1. Bukan Perihal Jarak

43 5 0
                                    

April 2017

Pelajaran yang berlangsung siang itu tidak lagi menjadi fokus utama bagi para murid XI IPA 2. Ada yang tertidur dibelakang. Ada yang hanya membolak-balik halaman buku tanpa minat, ada juga yang hanya menatap jarum jam yang berdetak dan menghitung detik yang tersisa sebelum bel pulang akhirnya berbunyi. Kecuali beberapa orang yang memang tidak pernah melewatkan pelajaran termasuk seorang gadis yang masih fokus dengan penjelasan dari Pak Adi, guru pkn. Gadis itu dengan sigap menyalin apa yang tertulis di papan kedalam catatannya.

"Catatan lo udah selesai Ryn?" teman disampingnya bertanya dengan sedikit berbisik.

Gadis itu Ryn, menoleh kesamping lalu menggeleng kepada teman sebangkunya, Sarah "sedikit lagi Sar" jawabnya.

"Ntar gue pinjem ya, bawa pulang"

Ryn menatap Sarah dengan sedikit tidak enak "Veo udah minjem duluan, sorry yaaa"

"Yahh, keduluan mulu gue sama tu anak" Sarah tidak marah kepada Ryn, hanya saja sedikit kesal karena terlambat selangkah dari Veo-

lagi.

Tettt tettt

Bak ayam yang baru lepas dari kandang, semua murid dikelas XI IPA 2 langsung sibuk mengemasi barang-barang mereka. Entah mereka mengerti apa yang diajarkan atau tidak yang ada dipikiran mereka hanya segera keluar dari kelas dan pulang.

Sekarang yang tersisa hanya yang mengerjakan piket kelas ditambah Ryn dan Veo.

"Udah Ryn? Catatan dong" Veo menyusul ketempat Ryn setelah mengemasi barangnya.

"Bentar! nihh" Ryn menyerahkan catatannya kepada Veo yang sedang menadah tangan sambil terkekeh.

"Lain kali nyatat kek. Sengaja banget nambah kerjaan dirumah" Veo memang selalu seperti itu. Padahal akan lebih mudah jika tugas selesai lebih awal tanpa harus dibawa kerumah tapi dia lebih memilih untuk repot dan menggunakan waktu belajarnya hanya untuk tidur.

Veo memilih untuk mengalah saja "Iyaa princess iya"

"Iya dimulut doang lo. Ngelakuin enggak" Ryn menoleh ke belakang dan memusatkan atensi pada sosok yang baru saja datang, lalu mengangguk menyetujui ucapan lelaki itu.

"Yaudah sih. Nggak asik lo berdua mainnya keroyokan" Veo menyerah saja jika menghadapi dua temannya itu.

Lelaki itu, Kaza beralih menatap ke Ryn yang sepertinya sudah selesai menyimpan barang-barangnya. "udah beres kan?" kaza bertanya.

Ryn menoleh dan mengangguk. "Iya udah"

"langsung aja kalo gitu. Si Bibi udah di parkiran katanya" ucap Veo kepada keduanya.

"Yang bener lo nyebut namanya!" sahut Kaza.

"Nggak papa kalo dia mah, orangnya baja. Nggak ada dalam sejarah hidupnya sedih sampai nangis-nangis bombay cuma karena perkara nama"

Kaza hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sahabatnya ini. Begitupun Ryn.

Setelahnya mereka bertiga berjalan bersama menuju parkiran. Disana sudah ada Bia yang tadi disebut Bibi, sapaan hangat dari Veo. Bia terlihat sedang mengobrol dengan seseorang, sepertinya salah satu anggota sispala yang tidak lama sesudah itu pergi dengan sedikit tergesa.

Seize The Day || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang