Sayang, kau baik-baik saja?
Kenapa tidak membalas pesanku?
Kau di mana?
Minji tersenyum simpul, tepat saat layar ponselnya menampilkan roomchat antara dirinya dan sang kekasih, Jung Jaehyun. Sempat menatap ke arah atasannya yang sibuk bermain ponsel di sebuah sofa yang terletak di dekat meja bartender, ia lekas mendekat, mengatakan sesuatu dengan sedikit berteriak mengingat dentuman musik di tempat itu sangat memekakan telinga.
"Tuan, saya harus keluar sebentar!" katanya sedikit berteriak namun atasannya yang terlewat datar dan angkuh itu sama sekali tak menatapnya hanya mengangguk dan memberi isyarat menggunkan tangannya agar Minji cepat pergi. Gadis itu berdecih sebelum melangkah keluar hanya dengan ponselnya.
"Ya, Jae ... ada apa?" Ia lekas mengangkat panggilan dari pria yang sudah hampir 2 tahun ini menemani hari-hari masamnya.
Minji terkekeh pelan saat mendengar decakan dari sebrang sana.
[Kau di mana? Aku tidak bisa menemukanmu di flat lotengmu. Apa kau masih di kantor?]
"Ya. Aku masih ada rapat tapi tidak akan lama. Aku akan segera pulang." Ia terkikik geli saat Jaehyun kembali berdecak manja.
[Ah~ lalu? Apa yang harus kulakukan dengan semua masakan yang aku bawa? Kau jahat sekali pada kekasihmu?]
Minji menyandarkan dirinya pada dinding sambil tersenyum simpul.
[Di mana meetingnya dilakukan? Kenapa ramai sekali? Kau tidak sedang selingkuh 'kan?]
"Yaakk!! Kau mau kupukul, hah?!! Jangan sembarang bicara! Aku sedang ada di club. Menunggu klien."
[Club?]
Minji mengangguk, kendati ia tahu Jaehyun tak akan melihat anggukan kepalanya.
"Perusahaan bekerja sama dengan pemilik club. Jadi jangan berpikir aneh atau aku benar-benar menarik rambutmu jika aku pulang." Kali ini Jaehyun terkekeh pelan membuat Minji sontak menarik garis senyumannya.
[Baiklah. Cepat pulang. Jaga dirimu--ah iya dan satu lagi ... jangan minum, kau tahu jika kau tidak bisa minum banyak.]
"Baiklah. Kalau begitu aku pergi, eoh? Pulanglah jika kau tidak ingin tidur di flat-ku sendirian."
[Baiklah. Sampai jumpa.]
Sang gadis tersenyum lalu menutup sambungan telepon secara sepihak sebelum kembali masuk ke dalam club.
Yoo Minji. Hanyalah gadis beruntung yang tak sengaja dipertemukan oleh orang-orang baik. Mungkin tak semuanya, hanya sebagian. Jaehyun contohnya, pria pemilik sebuah restoran mewah dan terkenal yang menyandang gelar sebagai kekasihnya itu adalah satu sosok yang mampu membuat Minji bangkit hingga detik ini. Ia sengaja tak ingin mengingatnya, hal apa pun yang berasal dari masa lalu sebab yang ia miliki hingga saat ini hanyalah seorang Ibu dan adik laki-laki, saat ini tinggal di sebuah perdesaan Daegu sementara Minji harus bertahan hidup di Seoul untuk tetap bisa menyekolahkan adiknya hingga ke bangku perguruan tinggi.
"Kau tidak minum?" Minji yang tadinya tengah bergelut dengan lamunannya sendiri kini memfokuskan pandangannya pada sang atasan. CEO muda bernama Jeon Jungkook, pemilik JJ group. Lalu pandangan Minji tertuju pada segelas besar beer yang tersuguh di depannya.
Jangan minum.
Memang, Jaehyun akan selalu melarangnya minum saat mereka berkunjung ke sebuah bar atau club sebab Minji bukanlah tipe orang yang bisa mentolelir kadar alkohol.
"Rapatnya ditunda. Minumlah setelah itu kita pulang."
"A-ah ... Tuan, saya--"
"Jangan buang uangku!" Minji mendengus, mencebik kesal lalu meraih gelas besar itu. Menenggak beer itu dalam sekali minum sebelum meletakkan gelasnya di atas meja dengan kasar. Ia bersumpah ... jika Jungkook bukanlah atasannya, ia tak akan bersedia menuruti setiap kata-katanya yang menjengkelkan.
Arogan.
Keras kepala.
Dan gila.
Minji membencinya, itu poin penting.
Jungkook yang sedari tadi tengah fokus pada ponselnya lekas mengedarkan pandangan saat flash kamera terasa seperti menyapu pandangannya. Kendati cahaya di sana cukup minim, tapi insting Jungkook terlalu kuat untuk menyadari bahwa itu bukan salah satu lampu club. Melainkan flash kamera.
Shit!
Ia mengumpat, tepat saat kedua matanya mendapati seseorang dengan pakaian serba hitam bersembunyi di antara lautan manusia yang sibuk melenggak-lenggokkan tubuhnya sesuai irama dentuman musik yang terdengar.
Jungkook adalah pemilik perusahaan uang bergerak di beberapa bidang, properti, fashion, dan juga investasi. Maka tak jarang jika kehidupannya, akan diselingi oleh media dan rumor-rumor murahan layaknya selebriti.
Jungkook lekas berdiri, berniat pergi bersama sang sekertaria namun Minji sudah terlalu mabuk untuk diajak pergi bahkan diseret menjauh. Sang pria mencoba mencari celah, melihat bagaimana paparazi itu terus mengincarnya dan terus membidik kamera ke arahnya. Lalu saat tiba-tiba paparazi sialan itu tenggelam dalam lautan manusia, Jungkook lekas menarik tubuh Minji berikut tasnya. Memanggulnya seperti karung beras menuju area club, lebih dalam. Sempat berhenti di depan seorang resepsionis untuk mendapatkan sebuah kamar. Setidaknya, sampai paparazi itu menyerah dan pergi, meninggalkan Jungkook dan kedamaian.
"Ah~~ Jae ... aku merindukanmu." Jungkook berdecak, tak menyangka jika sekertarisnya ini bisa menyebalkan saat sedang mabuk berat.
Lagi pula siapa Jae?
Kekasihnya?
Cih! Kenapa pria itu mau menjadi kekasih gadis menyebalkan dan pembangkang ini?
"Astaga ... dasar karung beras!" maki Jungkook saat ia berhasil membanting tubuh ramping itu di atas ranjang. Menghela nafas lalu menjatuhkan dirinya di sofa.
"Jae——cium aku..," Mata Jungkook membulat lalu mengusak wajahnya kasar, melihat bagaimana Minji mulai menggeliat malah membuat Jungkook hampir lupa dunia, "Kau benar-benar gadis menyebalkan," gumam Jungkook lalu menenggelamkan dirinya ke dalam kamar mandi sebab tubuhnya yang mendadak panas.
.
.
.Jungkook termanggu di depan kamar mandi, tepat setelah ia baru saja menyelesaikan acara mandinya, masih berbalut bathrobe lantas Minji langsung menerjangnya begitu saja. Tidak ... sebenarnya buka itu yang membuat Jungkook terkejut tapi karena Minji memeluknya dengan hanya berbalut bra dan celana dalam. Bagaimana pun, Jeon Jungkook adalah pria normal, tak berbisa berbohong jika ia bisa langsung turn on saat melihat penampilan sekertarisnya seperti sekarang.
"Ah... Jae—— di sini panas sekali, kau tidak menyalakan AC?"
Pria itu berdecak, mencoba melepaskan pelukan Minji pada lehernya. Tapi ... tanpa diduga, gadis itu malah meraih bibirnya melumatnya rakus, "Aku membutuhkanmu," bisiknya sensual membuat jiwa yang coba Jungkook kubur. Sisi lain yang tak pernah ia perlihatkan pada siapa pun akhirnya bangun.
Malam itu, terjadi begitu saja. Keduanya hanyut dalam kenikmatan, erangan dan desahan terdengar menghiasi malam berbintang. Menenggelamkan keduanya dalam masalah besar, sang pria menghentak dalam sementara Minji berusaha mati-matian untuk menahan kedua kakinya agar terbuka, memberi akses lebih bagi sang atasan. Sebelum akhirnya meledak bersama, melebur dalam kehangatan surgawi. Tanpa menyadari, jika hal itulah yang akan menyeret mereka dalam jurang kegelapan. []
KAMU SEDANG MEMBACA
'INCORRECT ANSWER'
FanfictieJeon Jungkook; sosok yang begitu dingin, begitu angkuh, dan keras kepala. Harta, tahta, wanita, 3 hal itu bisa ia dapatkan dalam sekali kedip. Namun, di balik gelimang harta, di tengah kemewahan, di tengah hati bekunya. Jungkook terpaksa menarik Yoo...