0.2 - Hiding Tonight

1.1K 150 41
                                    

The Macarons Project - Fly Me to the Moon

----⛔----

"Wow, Ini keren banget Ta."

"See?" Tahira tertawa melihat seorang lelaki yang berdiri di sebelahnya. "Gue bilang
juga apa."

Lelaki itu melihat sekeliling ruangan. Takjub dengan sebuah cafe di bilangan Bintaro yang menjadi tempat rekomendasi Tahira untuk duduk santai dengannya.

"A stylish coffeehouse in a contemporary," dia menghampiri Tahira. "Wood-tones space."

Mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Ditmar, Tahira membalikkan badannya menghadap lelaki yang masih menggunakan office outfit-nya itu.

"Wow," katanya sambil tertawa. "Sejak kapan banker di hadapan gue ini berubah haluan menjadi seorang interior designer?"

Ditmar tertawa. Tangannya begerak mencolek hidung perempuan di hadapannya.

"I've learned a lot from you, tho," katanya.

Beberapa menit ke depan dihabiskan oleh keduanya berkeliling di sekitar cafe, membiarkan Tahira memotret sana sini menggunakan kamera yang seringkali di bawanya itu.

"Jaga-jaga Dit," jawabnya tempo hari saat Ditmar bertanya soal kameranya. "Siapa tahu ada inspirasi, jadi tinggal gue jepret"

Ditmar, seorang banker di sebuah bank yang cukup ternama itu memang beberapa bulan belakangan ini mengisi hari-harinya Tahira. Perkenalannya dengan Tahira berawal dari Gadhra, rekan satu kantor Ditmar yang merupakan sahabat Tahira sejak mereka masih duduk di bangku SMA.

Ditmar saat itu sedang car free day di sekitar Bundaran HI, bersama dengan Disa, adik perempuannya. Tidak sengaja kedua bola matanya menangkap sosok Gadhra yang berdiri tidak jauh dari tempatnya bersama dengan seorang perempuan disampingnya. Tahira ternyata. Perkenalan itu ternyata berlanjut hingga sampai malam ini saat Tahira sedang duduk di hadapannya, menceritakan betapa excited nya dia dengan project baru di kantornya. Sungguh Ditmar harus berterimakasih kepada adiknya karena telah memaksanya untuk olahraga pagi-pagi tempo hari.

"Friday night gini, nge-beer bentar yuk Dit."

Suara Tahira sontak menyadarkan Ditmar. Lelaki itu tersenyum kecil.

"Great idea," jawabnya.

****

"Lo sama sia— lah! La u!"

Kehadiran Tahira dan Ditmar di Parc 19, sebuah cafe di bilangan Kemang disambut oleh Gadhra, teman SMA Tahira sekaligus teman satu kantor Ditmar itu.

"Sama gue," Ditmar menepuk punggung Gadhra yang hadir bersama Kalia, pacar Gadhra yang kemudian dihampiri oleh Ditmar.

"Hei, Kal." katanya tersenyum jahil. "Makin cantik aja, sih?"

Sontak Gadhra yang sedang menghirup rokoknya, melihat ke arah Ditmar dan meletakkan puntung rokoknya di atas asbak.

"Mas Ditmar," panggilnya tersenyum manis. "Mulutnya mau saya lakban?"

Seisi meja tertawa melihat Gadhra yang menggerutu.

Tahira tersenyum kecil melihat semua teman-temannya. Sebenarnya, ini semua sudah direncanakan olehnya. Lebih tepatnya, sudah direncanakan untuk jalan bersama Ditmar sebentar sepulang kantor, kemudian mengajaknya untuk berkumpul bersama teman-teman SMA nya yang sudah direncanakan oleh mereka sedari minggu lalu.

That Night Has Opened My EyesWhere stories live. Discover now