02: Dari Kesempatan Sekali Seumur Hidup

308 71 10
                                    

Q U E E R P L A T O N I C.
B a g i a n 02: Kesempatan Sekali dalam Seumur Hidup.
-
_________________________________

Andai Jungkook tau lebih awal akan keberadaan taman ini pastinya dia tak perlu membuat bermacam-macam alasan untuk pergi dari rumah saat senggang. Ucapkanlah terima kasih pada Kak Jeha yang selalu berusaha membuatnya meraih apa yang diinginkannya.

Jungkook merogoh saku celananya. Lalu dia mendengus saat mengingat dirinya tak memiliki rokok. Lelaki itu menatap sekeliling area taman, dan sepasang matanya memicing saat memastikan dirinya menemukan lokasi warung yang disebut Kak Jeha barusan.

Itu dia. Ketemu!

Drrt... drtt...

Baru saja dirinya berjalan beberapa meter di jogging track, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dia memutuskan untuk segera mengangkat panggilan tersebut usai melihat nama kontak yang tak asing baginya. "Oi," sapa Jungkook.

Terdengar dengusan kesal di ujung sana. "Lagi di mana lo? Lo sebenernya mau nggak sih ikut baksos? Kalau mau ikut ya kontribusi! Jangan numpang nama!" omel sahabat karibnya, Kim Taehyung.

"Nggak tau." Jungkook menjawab pertanyaan Taehyung yang merujuk pada kegiatan amal tersebut. "Lagi pusing gua," tambahnya.

"Ck!" Taehyung mendecakkan lidahnya. "Daftar panitia harus udah diserahin besok ke kepsek. Batas konfirm lo sampai tengah malam aja," putusnya.

"Ok―BRUG! ADUH!"

Kejadian ini terlalu cepat.

Seperti kilat.

Rasanya hanya sepersekian detik sampai Jungkook menyadari bahwa presensi seorang gadis telah menghalangi sinar mentari dan mengulurkan tangan padanya.

"Makasih," ucap Jungkook usai menerima uluran tangan gadis asing itu dan bangkit dari posisi terjembabnya. Ya. Jungkook terjembab di kebun bunga Soka di pinggiran trotoar.

Gadis berambut pendek itu menggelengkan kepala, kemudian melepas tautan tangan mereka. Lalu menggosok telapak tangannya ke lengan bajunya, seakan berusaha melenyapkan bekas uluran tangan mereka tadi.

Jungkook baru menyadarinya. Sontak mereka saling menatap, canggung.

Tak lama, mereka tertawa bersama. Di sela tawanya gadis itu meledek Jungkook, "Kelihatan banget lho kalau kamu nggak pernah interaksi sama cewek!"

Jungkook pun membalas, "Tiba-tiba ngelepas tautan tangan kita lalu gosok-gosok telapak tanganmu. Kalau kamu begini sama cowok lain, bisa-bisa dia langsung nangis kamu gituin!"

Kini sepasang netra milik Jungkook terpaku pada tegapnya tubuh gadis itu. Potongan rambut hitam sebatas leher serta poni tipis, bertubuh pendek, mengenakan baju kaos putih dan leging hitam, bersandal jepit, menggendong tas sekolah di punggungnya, dan... apa itu yang ada di ketiaknya?

Gadis berambut pendek itu menyadari arah tatapan Jungkook, "Papan tulisnya nggak bakal bau, kok. Ketiak saya selalu wangi," balasnya dengan percaya diri.

"WOI JUNGKOOK! LO KENAPA!?"

Kedua orang di sana saling menatap. Jungkook segera memungut ponsel canggihnya yang tersangkut di antara bebungaan Soka warna merah. Tanpa mengonfirmasi keberadaannya pada sang sahabat yang di posisinya sekarang pasti sedang menggigit kuku kepanikan, lelaki bergigi kelinci itu langsung mematikan panggilan secara sepihak.

Lalu dia menyengir di depan gadis itu. Menampilkan gigi kelincinya yang nampak manis. Sebagai respon, gadis itu hanya menganggukkan kepala. Tidak menunjukkan ekspresi terpesona sedikitpun.

Jungkook menarik garis tipis di bibirnya. Saya tertarik. "Nama saya Jungkook."

Gadis itu tak langsung memperkenalkan dirinya, dia terlebih dahulu mendaratkan tas punggungnya di rerumputan. Membuka resleting terdepan dan mengambil selembar kartu nama di sana. Menyerahkannya pada Jungkook.

"Dibanding memperkenalkan dirimu, kamu lebih prioritasin panti asuhan ini?" gumam Jungkook seraya memainkan kartu di tangannya. Kemudian dia mendongak, menatap sosok perempuan yang telah menatapnya penuh harap. "Kayaknya kamu menganggap pertemuan kita sebagai once in a lifetime chance, ya. Beruntung banget kamu hari ini, soalnya saya punya semuanya," tambah Jungkook.

Perempuan itu balas menatapnya, dengan tatapan nyalang. Membuat mereka terlibat eyecontact. Dia membalas dengan nada marah, "Ya! Setiap bertemu orang baru saya selalu seperti ini. Menganggap setiap pertemuan sebagai kesempatan sekali seumur hidup karena mereka peluang mereka yang di sana punya kesempatan buat bahagia pasti lebih besar!" Dirinya tak sadar telah mendumel dengan tangannya yang menunjuk pada pohon Tabebuya terbesar yang tak jauh dari mereka―tepat di taman tengah.

Di bawah pohon Tabebuya. Jungkook melihat mereka. Seketika dirinya terhenyak. Dia pun langsung mencekal pergelangan tangan si gadis pengelola panti yang mulanya masih di udara, tersentak ke bawah. "Mereka butuh apa?" tanya Jungkook.

Gadis itu menyentak tangannya, tak terima akan perlakuan Jungkook. "Mereka butuh uang! Tapi mereka nggak butuh dari orang murahan kayak kamu!" makinya.

"Let's make a deal." Jungkook berkata dengan tiba-tiba.

"What!?" Dirinya hendak melanjutkan makian kasarnya saat melihat wajah Jungkook, namun saat lelaki itu mengucapkan satu permintaan sederhana dan timbal baliknya, gadis itu dan mulutnya hanya bisa menganga.

"Kasih tau saya namamu dan saya... " ucapan Jungkook tertunda saat dirinya mengambil dompet di saku dalam almamater sekolahnya. Dirinya mengambil satu kartu debit dan menyerahkan itu pada sosok dihadapannya sekarang. "―Nggak jadi, deh. Silakan tarik semua uang yang ada di situ. Pastiin kamu pakai untuk mereka dan password-nya 10901979."

"K-kenapa kamu segampang ini?"

Jungkook menghela napas panjang. Dimaki-maki, dibilang murahan, dan sekarang cowok gampangan? Inikah balasan dari sebuah kebaikan? "Giliran saya jadi orang baik malah dicurigai."

Gadis itu menggelengkan kepala, menyalahkan kesalahpahaman Jungkook atas presepsi yang diucapnya. "Bukan! Kamu baik banget! Ini masalah uang dan kamu bahkan memercayai kartu atm mu ke saya," cicitnya.

Jungkook beralih melirik jam tangannya dan mengalihkan tatapannya. Berusaha agar tak melihat gadis itu lagi. "Saya harus pergi. Kartunya bakal saya blokir jam empat, jadi jangan lupa diambil uangnya," katanya seraya meninggalkan gadis itu tanpa pamit.

Tanpa salam perpisahan.

Namun pergi membawa perasaan aneh yang amat mendebarkan.

"Nama saya Yerim! Terima kasih banyak, Jungkook!"

Telinganya mendengarnya. Dan degupan jantungnya semakin kencang. Sebuah gumaman pun membalas, "I hope this once-in-a-lifetime-chance give us a second chance."

___________________to be continued.

905.
Hello! It's your source of feelings, A-pinkeutaey!♡

Makasih banyak yaa buat kalian yang udah berkenan baca! Aku sayang kalian😆❤.

QueerplatonicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang