"Lalu kita menjadi sepasang, kau dan aku berbahagia dalam waktu yang panjang, Aamiin. aamiin,"
*****
Irish merapatkan tubuhnya pada dinding disamping pintu toilet paling ujung, ia mengepal tangannya kuat-kuat, dan ketika pintu toilet itu terbuka, dengan segera Irish melintangkan kakinya.
"Brakkk!"
Irish melihat sosok perempuan yang tengah tersungkur didepannya. Kalla Senja, perempuan itu merintih kesakitan dengan tangan memegangi lutut yang kini mulai mengeluarkan darah.
Irish kembali menyandarkan tubuhnya pada dinding, ia menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong, "Gue berharap bukan gue sendiri yang antagonis disini."
Irish menegakan badannya lalu berlutut menyamai posisinya dengan Kalla, "Mau gue ceritain ga gimana awalnya gue kenal Pandu?"
Kalla tersenyum miring, "Lo terganggu karena Pandu peluk gue tadi?"
"Ssssttt," Irish menempelkan telunjuknya di bibir Kalla.
Lalu tangan Irish menarik rambut Kalla agar perempuan itu mendekatkan wajahnya dengan Irish, sontak membuat Kalla menjerit kesakitan.
"Gak baik terlalu cepet memotong omongan orang," bisik Irish.
Kalla mendorong pundak Irish, berusaha menciptakan jarak agar ia bisa berdiri, namun tangan Irish begitu kuat menariknya sehingga Kalla kembali terjatuh dan terduduk seperti posisi awal.
Irish menatap mata Kalla yang mulai memerah, gadis itu menahan tangis. Irish tersenyum tipis, "Yang kenceng Kall, biar semua orang tau gue yang menang kali ini."
Irish merapikan rambut Kalla, menyelipkan anak rambut Kalla kebelakang telinga, "Dulu ada anak baru dikelas gue, namanya Pandu, dia dateng disemester dua kelas sebelas."
"Awalnya gue gak pernah tertarik sama dia, tahu dia ada dikelas gue aja engga, sampai suatu saat dia jadi satu satunya orang yang berani nolongin gue, dan orang pertama yang gue mintain tolong," lanjut Irish.
Irish diam sejenak, lalu ditatapnya mata Kalla dengan pandangan lelah, "Gue jadi ngerasa punya orang yang bisa selalu ada disisi gue, gue berusaha keras banget buat deketin dia, sampe ya akhirnya kita deket, gue merasa satu satunya yang milikin Pandu,"
"Tapi dikelas duabelas ada sosok baru yang dateng ke Pandu, namanya Kalla Senja, dengan embel-embel sahabat dari kecil dia berhasil ngerebut Pandu dari gue,"
Kalla memicingkan pandangannya, "Lo harus belajar siapa yang merebut siapa disini."
Irish kembali menarik rambut Kalla, "Gue bilang gak baik memotong omongan orang."
Kalla menggenggam lengan kanan Irish yang mencengram rambutnya, lalu tertunduk dalam menyembunyikan tangis.
"Sori, gue gak tau kalau terlalu sakit," ucap Irish namun tetap mencengkram rambut Kalla dengan kuat.
Dengan tangan kirinya, Irish mengangkat dagu Kalla agar pandangan mereka kembali bertemu, "Tapi seiring kepergian Pandu, siapa sangka gue dapetin sahabat Kalla yang lainnya, Pillar."
Irish tersenyum tipis, ia memajukan wajahnya dan berbisik di telinga Kalla, "Sampai sekarang. Sampai sekarang Pillar masih jadi milik gue."
"Jadi..."
Irish melepaskan cengkramannya, lalu merapihkan kembali rambut Kalla, "Berhenti jadi serakah, biarin Pillar jadi milik gue,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlet
Romancemerah padamlah hatiku. begitu mendalam. karenanya jawabku. sebab jatuh cinta padanya dengan bahagia. merah darahlah hatinya. begitu menganga. karenaku jawabnya. sebab patah hati padaku dengan terluka.