Siang itu terlihat Ji sedang duduk di basecamp MOR. Ji diam dan melamun memikirkan Nitya, beberapa hari yang lalu ia melihat Nitya menangis sambil menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Ji hanya diam membisu dan mendengarkan apa yang diceritakan Nitya, Ji tau jika Nitya akan menjadi korban pelampiasan jika dirinya melakukan sesuatu pada Arki, sama seperti hari itu saat Nitya ditampar oleh Arki hanya karena dirinya membela Tiya. Ji sudah berkali-kali meminta Nitya agar keluar dari geng Arki, tapi Nitya begitu keras kepala ia tak mau keluar hanya karena sebuah popularitas.
"Ji, ngalamun Mulu lu " kata Zen yang berhasil membuyarkan lamunan Ji
"Eh elu Zen, iya nih lagi banyak pikiran" balas Ji
"Mikirin Nitya? Emang dia kenapa lagi?" Tanya Zen yang mulai penasaran
"Ya iyalah mikirin dia, siapa lagi coba yang dipikirin Fazli kalo bukan Nitya" jawab Nanda yang baru sampai di Basecamp.
"Apaan si Lo Ber!" kata Ji yang sedikit meninggikan suara pada lelaki yang bernama asli Bernanda itu.
"Ada apa si ko ngegas gitu?" kata Shella yang berjalan ke arah teman-temannya itu, diikuti Tiya yang berjalan di belakang Shella.
"Ini biasa Fazly lagi galauin Nitya, hahaha" jawab Nanda dengan tertawa lepas.
"Emang kak Nitya itu siapa?" Tanya Tiya.
"Nitya itu pacarnya Ji" jawab Shella singkat.Tiya hanya menganggukkan kepala tanda mengerti
"Nitya kenapa lagi? Cerita ngapa Ji, jangan suka dipendam sendiri ntar stres loh kalo Lo stres yang bantuin gue ngerjain tugas siapa?" kata Reno yang entah kapan tiba di Basecamp.
"Yee si Bambang udah bikin kaget, omongannya nyakitin bet ya, udah tau orang lagi banyak pikiran" kata Zen menimpali.Ji pun masih terdiam.
"Emang kenapa si Ji? Cerita ajalah, kaya sama siapa aja" kata Shella.
"Gue bingung sama situasi ini guys, Lo tau kan kalo gue benci banget sama Arki, karena ya Lo tau lah ya gara-gara Arki gue ga bisa ketemu nyokap gue lagi. Tapi, pacar gue yang bener-bener gue sayang ada di bagian gengnya si Arki. Kalo gue bikin si Arki kesel, pasti yang kena si Nitya, kalo gue nyerang tu gengnya si Arki pacar gue gimana?" kata Ji menjelaskan.Ya, semua anggota MOR kecuali Tiya, tahu kalo Ji sangat membenci Arki, karena saat ia tengah tergesa-gesa menuju rumah sakit tempat ibunya dirawat, ia malah dihadang dan dipukuli teman-teman Arki, hanya karena Arki dendam pada Ji yang berhasil menjadi ketua organisasi. Dan karena itu lah, Ji melewatkan saat-saat terakhir ibunya meninggal.
Mendengar apa yang dituturkan Ji, mereka hanya diam membisu tak mengeluarkan satu patah kata pun. Tiba-tiba Salsa datang sambil berkata."Guys kita makan siang di luar yuk!" perkataan Salsa berhasil memecahkan keheningan.
"Nah, bener tuh gue juga udah laper banget, makan hayuk" kata Reno menanggapi.
"Ji, kita makan yu, jangan pikirin soal Arki dulu tenang gue bakal bantuin Lo kok" kata Nanda sambil merangkul pundak Ji.
"Yaudah yu mending kita makan" kata Shella
"Eh bentar naik apa nih kita? Naik kendaraan masing-masing apa gimana?" Tanya Zen bersemangat
"Aku ga bawa kendaraan" kata Tiya dan Salsa bersamaan.
"Nebeng bang" lanjut Shella
"Yaudah barengan aku aja gampang, kita berangkatnya bareng biar ga misah" kata Nanda.
"Oke bos" ucap mereka bersamaan.Akhirnya mereka pun satu-persatu menaiki mobil Nanda yang masih terparkir rapi di parkiran kampus dan mobil itu pun melaju ke rumah makan terdekat. Sepanjang perjalanan Nanda merasa ada yang aneh di dalam mobilnya kejadian yang pertama dirasakan Nanda adalah mobil terasa sesak, sedangkan yang ikut mobilnya hanya tiga orang dan mereka bertiga anak perempuan yang bertubuh ramping jadi tidak mungkin mobil terasa sesak. Tapi Nanda mengabaikan hal itu dan fokus menyetir.
****
Sesampainya di rumah makan tersebut, mereka melihat tempat tersebut penuh dan tidak tidak ada meja yang tersisa. Jadi, mereka memutuskan untuk keluar dari rumah makan tersebut dan memilih untuk ke rumah makan yang lain yang agak sepi. Ketika mereka hendak keluar seorang pelayan rumah makan tersebut memanggil mereka.
"Mas, mbak masih ada meja kosong di dalam tapi di bagian pojok, muat untuk sepuluh orang kalau mejanya kami gabung, bagaimana Mas, Mbak?"
Mereka pun mengiyakan dan menuju tempat duduk, pikir mereka, toh yang penting makan.
Setelah menyebutkan pesanan mereka, tiba-tiba pelayan tersebut menyebutkan kembali pesanan mereka dan menanyakan pertanyaan aneh.
"Baik, pesanannya sudah semua ya Mas, Mbak? Ada lagi yang mau di pesan? Mbaknya bertiga yang di samping Masnya mau pesan apa?"
Tiba-tiba mereka semua terhentak dan memandang pelayan itu dengan tatapan bingung.
"Maksudnya apa ya Mbak ada-?" ujar Salsa
"Udah gapapa Mbak, makasih. Pesanannya sudah semua kok" potong Shella
"Apa sih?" tanya Salsa
"Udah, Sa, gausah dipikirin" lanjut Nanda mengerti ucapan Shella.Seketika itu hening dan Tiya pun hanya diam semenjak mereka sampai di rumah makan tersebut karena tidak berani mengeluarkan suara apa pun, Shella pun melihat keadaan Tiya dan mengerti kenapa sejak awal Tiya hanya berdiam diri semenjak mereka tiba di rumah makan tersebut.
"Ehhhh kenapa ni gue dateng tiba-tiba diem? Ngomongin gua lu ya semua??" cocos Reno memecah keheningan mereka.
"Lo aje yang bacot." tutur Zen.****
Ditengah-tengah makan, Tiya pun beranjak dari tempat duduknya.
"Aku ke toilet dulu ya sebentar"
Tiya pun ke Toilet seorang diri. Setelah selesai dengan "urusannya" di balik bilik toilet, Tiya pun mencuci tangannya di wastafel, dalam keadaan melamun Tiya pun menatap cermin dan melihat ada seseorang perempuan berbaju gamis putih dengan rambut panjang yang terlihat kusut di belakangnya hendak mengambil tisu. Tiya pun mengabaikannya dan fokus kembali dengan tangannya tak lama kemudian Tiya merasakan hawa dingin disekitar lehernya dan ketika menghadap kembali ke cermin, dia melihat kepala sosok perempuan yang tadi hendak mengambil tisu sambil menengok ke arahnya dan tersenyum sedangberada di atas pundaknya. Sambil berbisik.
'Hai kamu, bau mu harum." ujar sosok itu sambil berbisik dan mendesis dan mengikik di belakang kalimatnya.
"AAAAHHHHHHHHHHH"
Tiya pun berteriak sekuat tenaga dan lari keluar toilet dengan kekuatannya yang terkumpul.
Dengan muka yang pucat dan gemetar Tiya pun kembali ke tempat duduknya dan melihat sosok perempuan tadi sedang menggelayuti Zen. Tiya pun terbelalak melihat itu dan Shella mengikuti arah pandang Tiya."Zen, mending nanti sebelum nyampe rumah lo cuci tangan sama kaki dulu ya, inget jangan lupa cuci kaki sama tangan, lu kan jorok" ujar Shella sambil menatap Zen serius
"Iye elah nanti gue cuci tangan sama kaki, gausah ngatain orang jorok dong!" balas Zen muka masam.
"Serius, cuci tangan sama kaki sebelum masuk rumah!" tegas Shella
"Astagfirullah, iyeeee Shella sayang, nanti abang cuci tangan sama kaki terus bobo" ujar Zen.Tiya pun masih menatap sosok perempuan itu tanpa bersuara.
"Ti, hei, lo gapapa? Tadi gue denger suara orang teriak dari kamar mandi kayanya" ujar Reno
Tiya pun mengabaikan ucapan Reno dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari tasnya dan langsung beranjak dari rumah makan tersebut tanpa menoleh ke belakang.
"Lah, gue salah apa? Kok dikacangin?" tanya Reno heran
"Udah gapapa, gue jelasin nanti di kampus" Jawab ShellaPesan :
Bab hari ini agak berbeda dan lebih rapi, karena yang nulis sebagian besar adalah kak Nitya, tepuk tangan yang gemuruh👏👏👏
Maacih kak Nitya😍
KAMU SEDANG MEMBACA
MOR EXPEDITION
HorrorMenceritakan seorang anak perempuan bernama Tiya yang memiliki kemampuan istimewa. Ia terus menerus mengalami mimpi buruk dalam hidupnya, mulai dari kedua orang tuanya yang tak lagi memperdulikannya dan teman-temannya yang tak mau lagi berdekatan de...