1.Awal

385 43 42
                                    

Jika pertemuan datang untuk pergi, lantas mengapa air mata datang tanpa mau berhenti.

••●••

Diarea koridor kelas XII SMA KENCANA, terlihat seorang gadis tengah berjalan dengan sesekali berloncat loncat kecil sambil bersenandung dari mulut mungil nya.

Wajah yang tampak ayu dengan kulit putih bersih, mata coklat bening, hidung mungil yang mancung, bulu mata lentik dan bibir merah ranum miliknya membuat banyak siswa siswi SMA Kencana memekik kagum.

Namun tak banyak juga yang memberikan komentar yang sangat mengganggu pendengaran, bahkan sampai menohok hati.

Bagi gadis bernama Amanda Nesya Gavinandar, sebuah hujatan yang ia terima adalah sebuah nasihat dari setiap orang yang ingin memperbaiki dirinya. Bukan masalah besar yang harus ia besar besarkan bukan, hanya hujatan yang harus ia terima dan harus lapang dada.

Sepanjang perjalanan menuju kelas XII IPA 2, tak henti hentinya ia memamerkan senyuman yang sangat menawan. Bukan tanpa alasan ia menunjukkan senyuman nya, namun karena alasan yang sangat familiar ditelinga khayalak ramai, yaitu cinta.

Tujuan nya kali ini tak jauh berbeda dengan hari hari yang lalu selama enam bulan terakhir, kelas XII IPA 2, tempat dimana sang pujaan hatinya berada.

Banyak omongan yang ia sering kali terima ketika hendak mengantarkan bekal makan siang untuk sang pujaan hati, komentar nasihat yang sangat ia butuhkan, komentar penampilan yang sangat membantu dan komentar penyemangat yang ia butuhkan.

Banyak komentar positif yang ia dapatkan dari semua siswa siswi koridor kelas XII SMA Kencana, dan bahkan banyak pula komentar pedas dari para netizen yang mengatakan secara terang terangan.

'Murahan banget jadi cewek, gak punya malu kali'

'Dasar cabe gak jelas'

'Udah ditolak masih aja ngejar, dasar gampangan'

Bukan rasa malu atau takut yang ia rasakan saat ia mendapatkan cibiran pedas dari setiap orang yang tidak menyukainya, namun setelah enam bulan lamanya ia melakukan ritual setiap akan masuk kelasnya, membuat ia terlihat kebal dan enggan untuk mempermasalahkan nya.

Mungkin dulu memang pada awal mula ia melakukan ini, ia merasa takut, tidak percaya diri, malu dan sakit. Namun setelah enam bulan lama nya, ia jadi terbiasa dengan semua ini.

Saat ini Amanda telah sampai didepan pintu kelas yang bertuliskan XII IPA 2, yang artinya tempat tujuannya tengah didepan mata, sesekali ia menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan, untuk menetralkan detak jantung nya yang ingin sekali berlarian dihalaman sekolahnya.

Dengan tekat yang mantap ia memutar knop pintu yang ada di depannya secara perlahan lahan, saat pintu telah terbuka, ia mengedarkan pandangannya mencari sang pemilik hati yang telah mengisi hatinya yang tertutup rapat setelah kejadian dua tahun yang lalu.

Saat pandangan matanya telah menemukan sosok yang ia cari, lantas ia melangkah masuk dan menghampiri sang pemilik hati.

"Kak Aiden..!" Panggilnya pada pria yang tengah menenggelamkan kepalanya diatas kedua tangan yang terlipat diatas meja.

Aiden Galaksi Alejandro. Pria tampan dengan wajah yang rupawan, rahang yang keras, kulit putih bersih, hidung mancung, tatapan mata yang tajam dan tentu saja badan yang atletis.

Pria dingin serta sifat cuek yang selalu melekat pada dirinya, membuat banyak kaum hawa yang menyerah untuk mendapatkan hatinya, karena lelah untuk mengejar serta lelah dengan setiap ucapan pedas yang ia keluarkan.

Dan jangan lupa sang sang pemimpin perang. Dewa kematian dari setiap perang yang ada, pemimpin geng Deregles, sang penguasa jalanan dan kematian.

"Eeh ada neng Amanda, mau nganter makanan ya?" Bukan pria yang ia tuju yang menjawab, melainkan teman dari sang pemilik hatinya.Alvian Candra Stevano.

Pria tampan tak jauh berbeda dengan sang dewa perang, sifat yang friendly, membuat ia terkenal pada kaum adam maupun kaum hawa, namun sayangnya, sifat playboy juga melekat pada dirinya.

"Iya kak, kak Aiden lagi tidur ya?" Jedanya."maaf kak kalok aku ganggu, yaudah kak, aku nitip ini aja buat kak Aiden!" Katanya seraya memberikan kotak bekal makanan yang ia genggam.

"Aduh Amanda, yang cantiknya ngalah ngalahin Agnes Monica!"

"Nggak capek apa tiap hari ngasih makanan sama pak ketu kita, padahal nggak pernah direspon loh! Mending sama aa Ardian aja!" Lanjut Ardian yang sedari tadi diam menyimak percakapan yang terjadi.

Ardian Panji Alaskar. Pria yang sifatnya sebelas duabelas dengan Alvian, playboy kelas kakap yang sangat femaus dikalangan remaja, pemilik suara emas dari anggota inti Deregles.

Amanda hanya tersenyum untuk membalas ucapan dari sang playboy kelas kakap, enggan untuk menjawabnya karena jam telah menunjukkan pukul 06.57, yang artinya bel akan terdengar tiga menit lagi.

"Ya udah kak, aku mau ke kekelas dulu ya, udah mau bel!" Katanya sambil memandangi inti Deregles satu persatu.

"Duluan ya kak, salamin buat kak Aiden ya!" Lanjutnya sambil melenggang pergi.

"Eh pak ketu, lo beneran tidur?" Tanya Alvian saat melihat Amanda telah keluar dari kelas mereka.

Mendengar penuturan temannya itu, sang dewa perang menegakkan posisinya menjadi duduk dengan malas.

"Enggak!" Jawab Aiden dengan malas dengan mengambil ponselnya dari saku bajunya.

"Lo nggak kasian sama dia? Dia udah berjuang loh bro buat dapetin hati lo!" Ujar Nizar yang sedari tadi diam, mrmperhatikan interaksi dari teman temannya.

Yang merasa pun langsung mengalihkan pandangannya dan menatap Nizar dengan sebelah alis yang terangkat.

"Ya menutut gue sih, lo kasih lah kesempatan buat dia, kasian dia!" Lanjutnya sambil melihat keluar kelas untuk melihat lapangan basket sekolah.

"Bukan urusan gue, dia yang ngejar ngapai gue yang ribet." Jawab Aiden sambil memalingkan tatapannya ke arah ponsel didepanya.

"Terserah lo deh, gue nggak ikut campur." Jedanya " tapi pesan gue sih ya, jangan sia sia kan orang selagi masih ada. Ada saatnya lo bakal kehilangan saat dia udah merasa lelah buat ngejar lo!" Lanjutnya sambil menepuk bahu sang pemimpin, lalu memalingkan wajahnya.

"Sok puitis lo, kutu badak!" "Nggak sadar diri emang, noh liat semua gebetan lo bercerakan dimana mana!" Ujar Ardian sambil menoyor kepala sang playboy kelas koi.

"Sakit anjing, bangsat lo emang, lo lupa gue ini temen lo hah!" Jawab Alvian sambil mengusap keningnya yang sakit karena perbuatan temannya.

"Hehehehe! Ya maap, tangan gue gatel gara gara nggak pernah mukulin orang lagi." Jawabnya sambil cengengesan tanpa dosa.

Alvian hanya mendengus malas pada temannya yang sangat tidak berperi kemanusiaan itu.

"Cabut." Ujar sang ketua sampil berdiri dan berlenggang pergi dari hadapan teman temannya.

Tanpa ba bi bu seluruh inti geng Deregles, langsung patuh dan mengikuti sang ketua nya pergi.

AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang