hampir berteriak.

MOR EXPEDITIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang