PART 3

2.3K 315 52
                                    

_

_

_

Pernikahan selesai.

Hari ini, adalah hari pertama Minji menyandang gelar sebagai Nyonya Jeon. Tinggal di sebuah rumah mewah bersama Tuan Sungjin, ia mencoba menyesuaikan diri sebab ia benar-benar tak terbiasa hidup dikelilingi kemewahan seperti saat ini. Sarapan pagi pun terasa berbeda, jauh dari kata sederhana Minji biasanya.

Jika di hari-hari sebelumnya ia hanya akan menyantap makanan sederhana, seperti kari instan dan nasi. Saat ini di meja makan sudah tertata banyak menu makanan dengan 2 orang asisten rumah tangga yang sibuk menata tempat makan keluarga Jeon. Minji menuruni anak tangga, dengan balutan pakaian kerjanya seperti biasa sebab ia pikir, bukankah ia juga harus tetap bekerja dan menghasilkan uang untuk Ibu dan adiknya?

"Minji ... kau sudah siap?" Ia terkesiap, lekas menatap sang kakek yang sudah duduk di salah satu kursi meja makan. Berdehem sejenak, Minji lekas tersenyum kikuk, "Y-ya," ujarnya gugup.

"Kemari ... duduklah, kita makan bersama." Ia lekas mengulas senyum, lantas berjalan sebelum akhirnya mendudukkan dirinya di sebuah kursi kosong yang terletak di samping Tuan Sungjin. Minji kembali didera rasa canggung, ia benar-benar tak menyangka kalau harinya berubah setelah memutuskan masuk ke dalam kehidupan Jungkook.

Suara ketukan sepatu pantofel yang bercumbu manis dengan keramik mahal itu mampu membuat Minji dan Tuan Sungjin memutar kepala, mendapati Jungkook baru saja turun dari kamarnya dengan balutan pakaian kantornya; seperti biasa.

"Aku akan langsung berangkat, Kek." Tuan Sungjin mengangguk, sementara Minji lekas berdiri, "Tunggu sebentar. Aku akan mengambil tas." Jungkook yang tadinya sudah mencapai pintu utama kini memutar tubuh, menatap Minji heran.

"Mau kemana kau sepagi ini?" Minji lekas berhenti dan menatap Jungkook dalam diam, "A-apa? Aku ... tentu saja bekerja. Bukankah aku masih sekertarismu?" Sang pria menghela nafas, lalu menatap sang kakek yang masih memandang mereka.

"Aku tidak bisa membiarkan istriku bekerja di tempat yang sama denganku. Mereka bisa saja mengklain bahwa aku suami yang tidak bertanggung jawab. Mulai hari ini, aku akan mencari seketaris baru dan kau ... lakukan saja tugasmu sebagai seorang istri. Menghabiskan uangku, misalnya. Aku pergi." Minji berhasil dibuat tercengang, bocah tengik ini benar-benar sialan. Minji lekas berlari mengejar Jungkook yang mulai meninggalkan kediamannya, sementara Tuan Sungjin hanya bisa terkekeh melihat kelakuan cucunya itu.

"Ah ... aku jadi merindukan istriku," gumamnya sambil terkekeh ringan.

Sementara Minji tak bisa diam begitu saja, ia lekas mengejar Jungkook, menarik lengan jas kerjanya hingga pria itu berhenti, tepat sebelum mencapai mobilnya yang baru disiapkan oleh seorang supir.

"Yakkk!! Apa maksudmu memintaku berhenti?!! Kau gila?! Aku masih harus memenuhi kebutuhan Ibu dan Minwoo." Jungkook berdecak, menatap tangan Minji yang masih menggenggam lengan jasnya, memghempaskannya pelan dengan tatapan bengisnya, "Jangan menyentuhku!" sarkasnya sedikit membentak, membuat Minji sontak mundur selangkah dari suami galaknya itu.

Pria itu menatap tak suka pada Minji, meraih sebuah dompet di salah satu saku jasnya, mengeluarkan sebuah blackcard limited edition dan menyodorkannya di depan wajah rupawan sang wanita, "Uangku tidak akan habis. Bawa ini." Minji melotot lagi, sama sekali tak menyukai sikap Jungkook yang menganggap bahwa uang adalah segalanya.

"Kau benar-benar menyebalkan, Jeon Jungkook!!"

"Ya! Aku memang menyebalkan tidak seperti kekasihmu itu, bukan?! Jung Jaehyun! Bukankah aku tidak sepertinya! Kenapa?! Kau tidak suka?! Kalau begitu menikahlah dengannya kalau kau bisa!! Tolong sadar di mana posisimu seharusnya, sialan!" Jungkook melempar blackcard berisi triliunan uang begitu saja ke wajah Minji lantas pergi menggunakan kendaraan kesayangannya. Tangan Minji sudah mengepal di sisi tubuhnya menatap mobil mewah keluaran terbaru itu dengan sorot mata penuh akan amarah, "Kau benar-benar pria bajingan!" umpat Minji lalu kembali masuk ke dalam rumah, membiarkan blackcard sialan itu tergeletak di halaman.

_______

Minji menghela nafas, menjatuhkan punggungnya pada bangku taman. Satu-satunya tempat yang sering ia kunjungi saat perasaannya sedang kalut seperti ini, sebuah taman yang langsung menghadap ke danau dengan sebuah bangku nyaman menghadap ke hamparan air yang tenang itu, "Bolehkan aku menenggelamkan diri di sana?" gumam Minji sambil menatap danau indah itu.

"Kalau begitu aku akan rela tenggelam untuk menyelamatkanmu." Minji tersentak, tepat saat suara lembut menembus gendang telinganya, ia sontak berdiri saat sosok pria Jung muncul dengan senyuman hangatnya, masih sama seperti sosok Jaehyun yang pernah ia kenal, "J-Jae," Pria itu mengulas senyuman, lantas duduk di tempat Minji tadi.

"Kau bahkan masih ingat tempat kencan pertama kita," kata Jaehyun santai sementara Minji nampak mati kutu, menatap Jaehyun canggung dengan memainkan jemarinya sendiri. Sang pria terkekeh, baginya ... Minji tetaplah gadis manis yang ia kenal.

"Tidak ada yang ingin kau jelaskan? Alasanmu menikahi Jeon Jungkook, apa kau benar-benar mencintainya?" Sang jelita masih terdiam sambil menunduk, "A-aku ... aku--" Perkataan Minji sontak terputus, tubuhnya sontak membeku saat Jaehyun tiba-tiba berdiri di hadapannya, menggenggam kedua bahunya sembari mengulas senyum manisnya.

"Katakan sambil menatap kedua mataku. Kau tahu, kan? Mata tidak akan pernah berbohong. Dalam hal apa pun." Sungguh ... Rasanya Minji sangat ingin menangis sekarang, bagaimana bisa ia meninggalkan Jaehyun hanya untuk Jungkook?

"Aku ... aku ingin melindungimu, Jae. Aku ingin berhenti menyusahkanmu," kata Minji lalu menunduk dalam, "Maafkan aku," sambungnya dengan suara lirih. Jaehyun menghela nafas pelan, masih menggenggam bahu mantan kekasihnya sebelum ia mendekap tubuh wanita Yoo itu.

Tembok pertahanan Minji pada akhirnya ambruk, tangisannya meledak saat ia kembali merasakan hangatnya pelukan Jaehyun di tengah hatinya yang kedinginan. Ia terisak keras, membiarkan Jaehyun memberinya kehangatan dengan usapan pelan pada punggungnya. Ia hirup aroma parfum pria itu dalam-dalam, memejam sambil kedua tangan kurusnya mulai melingkari punggung lebar pria itu.

"Hiks ... M-maafkan aku, Jae." Sang pria mengangguk, sebab ia paham bagaimana Minji. Tak akan melepaskannya begitu saja saat ia memiliki sesuatu yang sengaja disembunyikan, "Hanya untuk melindungiku? Kau rela melepas mimpi yang sudah kita rajut setahun belakangan? Lalu jika aku mengatakan padamu kalau aku pasti bisa melawan Jungkook, apa kau siap melepaskannya suatu hari nanti?" Ia terdiam, lekas mendongak untuk menatap mantan kekasihnya, "Kau tidak mengerti, Jae ... kau tidak tahu siapa Jeon Jungkook. Jadi lepaskan aku dan pergilah. Tolong ... jangan libatkan dirimu terlalu dalam." Jaehyun tak menjawab, hanya mengulas senyum sebelum mengukurkan tangan besarnya, memakai ibu jarinya untuk mengusap sisa air mata Minji.

"Aku akan tetap menunggumu. Sampai kau melepaskan Jungkook. Kapan pun itu, aku akan tetap berdiri di belakangmu,"

"Tapi Jae--"

"JEON MINJI!!" Mereka sontak menoleh, Minji terkejut bukan main saat mendapati Jungkook sedang berjalan ke arahnya, dengan kedua tangannya mengepal serta tatapan nyalang yang teruju pada Jaehyun.

"J-Jeon ... A-aku--"

Buagh!

"Jaehyun!!" Minji memekik, membekap belah bibirnya dengan kedua tangan saat Jungkook secara tiba-tiba melayangkan pukulan telak pada wajah pria bermarga Jung itu. Membuat sang empu jatuh terjengkang sambil memegangi sudut bibirnya yang terluka.

"Berhenti mendekati istriku, sialan!" maki Jungkook lantas menggenggam pergelangan tangan Minji erat, menariknya menjauh sementara pandangan sang jelita masih tertuju pada Jaehyun.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Ia lekas menghempaskan tangan besar Jungkook saat mereka berhasil berdiri di sisi mobil Jungkook yang terparkir di sebrang taman, "Harusnya aku yang menanyakan hal itu, Jeon Minji!"

"Namaku bukan Jeon Minji!! Aku Yoo Minji! Berhenti bersikap seolah kau perduli! Berhenti mengusikku! Karena aku--"

"Aku mencintaimu!!" Bibir Minji kembali terkatup rapat, menatap Jungkook yang nafasnya sudah terengah karena emosi. Lantas ia benar-benar merasa jatuh ke dalam kubangan lumpur saat Jungkook secara tiba-tiba mendekapnya. Sangat erat dan hangat. Bahkan yang ia ingat ... lebih hangat dari pelukan Jaehyun.

"Jeon mencintaimu, Minji- aah. Jadi jangan berpikir untuk meninggalkanku. Jangan pernah." []








Hai ... maaf untuk slow update-nya ya ... karena kami ga bisa janji bakal bisa update setiap hari. But, hope you enjoy it!

With luv,

Ken & Yuan 💜

'INCORRECT ANSWER'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang