Rasa penasaran bisa menumbuhkan suatu perasaan
Kalila merentangkan tangan,meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah delapan jam beristirahat dengan nyaman diranjangnya.Walaupun ada sedikit pertengkaran yang ia lewatkan bersama sang kakak yang tak bisa ia elak,ia segera melesat kekamar mandi dan segera membersihkan diri,lalu turun kemeja makan diruang bawah.Menghampiri kedua orangtuanya yabg sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Hellaw epribadeehh!Putri kamiiing!" teriak Kalila saat dirinya sempurna terduduk dikursi makan samping kursi milik kakaknya.
"Masih pagi Ka,jangan tereak-tereak,malu ama tetangga!"tegur sang ayah,membenarkan koran yang kusut dan kacamata yang agak melorot dihidung mancungnya.
"Iya Ka!Gimana tidurnya Ka,nyenyak gak?"tanya sang bunda,menaruh segelas susu putih penyemangat pagi tepat dihadapan Kalila.
"Nyenyak sih,tapi masa,bang Raka bobok nya harus bareng Kaka mulu,sih?!Kan dia dah gede!"menyuapkan selembar roti yang sebelum nya ia olesi dengan selai cokelat favoritnya.
"Woiy!Kalo ngomongin orang jangan tereak-tereak dong!Kan malu kalo tetangga denger aib gue!"merebut selembar roti dari piring dihadapan sibungsu,dengan santainya ia melahapnya,masih dengan mata terpejam.
"Issh,punya abang laknat banget itu gak enak,sumpah!"berbagai umpatan ia hadiahkan untuk sang kakak disampingnya, Kalila kembali menyuapkan satu lembar roti kemulutnya,lalu meneguk susu putih dihadapannya sampai setengahnya tandas.
"Lagian kamu Rak,udah gede kok masih takut tidur sendiri,kan gak banget!"sibungsu tergelak dengan pengakuan sang bunda,sedangkan si sulung mengerucutkan bibir beberapa senti kedepan.
"Au ah,capek aku tuh terbully terus!"tawa sang adik pecah,melihat reaksi lucu yang diberikan sang kakak tercinta.
Meneguk susu penyemangat paginya sampai tandas,Kalila merapihkan penampilannya dimulai dari jam tangan,atribut,seragam,dan tas yang menggantung dipunggungnya.Merasa semua sudah rapi ia pun bangkit dari kursinya lalu meraih kedua tangan orangtuanya untuk ia salami.
"Yah,uang jajan aku mana?"mengeluarkan puppy eyes andalannya,ia pun menaruh tangan kanannya didepan wajah dengan memasang air muka yang minta dikasihani oleh sang Ayah.
"Kebiasaan kamu Ka!"sang ayah merogoh saku,memberikan selembar uang berwarna hijau dan selembar uang berwarna kuning.
Si bungsu menunjukan cengiran khasnya,lalu mencium punggung tangan ayahnya,begitu seterusnya dengan sang kakak dan sang bunda.
"Dahhh,Kaka mau berangkat jan pada kangen,Assalamu'alaikum!"teriak Kalila lalu berlalu dari halaman rumah.
"Waalaikumussalam"jawab penghuni rumah serentak.
Saat ia mencapai trotoar,Kalila mengecek jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kanannya.Pukul 07.25,buset daah!Lima menit menuju bel masuk,mana bisa ia sampai secepat itu dengan berjalan kaki kesekolah?Mau diantar ayah,tanggung sudah didepan,mau diantar angkot,gak ada yang lewat,mau diantar ojek,jalanan lagi sepi-sepi nya.Habis sudah nasib nya,pasti ia akan dihukum oleh guru piket kalau seperti ini urusannya.
Tiga menit berlalu,Kalila hanya mondar-mandir ditempat tak melakukan apa-apa,lebih tepatnya,ia bingung mau melakukan apa.Namun,suara deru motor dari kejauhan terdengar.Kalila panik,ia khawatir ia akan dibegal atau lebih parah lagi ia diculik.
Tetapi,fikiran negativenya musnah saat ia dihampiri pemilik motor ninja besar berwarna merah menyala tepat didepannya.Dibalik helm full facenya,Kalila yakin cowok didepannya tengah tersenyum manis,terbukti kedua pipinya yang terlihat seperti terangkat keatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentaku
Teen FictionBendahara kelas,bendahara exul,sekaligus bendahara OSIS,kadang membuat seorang Kalila Atmistika keteteran dengan hitungan yang kadang kelebihan ataupun kekurangan.Nekad memang,menjadi kepribadian yang selalu dicari teman kelas,teman exul,teman seor...