Prolog

62 4 0
                                    

***

Februari 2017

Terik matahari tidak menghentikan langkah-langkah manusia yang tengah sibuk hilir mudik diluar sana. Sama seperti hari lainnya, siang itu adalah waktu yang sibuk bagi kebanyakan orang. Para pekerja tengah melangkah cepat kesana kemari dengan sejumlah berkas digenggaman mereka.

Semua dapat terlihat dari sini, di rooftop coffee shop mini yang terletak di tengah kota. Ditemani alun musik yang menyejukkan telinga, harum kopi yang mengundang untuk dikecap lidah, serta interior yang memanjakan mata, membuat seorang gadis berambut hitam segi panjang yang tengah duduk seorang diri betah berlama-lama disana. Ditemani semilir angin siang menjelang sore. Namun tak lama, seseorang datang dan mengambil duduk dihadapan gadis itu.

"Udah lama?" katanya.

Hanya dengan mendengar suaranya saja berhasil membuat perasaan gadis itu menjadi tidak karuan. Cemas, gelisah, rasa bersalah, takut bercampur menjadi satu.

Gadis itu hanya menyunggingkan seulas senyum tipis mencoba sedikit lebih tenang sebelum menjawab pertanyaan laki-laki dihadapannya ini "emang sengaja kok, datang duluan"

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya tanda paham.

"Adem ya? Pantes betah nunggu lama"

"Hm. nyaman. Nggak kayak orang-orang disana, sibuk" jawabnya sambil menatap manusia-manusia yang tampak terburu-buru dijalanan sana sebelum menyesap kopinya yang perlahan mulai dingin.

Jawaban gadis itu membuat si laki-laki mengikuti arah pandang nya. Kini keduanya menatap kearah jalanan dibawah sana dan masih belum melanjutkan obrolan mereka lagi. Seakan membiarkan suasana canggung diantara mereka berkuasa. Laki-laki itu tidak berniat menyanggah ucapan si gadis, buktinya ia hanya tutup mulut dan duduk tenang sambil menunggu minumannya datang.

Setelah minuman laki-laki itu datang, tidak ada yang berubah dengan mereka, masih sma-sama membisu.

Hingga akhirnya, si gadis menyerah. Setelah sedari tadi hanya terus menghela napas dan berperang dengan hati dan pikirannya sendiri, dia siap untuk berbicara. Namun ternyata dirinya kalah cepat dengan laki-laki dihadapannya itu.

"Maaf-"
"Aku bikin kamu ga nyaman"

Mereka saling diam selama beberapa saat. Ingin melanjutkan percakapan tapi bingung-



Dan canggung.

Dia tidak pernah berubah. Laki-laki itu masih sama. Dia selalu mengalah dan bahkan meminta maaf.

Gadis itu menundukan kepala dan tertawa dalam hatinya. Menertawai dirinya sendiri. Tidak pernah terlintas dalam benaknya bahwa ia akan ada diposisi seperti ini. Apalagi dengan sosok laki-laki yang duduk dengan tenang dihadapannya saat ini.



Lagi-lagi dia berbicara "kamu baik?"

Benar kan?


Laki-laki itu tidak berubah. Hanya dengan dua kata itu entah kenapa rasanya suasana semakin mencekam dan sesak. Pertahanannya runtuh begitu saja sesaat setelah kata itu diucapkan oleh si laki-laki . Setelahnya-


Gadis itu menangis.

***

Seize The Day || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang