Nadin Amizah - Bertaut
- - - ⛔️- - -
"Okay, that just covers everything for today. Thank you."
Tangan Tahira bergerak menutup laptop miliknya sebelum ia melepas kacamata yang sedang dipakai olehnya. Perempuan itu meregangkan badannya yang terasa kaku karena tidak terasa sudah dua jam dia duduk di meja makan apartemen.
"Seriously? Weekend begini kerja, Ta?" Enda melihat sekitar. "Tatya mana?"
Suara yang baru saja terdengar di telinga Tahira membuat ia sontak menegakkan kepalanya, tertawa kecil melihat Enda yang baru saja keluar dari salah satu kamar di apartemen milik mereka dan kedua temannya ini.
"Tatya jogging," Tahira menjawab "Eh, Nda, lihat deh."
Enda duduk di samping Tahira.
"Gue lagi bikin sketch kasar untuk design ruang kantor client gue tadi."
Tahira menunjukkan iPad yang sedari tadi digunakan olehnya untuk menggambar.
"Menurut lo gimana?" tanyanya.
Tangan Enda bergerak memegang iPad milik Tahira. Beberapa detik lelaki itu melihat gambar Tahira, ponselnya langsung berbunyi yang membuat Enda sontak melirik ke layar. Ia langsung menjawab telepon yang masuk sambil tangan kirinya memberikan kode kepada Tahira untuk menunggu.
"Ya, Mas?"
Kedua bola mata Tahira bergerak mengikuti Enda yang berdiri dari kursi makan dan berjalan menuju kamar, menjauhi Tahira yang mengangkat kedua bahunya sebelum ia menutup iPad nya. Memilih untuk menyudahi pekerjaan di weekend yang agak mendung ini, Tahira bangun dari duduknya dan merebahkan dirinya di sofa ruang tv sambil mengambil ponsel miliknya di drawer samping sofa.
Tahira: Mendung2 gini, ramen enak nih.
Semenit, dua menit, Tahira menunggu pesannya dibalas namun belum mendapat jawaban.
"Ta, cabut ya!"
Suara Enda yang baru saja keluar dari kamar apartemen sambil menjinjing tas ranselnya membuat Tahira yang baru saja menyalakan TV melirik ke arahnya.
"Lah, mau kemana?" tanyanya. "Buru-buru amat."
Enda berjalan menuju dapur apartemen dengan sedikit berlari, mengambil roti apapun yang ada di dalam lemari dengan cepat.
"Kantor," jawab Enda. "Aplikasi team gue ada bugs."
Tahira tertawa.
"Seriously? Weekend begini kerja, Ta?" kata Tahira dengan nada meledek.
"Kampret lo!" Enda tertawa kecil. Dilemparnya bungkus roti yang sedang dipegangnya ke arah Tahira. "Lo nggak kemana-mana kan? Nanti lunch sama gue ya. Gue bentar doang."
"Enggak bisa gue."
Jawaban Tahira barusan membuat Enda yang baru saja membuka pintu apartemen menghentikan langkahnya melihat perempuan yang sedang berkutat dengan tontonannya di ruang TV.
"Apaan?" tanya Tahira menyadari Enda melihatnya.
"Mau kemana emang?"
"Gue kepingin ramen."
"Ya udah, yuk!"
Mendengar jawaban Enda, Tahira yang sedang menjeda film yang ditontonnya melihat ke arah lelaki yang masih berdiri di belakang pintu. Seolah sedang menunggu jawabannya.
YOU ARE READING
That Night Has Opened My Eyes
Chick-LitAnd I hope when you see my face, you'd be reminded that for me, it isn't over. It isn't over.