2. See You.

117 23 1
                                    


Andaikan saja waktu bisa terulang kembali, maka Tzuyu bersumpah tidak akan membuat kesalahan yang merugikannya di masa ini.

Sungguh.. demi apapun, adakah orang yang ingin menggantikan posisinya sekarang. Setelah keputusan besar yang ia ambil tiga hari yang lalu, sang ibu juga tiba-tiba membuat keputusan. Bahwa tepat pada hari ini, ia berserta ibu dan ayahnya akan bertemu dengan keluarga dari calon suaminya.

Hei, apakah ini tidak terlalu cepat..

Tzuyu pun telah bertindak hendak melayangkan protes, namun hal itu justru ditolak mentah-mentah dari kedua orang tuanya. Mereka bilang ' makin cepat, makin baik.' tapi bagi Tzuyu itu malah membuatnya semakin tidak tenang.

Yak, memangnya siapa yang akan tenang, ketika mereka bertemu dengan keluarga calon suami. Apalagi, calon suaminya itu tidak pernah ia kenal.

Mengingatnya saja telah berhasil membuat Tzuyu mengeleng-geleng kepalanya pasrah. Maka dari itu, Tzuyu kembali mencoba menggagalkan rencana itu setelah tiga hari berlalu. Dengan berpura-pura lupa, lalu bilang bahwa dia ada janji dengan Jimin. Namun tak diduga, Tzuyu malah berakhir diseret ibunya dan dipaksa untuk tetap pergi ke pertemuan keluarga.

Dan disinilah ia berakhir, duduk di kursi menghadap cermin besar yang melekat pada meja rias didepannya. Tapi bisakah seseorang menjabarkan penampilannya saat ini..

Kali ini, Tzuyu memakai gaun satin merah muda mengembang sebatas lutut, dengan perpotongan bahu rendah yang dibubuhi pola bunga melekat dari pangkal dada hingga ke perut. Ditambah dengan rambut bergelombang yang sengaja digerai, lengkap dengan polesan makeup tipis.

Ples, sebagai pemanis dia mengenakan anting panjang dan kalung kecil berbandul bunga melingkar di lehernya. Tentu saja, siapapun yang memandang dirinya sudah dapat dipastikan tak mampu berkedip lantaran aura kecantikannya menguar luar biasa.

Tapi entah mengapa itu semua malah membuatnya semakin murung, atau bisa jadi Tzuyu sebenarnya bimbang menentukan pilihannya sendiri.

Tzuyu memandang dirinya dipantulan kaca. Di balik pantulan itu, tentu penampilannya ini terlihat benar-benar sempurna. Namun anggapan hatinya malah tidak terlihat senang ketika kecantikannya menguar.

Oh ayolah, bagaimana seseorang bisa senang kala ia akan menikah, sedangkan dihatinya masih tersimpan orang lain. Apakah bisa seseorang itu bahagia dengan orang yang tak dicintainya.

" Tidak Tzuyu.. kau tidak lagi mencintainya.." Tzuyu menggeleng, menepis perasaan bimbang pada hatinya. Dia harus tetap yakin pada pendiriannya. Tidak.. kali ini ia tidak mau lemah. Ia harus bisa bangkit dari masa lalunya.

" Ini adalah masa depanmu.. kau harus bisa bahagia dengan orang yang akan menjadi suamimu.." maka dengan itu, Tzuyu kembali memandang dirinya dipantulan kaca. Berusaha mengakhiri segala keraguan dalam benaknya sebelum ia menghela nafas panjang dan mengulas senyum yakin.

Dan disaat bersamaan suara pintu kamarnya terbuka disusul suara lembut menginstrupsinya. Ia lalu melirik siapa yang memasuki kamarnya dari pantulan kaca yang menghadap ke arah pintu.

" Tzuyu, ayo kita pergi.. mereka bilang sudah menunggu kita disana.." rupanya itu suara dari sang ibu. Maka lekas Tzuyu mengulas senyum kecil lalu bangkit dari kursinya dan memandang sang ibu gugup. Lalu mengekor berjalan dibelakang sang ibu menuju garasi hingga masuk kedalam mobil bersama ayahnya.

Tepat saat roda empat itu berputar menapaki jalan, Tzuyu mulai semakin gelisah. Tanpa sadar dia meremas gaunnya hingga kepalanya tertunduk lesu. Tangannya bergetar bahkan ketika dua telapak tangan itu menyatu dan saling meremas. Pandangannya teralih pada jalan-jalan yang di penuhi siluet kendaraan dan orang-orang berlalu lalang.

Waiting For Seven YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang