My Wish List

28 17 1
                                    


Putra Aditya, pemain basket andalan sekolah yang menjadi idaman kaum hawa di SMA 99.

Sejak awal menginjakkan kaki di sekolah, dia menjadi bagian dari "My wish list". Seperti wish list pada umumnya banyak yang kulakukan untuk menggapai dirinya. Namun aku beruntung, aku mengenalnya lebih dulu jauh sebelum masuk sekolah ini melalui reuni SMA mamaku 1 tahun yang lalu.

Awal pertemuan kami di sekolah, aku sudah membuat iri semua yang tertarik padanya karena keakraban kami. Aku pun semakin percaya diri dapat menaklukkan hatinya dan menyingkirkan yang lain.


*****

"SALSABILA KHAIRUNNISA BANGUUUNNN!!!", teriakan andalan mama untuk membangunkanku yang sedari tadi tidak juga bangun. Aku bergegas mandi dan mempersiapkan diri untuk ke sekolah. Aku sungguh bersemangat untuk menjalankan "Misi Pendekatan" yang kubuat sepanjang malam.

Lapangan basket, tempat pertama yang aku tuju saat tiba di sekolah. Karena disanalah dia sering ditemukan.

"Pagi Sa", suara yang muncul dari belakang membuatku kaget.

"Loh Kak Adit, pantas saja suaranya kenal", ucapku sambil menoleh kearahnya.

"Ga absen ke lapangan basket nih keknya", sambungku sambil meledeknya.

"Iya nih kesiangan"

*Kringgg* Bunyi bel membuat kami harus mengakhiri percakapan.

Setelah pelajaran berakhir, seperti biasa aku duduk di pinggir lapangan basket untuk menunggu jemputan. Aku melirik jam tanganku yang menunjukkan bahwa sudah 30 menit aku menunggu. Tiba-tiba HPku bergetar karena notif dari papa yang ternyata tidak bisa menjemputku.

"Eh belum pulang Sa?", suara sang penyelamatku muncul.

"Ini baru mau pulang kak", jawabku dengan nada sedih.

"Udah dijemput papa?"

"Engga kak, papa ga bisa jemput"

"Jadi ini pulang naik apa?"

"Naik angkot keknya kak"

"Emang berani?"

"Engga tau bismillah aja"

"Yaudah pulang bareng kakak aja, tapi tunggu 30 menit lagi"

"Nanti ngerepotin kak", jawabku yang sebenarnya sangat ingin berkata iya.

"Ya engga la tunggu aja ya"

"Oke kak", jawabku

Seketika aku ingin berterimakasih kepada papa. Karena berkat kesibukannya, salah satu rencanaku berjalan baik. 30 menit bukan suatu masalah jika untuk menantinya.

Isyarat Di Hari SabtuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang