01: Semuanya Dimulai

440 83 11
                                    

Q U E E R P L A T O N I C.
   Bagian 01: Semuanya Dimulai.
_

___________________________________

"Tuan Jungkook, jadwal anda setelah ini adalah pergi mewakili ayah anda ke pesta ulang tahun cucu perempuan dari pemilik Oh Company."

Jungkook lantas memberi respon berupa dengkusan kesal dan geraman penuh amarah. Beginikah hidupnya sebagai putra pengusaha? Cih! bahkan dirinya tak bisa seperti teman-temannya yang pulang sekolah bisa langsung kabur ke warkop supaya bisa sebat tanpa ketahuan orang-orang rumah.

Rumah? Bahkan rumahnya pun tak ada penghuni dan pasti takkan ada satupun yang peduli padanya.

Jungkook kini berjalan berdampingan dengan Kak Jeha yang merupakan supir pribadi multitalenta, dia merangkap sebagai sekretaris sekaligus bodyguard-nya. Si anak tunggal dari keluarga Jeon itupun lantas sempat membungkukkan badannya pada sang supir sebelum masuk ke mobil, "Maaf tadi saya nggak sopan."

Kak Jeha membulatkan matanya. Terkejut. Lantas dia melempar senyum, "Nggak masalah. Itu wajar buatmu."

"Setelah datang ke pesta itu apa jadwal saya selanjutnya?"

"Tunggu sebentar." Kak Jeha agak panik saat mobil yang hendak dikendarainya tak mau menyala, lalu sekali lagi dia mencoba untuk memutar kuncinya ke posisi off dan memutarnya dengan arah berlawanan. Sempurna. Syukur mobilnya bisa menyala dan langsung dipacunya ke luar dari basement sekolah. "Tadi tuan bertanya tentang apa?"

"Setelah datang ke sana... apa saya punya free time?"

Kak Jeha tak bisa langsung menjawab. Meskipun dia merangkap sebagai sekretaris Jungkook, sesungguhnya bukan dia-lah yang mengatur jadwal harian selayaknya seorang sekre. Dia hanya mendapat perintah untuk mencatat dan mengingatkan event penting dan kelas-kelas tambahan yang harus diikuti oleh tuan mudanya itu berdasar instruksi dari sekretaris pribadi Tuan Jeon. Lalu, secara refleks dirinya menoleh ke arah samping ketika mendengar pekikan anak-anak remaja di pinggir jalan yang berhasil masuk ke telinganya.

Ah, pemandangan anak-anak dengan berbagai macam seragam dan beragam almamater yang lagi nyebat di warkop pelosok gang. Sepasang matanya pun sempat menengok ke arah belakang, Jungkook melamun melihat pemandangan pinggir jalan.

"Kasihan. Mau sampai kapan dia tak bisa melakukan apa yang benar-benar diinginkannya?" batinnya dalam hati.

"Maaf. Tentang free time... saya nggak bisa janji. Sekretaris ayahmu selalu saja mengonfirmasi acaramu paling cepat 4 jam sebelum acaranya dimulai," jelas Jeha.

Dan faktanya memang benar, entah semua itu disebabkan oleh sekretaris bos besarnya yang memang tak becus atau tindakan sang atasan yang selalu suka serba mendadak. Kadang Jeha pun dibuat kesal karenanya. Sepertinya hari ini Tuhan memberkatinya, pesta ulang tahun itu dimulai pada malam hari. Tuannya punya banyak waktu untuk beristirahat.

Jeha pun menyemangati diri. Dia harus bersabar hingga hari itu tiba, setelah semua ini berakhir dirinya akan memastikan bahwa surat pengunduran diri miliknya akan terpajang di meja Tuan Jeon.

"Kak Jeha bawa rokok?" tanya Jungkook tiba-tiba. Jeha menggeleng dan merogoh saku dalam dari jas hitam yang dikenakannya. Satu tangannya yang menggenggam Vape terulur ke jok belakang, memberikan barang tersebut.

Jungkook terkekeh di tengah hening sambil memainkan Vape berwarna hitam tersebut. "Makasih banyak lho kak untuk inisiatifnya. Saya terharu sekali," ucapnya dengan sarkas. Beberapa detik kemudian, lelaki SMA itu menambahkan, "Sensasi asap dari hasil pembakaran dan penguapan itu beda jauh sekali. Pokoknya yang dibakar itu selalu berhasil bikin mumet saya hilang."

QueerplatonicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang