1 | Perjodohan

14 9 2
                                    

Adakala sesuatu yang sangat-sangat kau dambakan ternyata tak diciptakan untukmu. Sedangkan, sesuatu yang tak pernah kau inginkan kehadirannya ternyata ditakdirkan tuk bersamamu.

-My destiny

***

"Ummi ... Biarkan Mayra memilih jalan hidup sendiri, biarkan Mayra memilih dengan siapa akan bersanding, biarkan Mayra memilih kapan tuk menikah. Please ... Jangan lakuin ini sama Mayra, Mayra itu dah gede, dan Mayra belum mau nikah, Mi .... Mayra mau sukses dulu!" tukas seorang gadis dengan nada lemah. Sedangkan wanita paruh baya dihadapannya hanya menatapnya sendu.

"Ummi, ga pernah memaksa kamu, May. Pilihlah segala sesuatu sesuai hati dan istikharahmu, sayang. Kalau kamu gamau, yasudah, nanti Ummi coba bicarakan dengan abi-mu." wanita paruh baya itu kemudian membawa putri dalam dekapannya. Tak lama, ia merasakan bahunya basah, tubuh putrinya bergetar. Apa ia menangis?,"Mayra sayang, kamu kenapa nangis nak? Apa Ummi salah bicara sama kamu?" sambungnya, secara melerai pelukan. Namun, gadis itu malah semakin menguatkan.

"Humayrah, sayang Ummi ...," lirihnya disela-sela tangis.

"Iyah, Ummi juga--,"

Brakkk ...

Kedua insan itu lantas menoleh kesumber suara yang diperkirakan berasal dari luar kamar gadis bernama lengkap Aisyah Humayrah atau yang kerab dipanggil Mayra itu.

"Astagfirullah ... Abi kenapa?" Humayrah lantas mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh sosok yang dipanggilnya 'Abi' itu, keduanya sama-sama terduduk dilantai. "Ya Allah, Abi ga kenapa-kenapa, kan?"

"Humayrah, dengarkan Abi sayang, Abi mohon ... Tolong jangan batalkan perjodohan ini, tolong jangan membuat kami semua kecewa, tolong terima semua ini, sayang, dan tolong ... Tolong maafkan Abi yang telah melibatkanmu dalam semua ini. Tolonglah Abi-mu yang penuh dosa ini, Mayra ...."

Humayrah, gadis dengan piyama teddy bear dan rambut kucir kuda itu menatap gusar. Tangannya mengelus tangan kekar milik sang Abi. Kemudian beralih tatap kearah, Fatimah -Sang Ummi-, tapi yang didapatinya hanyalah tatapan dengan kesedihan yang mendalam dan wajah yang dibasahi oleh air mata kesedihan. Itu membuat Humayrah semakin gusar.

"Abi ... Bangunlah, Bi. Jangan buat Mayra terlihat seperti anak durhaka. Jangan berbuat seperti ini, Bi!" gadis itu membantu, Adli -Sang Abi- tuk berdiri.

"Mayra, akan terima. Sesuai yang Abi, minta." Humayrah lalu mengesat air matanya dan beralih mengumpulkan pecahan vas yang tak sengaja terjatuh oleh, Adli.

"Kamu gak kepaksakan, May?" Fatimah yang sedari tadi diam, kini mulai mengajukan pertanyaan.

"Humayrah, Ikhlas!" ucap Humayrah lantang.

***

Di sebuah kamar dengan dekorasi yang terkesan klasik, nampak seorang gadis tengah menekuk lutut di salah satu sudut. Pandangan kosongnya merawang kejadian tadi sore.

Gadis bernama Aisyah Humayrah itu sesekali menekup wajahnya, matanya nampak lebam. Ia hanya mampu mengeluarkan air mata. Sudah cukup penderitaan kedua orang tuanya terhadap semua kesedihan. Ia tak mau mereka menderita lagi.

Sebuah senyuman miring terpancar dibibir yang berwarna peach milik Mayra. Senyuman yang penuh dengan rasa luka yang mendalam.

"Perjodohan bahkan sebelum kami dilahirkan, kebodohan macam apa ini?!"

***
To Be Continue

I hope your like my story:)

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang