8

258K 1.4K 4
                                    

"Nonton apa, ya?" Tanyanya saat melihat-lihat jadwal penayangan film.

Aku melihat poster-poster film itu, mencari film komedi. Sayangnya tidak ada film komedi di sana. Hanya film horor dan film aksi. Aku yang tidak terlalu suka menonton film aksi, tentu saja lebih memilih untuk menonton film horor.

"Nonton film horor aja, yuk?" Aku menunjuk salah satu poster film di bioskop.

"Ah aku takut."

"Hahaha. Kamu, kan laki-laki, Ris." Aku mentertawakannya.

"Memangnya cuma perempuan yang boleh takut hantu?"

"Hahaha, benar juga." Faris ada benarnya. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan mengenai ketakutannya pada hantu.

"Jangan tertawa."

"Kenapa memangnya."

"Kan sudah kubilang, tertawamu lucu."

Aku tersenyum malu karena rayuannya. Senangnya bukan main setiap kali dirayunga. "Hahaha gombal." Balasku sambil tertawa.

"Yasudah, yuk kita pesan tiketnya." Faris menarik tanganku, mendekati antrean tiket bioskop.

--

Saat menonton film, aku memperhatikannya. Ia terlihat benar-benar takut. Sesekali ia menutupi kedua matanya dengan kedua telapak tangannya. Terkadang, sebelum setan itu muncul, ia justru sudah ketakutan duluan. Aku tertawa melihatnya. Lucu sekali tingkahnya saat menonton film horor.

"Ternyata kamu benar-benar penakut, ya, Ris? Hahaha." Aku tertawa meledekknya saat keluar dari ruangan pertunjukan film.

"Kan sudah kubilang. Aku takut menonton film horor. Aku kan tinggal seorang diri. Terkadang, di malam hari ada saja perasaan yang mengganggu. Apalagi jika habis menonton film horor. Pikiranku penuh dengan hantu. Jadinya, enggak bisa tidur, dan terkantuk-kantuk di kantor."

"Tapi filmnya seru, kan?" Aku nanya.

"Iyaa, Bel. Seru. Oh iya, Bel. Ke kost aku dulu, yuk."

Aku terkejut saat ia mengajakku untuk pergi ke kostnya. "Ngapain?"

"Istirahat aja dulu. Aku capek jalan seharian. Dekat kok dari sini."

Aku terdiam. Rasanya, takut sekali jika Faris berniat macam-macam denganku. Namun, aku sudah mengenalnya sejak lama. Aku yakin sekali, Faris bukan tipe laki-laki bajingan seperti itu. Aku rasa, ia memang benar-benar lelah karena sudah pergi denganku seharian ini. Maka, kuputuskan untuk mengiyakan ajakannya untuk beristirahat sebentar.

--

Di kamar kostnya, aku duduk di tepi ranjang. Aku bicara panjang dengan Faris. Membahas hal-hal yang penting seperti pekerjaan di kantor, sampai hal-hal yang tidak terlalu penting seperti kebiasaan buruk salah satu teman kantor.

"Pak Wisnu pernah nelepon aku karena motornya mogok tengah malem."

"Terus kamu bantu?"

"Iyaa, aku langsung pergi dan membantunya. Hahaha. Dia sering banget menyusahkan bawahannya."

"Hahaha, aku sih belum pernah disusahin sama dia."

"Mungkin karena kamu perempuan, Bel. Makanya dia enggak mau nyusahin kamu. Tapi pasti kamu pernah digodanya kan?"

"Hehe. Pernah." Kataku malu-malu.

"Sudah kuduga. Sepertinya ia sudah menggoda seluruh perempuan di kantor kita."

"Hahaha. Masa, sih?"

"Iyaa, dia itu laki-laki hidung belang, Bel. Kamu jangan dekat-dekat dengannya, ya."

Di sana, aku semakin mengenal Faris. Dari semua hal yang ia ceritakan, aku bisa menilai bahwa Faris memang benar orang yang baik. Kami terlalu asyik bicara sampai-sampai lupa waktu dan keadaan. Kini aku sudah merebahkan tubuhku di kasurnya karena lelah duduk sedari tadi. Aku melirik jam tanganku, mendapati kini sudah jam sebelas malam.

"Kamu mau nganterin aku pulang jam berapa, Ris?" Tanyaku saat menyadari waktu sudah sangat malam.

"Aku masih capek banget, Bel. Gimana, ya?"

"Tapi sekarang sudah terlalu malam, Ris."

"Aku capek banget, dan sekarang juga sudah terlalu malam. Aku juga masih ketakutan karena tadi menonton film horor. Gimana kalau kamu menginap dulu di sini hari ini. Besok pagi langsung kuantar pulang. Kebetulan aku juga sudah mengantuk."

Aku terdiam. Banyak pikiran negatif terlintas di kepalaku. Pikiranku bertanya-tanya. Apa yang akan dilakukan Faris terhadapku? Aku yakin Faris adalah laki-laki baik-baik, namun, itu hanya keyakinanku. Aku tidak bisa memastikan bahwa Faris tidak akan bertingkah macam-macam.

Namun setelah pikiranku bertengkar hebat di kepalaku, akhirnya aku mengiyakan tawaran Faris untuk menginap semalam. Rasanya, sulit sekali memaksanya untuk mengantarku pulang. Aku juga kasihan melihatnya yang kelelahan karena sudah jauh-jauh menjemputku ke rumah dan mengajakku jalan-jalan di mal. Sepertinya perkataan Faris memang benar. Ia benar-benar lelah. Aku juga tidak tega membiarkan ia sendirian di kamar kostnya. Aku yang meminta untuk menonton film horor, maka aku harus bertanggung jawab untuk menemaninya malam ini agar ia tidak ketakutan.

Aku mencoba tertidur dengan membelakangi Faris. Walau aku tahu dia begitu lelah, tapi aku harus menjaga jarak agar Faris tidak macam-macam denganku. Aku memejamkan mata, walau rasanya sulit sekali untuk tertidur.

Sudah lebih dari setengah jam memejamkan mata, namun aku masih saja sulit untuk tertidur. Rasanya ingin sekali menengok ke arah Faris. Aku ingin sekali rasanya tidur memandangi wajahnya yang menawan. Namun aku tidak bisa melakukannya. Aku harus tetap tidur dengan posisi seperti ini, agar Faris tidak dekat-dekat denganku.

Setelah hampir satu jam, tiba-tiba Faris bangkitdari kasur, ia berjalan menjauh. Dan saat aku mendengar suara pintu kamar manditertutup, aku segera membuka mataku. Memastikan Faris benar ke kamar mandi.Cukup tenang rasanya, sejauh ini Faris tidak macam-macam. Satu jam berpura-puratidur di sini cukup membuatku lega, dan membuatku begitu yakin bahwa Farisadalah laki-laki yang baik.

--

Jangan Lupa Vote ya Guys!

(21+) Menginap Semalam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang