04

58 7 0
                                    

™••™••™

Ini pelajaran terakhir, matematika. Pikirannya telah terkuras habis. Tenaganya telah dijadikan budak keringat tadi. Ia jelas-jelas terlambat saat keluar dari perpustakaan. Saat bertemu Chanyeol saja ia sudah mendapati di segala penjuru sudah sangat sepi. Jadi ia di hukum lari 3x mengelilingi lapangan.

Hei! Demi dewa Yunani yang selalu telanjang dada! Ia suka olahraga, tapi tidak disaat dari pagi ia pusing tujuh keliling. Sekarang semua orang menganggap biasa, memang kulitnya putih pucat. Tapi pucatnya sekarang berbeda. Namun Sehun mampu menahannya dengan baik. Walaupun ia sudah keringat dingin sebesar butir jagung, mungkin.

Tapi sebaik-baiknya dia tidak mau terlihat lemah, dan membuat orang kesusahan, semuanya ada batasnya, bukan? Bahkan jika Ia terus menggeleng keras ketika lagi-lagi kepalanya berdenyut dan pandangannya buram. Hingga yah, tanpa sadar ia menjatuhkan kepalanya di atas meja. Dan tidak merasakan apa-apa lagi, selain tepukan di pipinya dan kepala yang seperti di tarik kuat untuk dilepaskan.

°°^^°°

"Nghh" ia merasa kepalanya sangat berat. Juga matanya panas dan berat. Ia saja tidak kuasa membuka mata, ia selama beberapa menit hanya mengerang kesakitan.

Ia hanya mendengar samar-samar suara orang-orang yang terdengar panik.

"Tolong, suntikkan Paracetamol dosis lebih dua kali lipat dari yang tadi"

"Akkh" Perpaduan sakit antara nyut-nyutan di kepalanya dan juga tiba-tiba suntikan laknat itu menyambar kulit sensitifnya. Ia tidak suka dan tidak pernah suka yang namanya suntikan. Makanya jangan salahkan dalam mata terpejam ia menitikkan air matanya.

Hingga ia merasa ada tangan besar yang menghapus air matanya pelan. Dan apa itu? Sesuatu yang tidak bertulang, menyapa matanya yang terasa panas, di sebelah kiri kemudian ke kanan juga. Ia mengerutkan keningnya, tapi ia segera meringis karena dengan itu ia merasa lebih pusying.

Dengan berat hati, ia membuka matanya. Perlahan sangat hati-hati. Karena pusing yang menderanya bahkan tidak berkurang sedikitpun.
Dan ia masih samar-samar melihat bayangan di depannya. Persis di depan wajahnya. Mungkin hanya berjarak 3 senti dari hidung mancungnya.

"Hei, sleeping beauty, sudah terbangun, eoh? Kau mengenaliku? Heum? Heum?" Tanya orang yang didepannya itu semangat.

Sehun mencoba memicingkan matanya, ia takut salah orang. Dan ternyata dugaannya benar. Ia menghela nafas lega.

"K-Kris hy-hyung?" Tanyanya terbata tidak percaya. Yang di tanyai hanya tersenyum kecil lalu tertawa sembari mengusak rambut super lembut milik adik iparnya itu. Later, adik ipar? Hell, sejak kapan Kris menerima dan peduli pada Sehun?

"Iya, baby hunnie. Ini Hyung. Haish, sudahlah. Ayo pulang. Hyung gendong, ya? Sstt diam, diam saja. Nah begitu"

Saat Kris keluar Sehun sadar ia masih di wilayah sekolah. Karena di depan UKS itu banyak beberapa anak berusaha untuk melihat. Sehun melihat mereka, Sehun untuk kesekian kalinya, mengernyit bingung, mereka sungguh teledor dan lalim.

Dan pandangan Sehun jatuh, kearahnya. Lelaki jangkung yang sempat ku pikirkan sebentar. Ia kini terlihat gusar. Dan saat bertatapan denganku ia langsung tersenyum lembut. Astaga! Senyumnya membuat hati ini hangat. Eh? Ups.

Karena pusing yang tadi sempat hilang, namun teriakan-teriakan yang memadati koridor membuat Sehun semakin pusing, hingga otomatis Sehun menyembunyikan kepalanya di dada bidang Kris. Please, Kris kini sedang dalam mode turn on.

Kris menyeringai tajam melihat betapa imutnya Sehun, seperti bayi. Yang ingin menyusu pada dada bidangnya. Heh?!

L.O.V.E (CHANHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang