Bab I - Axeman From the Boonie (2)

142 22 32
                                    

Anak itu membawa Edward dan Jules ke sebuah rumah kayu di belakang bukit. Terdapat paviliun dari bambu di mana lumbung-lumbung berjejer dan ada kandang kuda yang cukup besar di sampingnya. Dibanding rumah yang lain, hanya rumah itu yang tampak dibuat dengan layak.

"Master! Aku pulang!" teriak bocah itu nyaring. Ia menaruh keranjangnya di atas rak penyimpanan alat untuk berkebun, lantas membuka jubahnya dan menggantungnya dekat pintu masuk. Sosoknya yang mungil kini terlihat jelas, cukup tampan untuk anak seusianya. Rambutnya yang panjang berwarna pirang keruh dikepang dengan rapi.

"Frey."

Seorang pemuda keluar dari dalam istal. Anak itu, Frey, langsung berlari dan memeluk pinggangnya.

"Master, ada yang mencarimu." Frey mengencangkan pelukannya. "Maaf. Harusnya tidak boleh begitu, ya?"

Pemuda itu tersenyum, lalu mengusap rambut Frey dengan lembut. "Tidak apa-apa," katanya menenangkan.

Pemuda itu tampan. Bertubuh langsing, tidak terlalu tinggi. Jika dibandingkan dengan Jules yang perawakannya tinggi besar, ia hanya sebatas dadanya saja. Wajahnya terlihat muda, mungkin usianya baru beranjak remaja. Rambutnya hitam pekat dipotong cukup pendek, tetapi poninya dibiarkan panjang hingga menutup alis. Bibirnya mungil dan merah, sangat kontras dengan kulitnya yang putih sedikit pucat. Sorot matanya tajam, dilengkapi iris berwarna kelabu membuatnya semakin memikat. Ia memakai kemeja putih tanpa kerah dengan lengan digulung sampai sikut. Ujung celana cokelatnya dimasukkan ke dalam bot yang sedikit berlumpur.

Jules mendekat. "Permisi. Tadi saya bertemu anak ini di pasar, katanya dia bisa membawa kami untuk bertemu dengan seseorang yang bernama Yul. Bisakah kami menemuinya sekarang?"

Senyum pemuda itu berganti dengan ekspresi yang tak terbaca. Matanya tajam menatap Jules dan Edward bergantian. "Siapa kalian?" tanyanya balik.

Edward tampak tak senang. "Kesatria Akryst," jawabnya pongah. Saat matanya beradu pandang dengan pemuda itu, ia sengaja memberikan sorot menantang.

"Oh," pemuda itu melirik Edward, "kalau begitu Tuan-Tuan tidak diterima di sini," katanya lalu berganti menatap Jules. "Silakan pergi."

"Hei!" teriak Edward tak terima, tangannya sudah mengepal. Namun, segera ditahan oleh Jules.

"Nak, kami sudah jauh-jauh datang ke mari. Bukan perjalanan yang mudah. Kuda-kuda yang kami bawa hilang di tengah perjalanan, hingga kami harus berjalan kaki selama dua hari untuk mencapai desa ini." Jules menghembuskan napas lelah. "Atasan kami berdua di istana juga pasti tidak akan senang kalau kami kembali dengan tangan kosong," lanjutnya memelas. "Bisakah kau menolong kami sekali ini saja? Aku pasti akan membalas jasamu. Sebutkan yang kau mau, aku pasti akan memberinya."

Edward mengerjap, menatap Jules dengan pandangan tak percaya. "Hei, kau gila?" katanya emosi. "Apa-apaan kau? Mengemis pada seorang bocah kurang ajar sepertinya? Ayo kita pulang saja!"

"Tenanglah, Ed. Kita–"

"Tidak apa, aku yang akan bicara pada Kapten Ymir. Kau tak usah merendahkan dirimu di depan anak kecill hanya untuk seorang jelata," sela Edward sebelum Jules menyelesaikan kalimatnya.

Pemuda itu tiba-tiba bertepuk tangan sekali, membuat Edward dan Jules yang hampir beradu mulut memusatkan pandangan padanya. "Sepertinya kalian sudah membuat keputusan. Saya permisi," katanya seraya berbungkuk sedikit, lalu menggandeng tangan Frey masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Jules yang kecewa dan Edward yang semakin geram.

***

Ymir Bunta membalik lembaran kertas yang ia baca. Tangannya mengetuk-ngetuk pinggiran meja tidak sabaran. Wajahnya merah, mungkin kalau sedikit dibuat hiperbol akan ada asap tebal yang keluar dari kedua telinganya.

The MercenaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang