2. Gablis

5 1 1
                                    

Dari tempatnya berdiri, Sean menoleh kearah pintu laboratorium yang baru saja terbuka. Bibir Sean tersenyum merekah melihat Rinai berjalan menujunya sambil melepaskan almamater yang melekat pada tubuh gadis itu, Sean sangat menyukai Rinai mengenakannya. Menurut Sean gadis penggemar film India itu terlihat lebih dewasa dan tentu saja sangat cantik. Saat kebanyakan gadis sebaya Rinai menyukai oppa-oppa korea, maka hal tersebut tidak berlaku untuknya. Sean terkekeh mengingat selera Rinai yang berbeda dari yang lain.

Semari melipat almamater Rinai menatap Sean penuh selidik.

"I know I'm beauty. So, are you crazy? Segitu frustrasinya kamu senyum-senyum pepsodent karna aku tolak melulu."

Sean menegakkan tubuhnya yang bersender ditembok "Dan kamu bakal frustrasi karna ngga bisa menolaknya." gombal Sean menarik salah satu alisnya keatas.

"That right. Kali ini aku ngga nyangkal" balas Rinai berjalan melewati Sean.

Sean menjejerkan langkahnya dan mengengam tangan Rinai "Apa aku harus jadi Shah Rukh Khan untuk kamu sukai?"

"Aku suka hal yang berbeda, kamu ngga harus jadi orang lain. Kamu tahu itu'kan?

"Ah.. Sorry, I forgot."

"For what?" Rinai bertanya, kurang mengerti maksud Sean. Rinai tahu ada maksud lain dibalik kata yang Sean ucapkan.

"Dia masih terselip. Aku, kamu ngga akan pernah menjadi kita. Right?"

Langkah Rinai berhenti. Sean menatap Rinai sendu tetapi berbeda dengan Sean yang malah mendapatkan tatapan sinis.

"Ingat Sean" ujar Rinai penuh tekanan "Aku udah pernah bicara untuk ngga ngebahas tentang kita, apalagi sampai bawa-bawa dia." Rinai lepaskan tangannya dari genggaman Sean.

Rinai tak ingin Sean pergi lalu meninggalkannya dan juga jangan lupakan bahwa Rinai tidak akan melepaskan sahabat Sean. Rinai egois, begitulah nyatanya. Rinai terdiam karena merasa bersalah. Dan Sean terdiam karena berusaha terlihat baik-baik saja.

"Kamu suka kemejaku?"

Merasa cukup membuang muka, Sean menghela nafas pelan dan kembali menatap Rinai. Memperhatikan kemeja toska polos tanpa motif yang terlihat pas ditubuh berisi Rinai.

"I like that. Tapi aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu." balas Sean bernada lagu pupus. Sungguh Sean benar-benar tulus mengatakannya.

"Dih. Padahal aku ngga ngarep itu keluar dari mulut kamu."

"Lah?"

"Kamu suka kemejamu? Harusnya kamu nanya gitu. Kan jadi mirip kapten Jin pas ngasih kalung ke dokter Kang" cibir Rinai meniru dialog drakor DOTS favorit Rintik.

"Oke. Kamu suka kemejamu?"

"Of course! Rintik yang ngosokin bajuku." kekeh Rinai.

Sean mendelik. "Ya! Aku cantik'kan? Seingatku itu jawaban Dokter kang."

"Aku cantik. Kamu udah bilang gitu tadi."

"Excuse me miss? Aku Cuma bicara aku suka kamu. Bukan bilang kamu cantik"

"Pendusta! Jidat kamu udah menjawab semuanya."

"Oh iya! Ada tulisan Rinai cantik di jidatku. Duh jadi ketahuan."

Jiwa Rinai bergetar. Ini sudah kesekian kalinya Rinai selalu berdebar karena ulah Sean bahkan irama jantung Rinai tidak pernah berubah, parahnya semakin berdebar. Kelebihan Sean, hanya Sean yang dapat melakukan itu.

RINTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang