Part 4 #Toiletsekolah

5 0 0
                                    

Perhatian yang menyesatkan adalah perhatian tanpa perasaan.

“Sini berdiri, duduk disana aja, biar gw bersihin lukanya”, kata ka Fandi.
Dia membersihkan luka gw dengan sapu tangannya seraya menenangkan gw.

“Jangan nangis lagi Ra, masalah yang tadi daong kan. Gapapa kok, ngapain di pikirin”, terang ka Fandi ke gw.
Gw cuma bisa diam aja karena ada pepatah mengatakan bahwa diam itu emas. Baiklah biar gw kaya, gw nyimpan emas dulu di diri gw. Akhirnya ka Fandi yang nganter gw pulang.

“Jangan dipikirin ya, gapapa kok”, tenang ka Fandi ke gw sambil elus kepala gw.

“Maaf ka”, jawab gw dengan muka yang memelas.

Semenjak hari itu, hubungan gw dengan ka Fandi makin menjauh. Ini buat gw sedih banget. Bakan saat berpaspasan saja dia memalingkan wajahnya. Kayanya, dia bermaksud untuk menjauh dari gw. Saat rapat hari ini aja, dia berusaha banget untuk ga natap gw. Saat rapat gw malah nulis puisi dan ini salah satu isi dari hati gw.

Cinta yang Salah

Pada akhirnya, aku terjebak di hati yang salah
Mencintai dengan sungguh, tpai tidak dibalas dengan tulus
Perhatianmu membuatku berarap lebih soal rasa
Membiarkan hatiku dibuai ole rayuan gombal
yang kuanggap nyata namun hanya kau anggap bercanda
Percuma kurasa mencintai jika yang kudapat anya perih di hati
Aku yang salah mengartikan perhatian menjadi perasaan
Aku yang salah memilih ketika aku sama sekali tidak termasuk kedalam pilihanmu
Semua seakan salahku, menganggap canda menjadi cinta
Dan pada akhirnya hanya sebuah luka yang tak bisa mereda
Ketika nyaman membuatku ingin memilikimu seutuhmya.
Ini salaku... (emot nangis)

Begitulah curhatan hati gw pada selembar kertas yang gw remuk lalu gw buang ke tong sampah. Sama saja seperti gw, dibuang pas lagi sayang-sayangnya sebelum gw diperjuangkan. Lebay bat dah, padahal ga dibuang, gw aja yang kepedan dibuang sama ka Fandi. Sedangkan dia? Mandang gw aja kaga. Ara...Ara...

“Besok adalah H-1 acara Pentas Seni kita, semua udah dikerjakan sesuai rencana dan saya harapkan besok kita tidur disekolah ya teman-teman. Untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan termasuk dekorasi Pentas. Jadi, saya mengingatkan kembali kepada teman-teman untuk membawa perlengkapan, supaya tidak ada yang ijin pulang keruma lagi, sampai disini apa ada yang bertanya ?”, tutup ka Fandi pada rapat terakhir.

“Maaf ka, ngumpulnya jam berapa ya?”, tanya Rani, salah satu anggota Osis.

“Ohh iya, saya lupa, maklum faktor U ya”, candaan ka Fandi yang buat semuanya pada ketawa.

“Kita ngumpul jam 5 sore ya teman-teman, yang telat kita hukum nanti”, lanjut ka Fandi.

“Yahhhh...”, suara ini serentak terdengar setelah ka Fandi bilang ada hukumannya jika ada yang telat.

“Baiklah, sampai disini rapat kita, sampai jumpa besok sore, sekian dan terima kasih”, tutup ka Fandi.

Ada cinta yang diijinkan Tuhan untuk dirasakan, tapi bukan untuk kita miliki.

Gw rasa kata-kata itu tepat banget pada keadaan gw saat ini. Gw gatau kenapa sayang ini malah semakin besar, padaal jelas-jelas ka Fandi udah ngejau dari gw.

“Dek, itu perlengkapan kamu udah mama siapin ya, diatas meja kamu, pakai tas biru”, teriak mama dari dapur saat gw lagi makan siang.

“Oke mama, makasih ya mama kuh paling cantik”, jawab gw dengan sedikit pujian.

“Hati-hati disana dek, jangan nakal, jangan lasak, jamgan keluar-keluar sekolah kalau ga penting-penting banget dek”, nasehat mama.

“Siap BOS”, jawab gw semangat.

Semua udah pada ngumpul disekolah dan yang telat benar-benar di hukum sama ka Fandi. Sebagian disuruh nyapu, buang sampah dan hukuman yang bermaksud untuk bersih-bersih dilokasi Pentas Seni.  Semua pada sibuk dengan tugas masing-masing. Gw ngeliatin ka Fandi yang lagi ngedekor pentas.

“Astaga ka Fandi, ko ganteng banget ya?”, batin gw sambil liatin ka Fandi dengan memakai kaos hitam, jaket putih, celana chino coklat dan sepatu putih.

“Woiiii”, suaranya dengan melengking mengagetkan gw.

“Ehhh iya ka Fandi”, jawab gw tiba-tiba dan membuat semua pandangan ke gw.

“Ini gw, Sonia bukan ka Fandi Ra, hayoloh, lu pasti habis mikirin ka Fandi kan”, suaranya membuat pandangan orang lain lagi tertujut pada gw untuk yang kedua kalinya.

Gw langsung menutup mulut Sonia dan membawanya menjauh dari tempat itu. Hari ini udah jam 9 malam. Tiba-tiba gw sesak pipis dan minta  Sonia untuk nemanin gw ke toilet yang letaknya cukup jauh kebelakang dan sedikit gelap. Gw langsung keinget film-film horor, kalau di sekolah itu sangat menyeramkan jika di malam hari. Kami hanya membawa Hp untuk menambah pencahayaan kami.

“Kesrekkkkk”, suara seperti mengeorek-ngorek sampah.

“Ra, suara apaan tu, takut gw, balik aja yok?”, seru Sonia dengan suara yang gemeteran.

“Nanggung banget Son, udah mau sampe juga, gw sesak banget nih. Gak lucu kan kalau gw pipis di celana. Udah de, gadak apa-apa. Mungkin itu tikus doang”, jawab gw sambil nenangin Sonia.

Kami berjalan sambil bergandengan dan liat kanan kiri. Sekitar 10 langkah menuju toilet, tong sampah yang ada di depan kantin malah jatuh dan buat kami teriak menuju toilet. Aku ngeliat kalau Sonia sangat takut, telapak tangannya pun terasa dingin.

“Son, lu tunggu gw ya, gw masuk dulu”, pinta gw ke Sonia.

“Lu jangan lama ya,  gw takut disini sendiri”, jawab Sonia.

“Iya, tenang aja lu, lu jangan ninggalin gw. Awas aja lu tinggalin gw. Persahabatan kita berhenti sampai saat ini”, ancam gw.

Sonia pasrah mendengar ancaman gw. Tiba-tiba saja lampu mati dan gw dengar dari dalam toilet suara teriakan Sonia menjauhi dari toilet. Pas gw buka pintu ternyata pintunya terkunci dan gw langsung aja teriak minta tolong karna ketakutan sambil gedor-gedor pintu. Berharap ada yang denger dan datang nolong gw.
“TOLONG TOLONGGGGG.....” teriak gw berkali-kali tapi tetap saja tak ada yang datang nolong gw.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang