Pak Satpam

15 13 0
                                    

Setelah pulang sekolah di hari sabtu seperti biasa Dila mengajakku keliling sekolah. Kebetulan papaku juga belum jemput, jadi aku mau ikut dengannya. Siapa tahu aku akan bertemu dengan Kak Adit lagi. Namun aku tidak menemukannya di lapangan basket maupun di tempat lainnya.

Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiriku dan membawa sebotol minuman yang aku kira itu Kak Adit bersama Dila.

"Kamu mau ga jadi pacarku?", suara itu bukan dari Kak Adit maupun Dila melainkan itu suara Kak Rizky.

Aku pun refleks melihat kearahnya dan sekelilingku yang ternyata sudah cukup ramai oleh teman-teman kak Rizky. Aku pun hanya bisa diam dan bingung harus bagaimana.

"Terima aja!", ucap Dila dengan berbisik dari kejauhan yang ternyata dia sudah bersekongkol dengan Kak Rizky.

Semua orang juga berteriak "Terima! Terima!". Tapi aku tetap membisu karena aku tidak menyukainya.

"Sasa papanya sudah datang". Suara itu penyelamatku. Suara pak satpam yang selalu memanggilku jika papa sudah datang.

Namun secara tidak sadar aku menjawab "Iya!" yang membuat semua orang salah paham karena buru-buru mau pulang. Dan semua orang bersorak gembira termasuk Kak Rizky yang terlihat sangat bahagia.

Sepanjang jalan aku terus bertanya-tanya dengan diriku sendiri atas apa yang telah aku lakukan tadi. Aku bingung kenapa mereka bersorak gembira padahal aku belum menjawab pertanyaan Kak Rizky.

Seninnya semua orang mengucapkan selamat kepadaku. Meskipun kebingungan aku tetap membalas dengan senyuman. Aku bergegas menuju kelas dan tidak sabar untuk bertanya dengan Dila.

"Dil kamu tahu ga kenapa semua orang mengucapkan selamat kepadaku? Apa yang sedang terjadi?", tanyaku penasaran.

"Selamat atas jadiannya kamu dengan Kak Rizky. Kok kamu lupa?"

Jawaban Dila membuatku berfikir dan mengingat yang terjadi hingga aku menyadari adanya kesalahpahaman. Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa karena disatu sisi aku merasa iba pada Kak Rizky.

Aku berusaha menenangkan diriku sendiri dan berencana untuk berpacaran selama satu bulan saja dengan berpura-pura suka.

Dirumah aku berusaha bertingkah seakan-akan tidak terjadi sesuatu dan melupakan kejadian konyol itu sebentar. Malamnya HP ku berbunyi dan memunculkan notif pesan dari Kak Rizky yang sebenarnya semakin membuatku ilfil.

'Oke dramaku dimulai dari sekarang!' celetukku dalam hati dengan semangat. Dan memcoba membalas pesannya sebaik mungkin meskipun dengan setengah hati dan cukup lama.

Isyarat Di Hari SabtuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang