Yang dengan mudahnya datang, lalu pergi.
Yang dengan ajaibnya menyembuhkan, lalu menyakiti.
Yang dengan piawainya meluluhkan, lalu lenyap.Entah sudah hukum alam.
Entah karena takdir.
Entah karena ... kau pecundang.Aku berseru lantang.
Kau pura-pura tuli.
Tetap tegar dengan langkah yang kau buat.Dalihmu?
Omong kosong!
Jika palsu, bilang saja demikian.
Tak perlu mempermalukan diri dengan bualan.Dan tolong,
Perihal perasaan konyol itu, tak perlu ungkit lagi.
Karena sungguh,
Ia sudah lama mati.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Hujan Turun
Poetryseperti pohon akasia yang percaya bahwa ia tak akan pernah tumbang hanya dengan hujaman ribuan air hujan, dan tanpa sadar badai tengah mengintainya diam-diam. apa kabar hati? masih sanggupkah?