Mei 2017
Di penghujung bulan Mei itu, para siswa tengah sibuk mempersiapkan diri untuk melaksanakan Ujian Kenaikan Kelas. Alasan itulah yang membuat Ryn dan kawan-kawan berakhir mendekam di perpustakaan kota setiap pulang sekolah. Siang itu, ada lumayan banyak pengunjung yang datang ke perpustakaan. Kaza, Veo dan Ryn benar-benar diam dan tampak serius dengan buku-buku mereka, begitu juga Bia yang tidak terganggu tidurnya sama sekali. Kaza yang duduk disebelah Bia bergerak merapikan alat-alat belajar gadis itu lalu menempatkannya sedikit lebih jauh, dan melepas gelang tangannya untuk mengikat rambut Bia yang menutup wajahnya dengan pelan agar gadis itu tidak bangun, terakhir lelaki itu mengambil jaket bombernya yang berwarna army polos untuk menyelimuti tubuh Bia. Setelahnya, ia kembali fokus pada bukunya tanpa mengatakan apapun.
Setengah jam kemudian, Ryn memilih bangkit dari duduknya untuk mencari buku fisika. Gadis itu pusing sendiri karena soal yang dikerjakannya tidak kunjung terpecahkan. Jadi, dia bergerak untuk mencari reverensi lain.
"Mau kemana?" tanya Veo.
Wajah gadis itu tampak lelah, "cari buku fisika"
Veo baru saja akan bangkit untuk menemani Ryn, tetapi gadis itu menghentikannya.
"Aku sendiri aja. Kamu lanjutin belajarnya." gadis itu pun berlalu dengan langkah gontai.
Rak tempat buku-buku pelajaran terletak dilantai satu yang membuat Ryn harus turun karena saat itu dia bersama teman-temannya belajar di lantai dua. Ryn sedang memilah-milah buku yang dirasa akan ia butuhkan nanti. Akhirnya, Ryn memutuskan mengambil dua buku saja, kepalanya sudah serasa akan pecah jika dipaksa terus-menerus. Ryn berbalik untuk kembali ke lantai dua tempat teman-temannya berada. Saat sampai di ujung deretan rak, Ryn secara reflek menghentikan langkahnya. Gadis itu hampir saja bertabrakan dengan seorang laki-laki yang datang dari arah kiri, dan sepertinya hendak keluar meninggalkan perpustakaan.
"Maaf"
"Maaf"
Kalimat itu terucap hampir di waktu yang bersamaan. Mereka saling menatap dengan ekspresi terkejut. Biasanya di dalam sinetron, adegan seperti ini akan di lanjut dengan kedua tokoh yang bertengkar hebat dan argumen panjang, namun yang terjadi setelahnya adalah keduanya justru tertawa. Lalu secara cepat menutup mulut karena tersadar mereka berada di perpustakaan.
"Lagi?" tanya Ryn dengan tawa pelan yang belum hilang dari wajah lelahnya.
Benar. Lelaki berhoodie mocca yang berdiri dihadapan Ryn itu adalah laki-laki yang sama dengan laki-laki diparkiran Ratu satu bulan yang lalu. Keduanya bertemu lagi dengan cara yang hampir sama pula.
Lelaki itu terkekeh. Bukannya menjawab pertanyaan Ryn, laki-laki itu justru melambaikan tangannya.
Dia sedikit berdeham, "jadi... haii?"
Tawa Ryn berganti dengan senyum manis, "...Haiii"
"Oh iya, bukannya tadi mau keluar?" wajah remaja itu tampak terkejut, dia langsung melihat jam tangannya setelah mendengar pertanyaan Ryn.
"Iya, saya harus pergi. Saya duluan ya!" Ryn mengangguk saja menanggapinya, lelaki itu terlihat buru-buru jadi dia tidak ingin menghalanginya. Begitu laki-laki itu mulai melangkahkan kaki nya meninggalkan perpustakaan, Ryn juga turut melangkah menuju teman-temannya.
Belum jauh dari pintu masuk perpustakaan, laki-laki berhoodie mocca itu berhenti lalu memutar balik badannya menghadap perpustakaan.
"Ah sial" gumamnya. Dia berdecak lalu melanjutkan langkahnya menuju motor cbr hitam miliknya. Handphonenya bergetar saat ia baru saja akan mengenakan helm. pemuda itu menghela napas saat melihat nama yang tertera di layar handphonenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seize The Day || Lee Jeno
Fanfiction{Hiatus} "every beginning will come to an end. So, let's leave all the regrets and pain here, before we move on to a new journey" Ryn bukan gadis cerewet, juga bukan gadis yang pendiam. Ryn gadis yang tidak mudah jatuh cinta. Meski begitu, ada bebe...