05

3 0 0
                                    

'Jangan takut buat buka hati, jatuh cinta tak selamanya salah'

❤️❤️

Benar saja, Rafi sudah berdiri di depan kelas ketika aku baru saja keluar . Mau lari tapi koridor sangat ramai.

"Shey, Lo nggak ada niat buat kabur kan?" Tanya Rafi seakan tahu apa isi kepalaku.

"Kalo gue nolak gimana?"

Alis dia terangkat, menyiratkan kebingungan.

"Nggak mau gue anterin?"

Aku mengangguk, "gue nggak nyaman sama Lo."

Rafi malah terkekeh, tangannya menggamit lenganku dan mulai berjalan. Aku semakin bingung dengan tingkah dia.

"Shey, yang namanya nyaman itu hadir karena terbiasa. Kalo Lo aja nggak mau deket sama gue gimana bisa nyaman?" Katanya masih terus berjalan. Tanganku sudah terlepas dari genggamannya.

"Jadi, mau kasih gue kesempatan buat Lo nyaman?" Dia memperlambat jalannya, aku menatap wajah tegas itu dan mendapat balasan.

"Apa perlu?"

"Jangan takut buat buka hati, jatuh cinta tak selamanya salah." Jantungku berdebar, semacam ada perasaan ingin jatuh dan menyerah dengan perasaan. Tapi, logika tak sejalan.

Aku kembali melangkah, dengan Rafi yang setia mengikuti.
"Mau kan?"

"Mau apa?" Tanpa melihat ke arahnya, aku tetap berjalan.

"Pulang bareng?"  Aku menghela napas, kemudian mengangguk. Sedikit melirik ke sebelah, terlihat wajah Rafi yang tersenyum semringah.
Senyum kecilpun tak luput dari wajahku.

Tak perlu ada yang aku ceritakan saat perjalanan pulang. Semua berjalan seperti biasa, tak ada yang menarik. Hanya kediaman yang mendominasi.

Aku segera turun dari motor Rafi, tak lupa mengucapkan terimakasih.

"Nggak mau nawarin gue masuk?" kata Rafi, sambil membuka kaca helm nya.

Aku menggeleng, "enggak ada niat, dan nggak mau juga."

Rafi terkekeh menanggapi jawabanku,"jujur banget sih, oh iya ayah Lo ada di rumah?"

"Enggak ada, lagi keluar kota."

"Ibu Lo?"

"Mending sekarang Lo pulang, gue mau beres-beres rumah."

"Dih, ngusir." Rafi terlihat cemberut, dan aku tak peduli.

"Yaudah, selamat bersih bersih cantik, jangan lupa istirahat!" Sambung Rafi kemudian menjalankan motornya. Aku hanya tersenyum menanggapi ocehannya.

***

Jarum jam baru menunjuk angka 8 malam, tapi keadaan rumah sudah sangat sepi.

Ini sudah biasa terjadi, tapi entah kenapa aku tak bisa menerima. Dalam hati selalu berdoa, semoga tuhan memberikan cahaya bagi rumahku, dalam artian penuh dengan tawa. Tapi, rasanya itu suatu hal yang mustahil. Ratu rumah ini sudah tidak ada.

Aku menghela napas, menyibak selimut tebal yang terasa hangat. Berjalan menuju meja belajar.

Kuamati foto itu, tiga orang yang tengah tertawa lebar tanpa beban. Dengan gadis kecil berada di tengah, dan diapit dua orang dewasa. Itu foto keluargaku, setidaknya kenangan yang aku punya saat ini.

Air mata selalu jatuh tanpa bisa aku tahan. Rasa ini masih sangat menyesakkan, dadaku sakit setiap mengingat senyum wanita yang sudah hampir lima tahun pergi dari dunia ini.

"Bun, aku rindu." Kupeluk erat foto keluarga itu, menyelami perasaan yang tak bisa aku hilangkan.

Aku tak sekuat itu, perasaan sakit ditinggalkan masih membekas dengan sempurna.

Bunda, ia pergi ketika aku baru  kelulusan SD dan akan masuk ke SMP.  Aku tak pernah berpikir sedikitpun, kalau bunda akan pergi begitu cepatnya.

Ternyata, selama ini di balik senyumnya tersimpan kesakitan yang mendalam. Bunda, mengidap kanker. Dan waktu itu aku masih terlalu bodoh untuk mengerti.

Ting!

Bunyi notifikasi dari ponsel mengalihkan fokus ku. Aku beranjak menuju kasur, mengambil ponsel yang tergeletak dengan layar menyala.

Nama Fira tertera di sana, aku langsung membukanya. Sedikit penasaran karena pesan yang lebih dari satu itu.

Fira Gemayyy❤️

Sheyy

Seysey

Gue mau cerita😭

Ya ampun, hati gue kaya mau meledak
OMG, sheyla. Kok cuma ceklis😑

Halooooo

Iya, Fir. Mau cerita apa sih ribut amat😳


Lo tau kan, hari ini anniversary gue sama Adit? Jangan bilang lupa ya shey😆

Lahh, emang iya? Gue baru tahu😂

Dihh, jahat. Gue mau cerita
Kalo tadi Adit Dateng ke rumah, Lo tahu? Dia kasih surprise dong ke gue😍
Duhh, bahagia banget

Selamat ya fir, gue ikut seneng🤗

Makasih sahabatku❤️
Besok gue traktir oke👌

Oke, fir. Gue tunggu👌

Setelah mengirim pesan itu, aku langsung mematikan ponsel. Merebahkan diri di kasur. Memejamkan mata, dan menetralisir rasa yang aku benci.

Tak seharusnya aku punya rasa begini. Fira, sahabatku. Dan dia sedang bahagia saat ini. Tapi, rasanya sulit, ketika harus mengikhlaskan perasaan yang sudah lama bersemayam. Menderita di atas kebahagiaan orang lain, semenyedihkan  itu hidupku?

"Argh!" Ku tutup wajah menggunakan bantal, meredam teriakan.

Rasanya sungguh menyesakkan, hatiku sakit. Pikiranku kacau, aku tak tahu harus seperti apa mendeskripsikan perasaan ini. Sangat sulit bagiku mengerti perihal hati.

Aku benci, kenapa  mencintai seseorang
harus sesakit ini?

"Ya, Tuhan. Hilangkan perasaan ini, jika hadirnya hanya membawa lara."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang