Bahkan karena cinta, persahabatan yang sudah lama dijalani bisa putus. Apa saja bisa dilakukan, karena cinta itu memang buta. Buta akan segala hal selain untuk dapat menyenangkan hatinya sendiri.
"apa lagi yang lo mau! Semua nya lo rebut. Bahkan gaada yang berpihak pada gue hiks. Gue benci lo mila! Gue benci!!!"
Plaakk
Belum jauh dari tempat tadi azmi, aban, serta yang lainnya langsung berbalik arah. Disana mila tengah memegangi pipi kanannya yang ditampar reflek oleh ara, ia sangat geram.
Jelas saja mereka kembali lagi pada tempat kejadian. Kecuali, ahkam dan syakir. Mereka sudah terburu.
“ara!”,ara dan yuyun segera meninggalkan mereka, mengacuhkan panggilan aban.
“mila lo gpp? Sini gue liat berda---”,pergerakan aban ikut terhenti oleh mila
“cukup! Cukup ban, aku udah muak dengan semuanya, tolong kamu jauhi aku. ini gak sebanding dengan sakit hati yang dirasain ara. Hikss, aku tau ara itu lemah sejak mamahnya pergi aku yang akan berperan menjadi saudaranya. Aku ga tega liat dia menderita. Aku mohon kejar dia ban, dan jangan pernah deketin aku lagi.. Hiks aku a..aku----”
“dia udah jahat, dan lo masih ngebelain dia? Cih”,aban mendecih benci
“baiklah, kalo itu yang lo mau”,dengan sedikit kesal aban tetap menuruti ucapan mila. Ia segera bergegas.
“mil maaf gue pulang dulu gpp ya, nenek masuk rumah sakit lagi”,sambar ani cemas, ia baru saja diberi kabar jika neneknya kembali masuk rumah sakit. Penyakitnya kambuh.
“lo gue tinggal ya”,segera ia peluk mila lalu bergegas berlari.Sekarang hanya tinggal mila dengan azmi yang sedari tadi hanya diam.
“gue bantu”,azmi menjulurkan tangan kanannya hendak memberi bantuan. Mila pun hanya menerima seraya tersenyum ramah
“gue anter ya”,azmi mulai prihatin melihat bekas darah disudut bibirnya
“gak usah, aku..akhhh...”,bibirnya terasa pedih saat bicara
“tuhkan buruan gue anter pulang, gue gak nerima penolakan”,langsung saja azmi menarik tangan itu menuju motor miliknya.
.
.
.Mereka hanya diam menikmati terpaan angin. Tak ada yang berniat berbicara.
Mila diam dalam pikirannya, dia memikirkan bagaimana keadaan sahabatnya saat ini. Tidak pernah terpikir olehnya jika hal sepele pun dapat merusak hubungan persahabatannya. Membangun sebelum berbentuk itu memang mudah, namun membangun kembali setelah rusak itu susah. Memang benar, kita dapat belajar dari kesalahan tapi itu tergantung pada kondisi hubungan itu sendiri.
Perkataan ara selalu terngiang ngiang dikepalanya, betapa bencinya ara pada dirinya. But, air mata ara tadi membuat ia yakin jika ara masih mau mempertahankan persahabatan itu. Dirinya hanya diselingi perasaan kalut oleh kecemburuan serta kebencian. Tanpa sadar pun mila meneteskan air matanya.
“ini bukan jalan rumahku”, ia tersadar akan lamunannya. Entah kemana azmi membawanya, yang jelas ini bukan jalan menuju rumahnya. Tapi motor yang dinaikinya ini sudah berhenti disebuah taman dekat gedung besar. Segera ia turun dan menatap pemandangan yang indah, bahkan sangat indah. Udara yang sejuk menambah kesan keindahannya.
“lo nangis?”,tanya azmi menatapnya lekat
“a..aku e..enggak aku ga nangis tadi kelilipan aja hh..iya”,jelas terpatri kebohongan dimatanya. Azmi pun paham, dan malah pura pura terpedaya
“sini gue liat”,azmi menariknya hingga mendekat hingga deru nafasnya terasa diwajah mila, lantas membuatnya gugup
“a..azmi kamu ma..mau apa u..udah gpp kok”
“katanya tadi kelilipan”,langsung saja ia meniup mata sebelah kirinya membuat sang empu kaget
“udah?”,mau ga mau mila hanya mengangguk
“yuk”,lalu azmi menarik tangannya.Mereka berdua duduk tanpa alas memandang keindahan diujung yang menampakkan awan mendung.
tampak indah jika di selinggi bunga bunga di tanah sejuk dibawah sana“jadi kenapa lo bisa berantem sama ara?”,azmi menanya to the point saja membuat mila menoleh padanya. Mila menghela nafas sebelum menggeleng lemah.
Mungkin cuaca tubuh azmi memang sedang berganti menjadi hujan, ia membawa kepala mila pada bahu tegapnya. Yang ditarik pun hanya diam menurut.
“kalo belum siap cerita gpp kok, gue akan nunggu sampe lo mau cerita semua”,
“aku mau cerita”,jawabnya cepat
“kalo gitu ayo gue dengerin”
“jujur, aku nganggep ini hanya masalah sepele. Pas kita kemah ara ga sengaja liat aban megang tangan aku, tapi itukan memang ketentuannya. Ya aku mau aja gitu, lagian aku hanya mikir kita hanya sebatas teman sama aban. ”
“jadi ini ada sangku pautnya sama aban?”,sela azmi“diem dulu'”
“kamu tahu kan ara suka sama aban? Begitu pun dengan aban suka sama ara. Sebenarnya ara itu hanya cemburu, kecemburuan menguasai pikirannya. Ara takut kalo aku bakalan ngerebut aban dari dia, soalnya saat ara ngehampirin kita berdua aban malah ngacuh dan ga nanggepin perasaan ara. A..aku juga salah, saat aban nahan aku buat ngejar ara aku iyain, aku nurut. Dan..akhirnya ara ngediemin aku sampai kita kembali kesekolah, bahkan sampai saat ini seperti yang kamu liat”,air mata itu mengalir kembali“bukan hanya didiemin, hiks.. ara juga ngeblock whattsapp aku dan ngerobek semua foto-foto kami berdua, mungkin barang-barang yang bersangkutan dengan aku udah dibuang hiks..aku benci diriku sendiri, aku udah ngebuat seseorang yang selama ini ada disisiku membenci diriku sendiri hiks”,mila menutup wajahnya dengan kedua tangan mungil itu. Isak tangisnya bahkan menyentuh hati azmi.
“lo yang sabar ya.. Gue ngerti perasaan lo”,pengen banget meluk mila tapi dia sadar poisinya siapa saat ini.
“hiks..mamah ara nyuruh aku buat jagain dia tapi hiks aku malah buat ara nangis gini. Aku bener bener merasa bersalah. Kalo boleh saat ini aku mau mat---”
“usssttt”,sengaja azmi memotong perkataannya. Dengan membawa gadis itu kedalam pelukannya.
“jangan ngomong gitu lagi, lo pikir dengan mati semuanya akan seperti semula. Engga kan jadi udah jangan nangis lagi, dan nyalahin diri sendiri. Gue pahaam posisi lo saat ini”, sejak kapan azmi peduli dengannya
“aku mau pulang”,mila melepas pelukan azmi dan berjalan menuju tempat pemberhentian tadi
“gue paham banget posisi lo mil, lo pengen ngebahagian ara dan bertanggung jawab oleh wasiat mamanya. Tapi jangan maksain diri lo juga, pasti masalah kalian bakal selesai”,
.
.
.
Pagi ini mila kembali mendapat tatapan dingin dari ara. Mila dapat melihat mata yang sedikit sipit itu sembab. Apa mungkin ara nangis semalaman? Ahh mana mungkinMila menuduki bangkunya, lagi! Ia duduk sendiri. Ani tidak masuk sekolah.
“selamat pagi semua”
“pagi pak..”
“soal tour yang udah lama kita rencanakan itu....kita diperbolehkan oleh kepala sekolah. Jadi kalian harus persiapkan diri. Minggu besok kita berangkat bersama kelas seni2. Nanti tolong berikan nama peserta yang ikut.”
“siapp pak”,jawab seisi kelas girang. Bagaimana tidak, kelas sebelah juga ikut.
Rame dong.Semua nya bersorak. Sedangkan mila hanya diam, walaupun dia sangat menunggu nunggu hari keberangkatan itu.
Semuanya tampak sirna. Padahal saat itu mila sudah berjanji jika pergi, ia duduk berdua dengan ara. Ngemil bareng, dan kemana-kemana selalu berdua seperti sebelumnya. Ia sadar itu semua sudah hancur. Inilah saatnya ia menikmati waktu sendiri.
Apaan ini?
Maaf up nya lama ~_^
Btw makasih untuk yang udah mampir ke ceritaku yang benerbenerbenerbenerbener pertama waktu ituuuuuh. Buat part awal ancur sekaleeh, aku gbs koreksi.
-salam🍉-
![](https://img.wattpad.com/cover/183812765-288-k620005.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Struggle Is Love
Fanfiction"dasar congil" , "bawel" "balikin gak",kataku smbil merebut ponsel ku yg diambilnya "gak!" "cepetan,atau gak-" "atau gak apa haa?!",azmi mendekatkan wajahnya padaku.. Cinta Datang Dengan Sendirinya...💙 « Awal Yang Rumit Berubah Menjadi Rasa Cintah...