05

64 7 0
                                    

Sehun merasa bingung dengan tujuan Kris sebenarnya. Akhir-akhir ini Kris suka bertindak aneh saat Sean tengah pergi. Entah berbelanja atau arisan.

Seperti sekarang, ia yang baru pulang karena sakit jadi diantar Kris.

"Apa guru menelfon mu, Hyung?"
Kris mengangguk. Sehun masih bersandar di dada Kris. Kris masih menggendongnya ala koala. Namun bedanya ia kini tengah duduk.

"Apa tidak masalah?"
Kris mengernyit bingung. "Kenapa memang?" Tanyanya sambil terus menyetir mobilnya menuju rumah besar mereka.

"Sean noona bagaimana?"

"Dia sedang belanja di toko. Jangan khawatir karena dia. Sudah kubilang jika tidak ada Sean bersikap sewajarnya saja layaknya seorang teman. Arra?" Sehun hanya menatap. Tidak berniat menjawab. Hingga tiba-tiba Kris menepikan mobilnya. Dan menghadap ke arah Sehun.

"Sehunnie, Hyung menyayangi mu, lebih banyak dari kasih sayang Hyung pada Sean noona mu" Sehun hanya menatapnya datar. Bukan itu yang ingin ia dengar. Ia hanya mampu menelan ludahnya susah payah.

"Sehunnie, harusnya kau tau, aku tidak suka di abaikan dan hanya di angguki saja" Kris mencoba mengikis jarak untuk mendekatkan dirinya pada Sehun yang berada di pelukannya. Ia menarik dagu Sehun.

"Nde, Hyung" alarm alami Sehun berkobar. Melihat Kris maju maka Sehun mundur. Sampai ia tergetok setir mobil. Ia terhenyak karena sudah benar-benar di pojokkan.

"Sstt, jangan mundur, baby hunnie"
Suaranya serak dengan nada dibuat rendah sekali. Dan Kris menatap Sehun intens. Dari mata, hidung, pipi, hingga sampai ke bibirnya. Lihat, bibir merah merona itu. Menggugah selera Kris. Salahkan dirimu Sehun punya bibir dengan rasa yang luar biasa nikmatnya. Ck. Aku tidak bisa menahannya lagi.

"Kau ingat kapan terakhir kali, kita bercumbu?" Kris mengusap bibir Sehun seduktif. Membuat Sehun meremang ketakutan.

"Aku jadi lupa rasanya." Kris berucap lagi sembari menempelkan bibirnya di atas bibir Sehun.

Chup~

Awalnya hanya kecupan. Sehun masih membeku. Ia juga tidak berani pada iparnya ini. Bisa-bisa ia digagahi secara biadab.

"Tentu saja manis seperti biasa"
Ia kembali mendekatkan wajahnya pada Sehun. Sehun menutup mata, ia takut sungguh. Ia takut pada Kris semenjak Kris menjadi iparnya. Kris seolah-olah menikah dengan Sean malah untuk mendekati dirinya.

Chup~

Kini terasa lumatan lumatan hingga Kris mulai memberi tuntunan. Hingga Kris menciumnya dengan ganas. Ini salah. Ini bukan hal baik. Noona, maafkan aku. Aku kotor. Hiks.

Air mata mengalir deras. Namun Kris tidak mengindahkannya. Kris masih dengan lumatan yang memabukkan untuknya, tapi tidak untuk Sehun, karena ia justru merasa terhina.
Sehun mendorong dada Kris keras. Namun namanya Sehun jelas tenaganya berbeda jauh dengan suami kakaknya itu.

Nafasnya menipis. Ia seperti tercekik. Ia mencoba menarik kepalanya. Namun Kris menahan keras tengkuknya. Dan dia malah semakin memperdalam ciumannya. Dengan melesakkan lidahnya ke mulut Sehun. Lalu menjelajah dengan brutal. Menyesap lidahnya dengan ganas. Hisap, hisap, hisap, hingga Sehun tidak dapat merasakan lidahnya karena kelu.

Hey, sungguh ia akan mati sekarang juga. Jika Kris tidak melepaskan ciumannya. Ia sudah tersendat-sendat nafasnya. Ia memukul dada Kris dengan segala kekuatannya. Namun bukannya Kris melepaskan malah menggigit bibirnya keras. Gigit, gigit, mainkan, sesap. Hingga terasa anyir di mulut Sehun. Bibirnya berdarah, terluka. Namun tidak separah hatinya, yang memberontak keras. Semakin ia lemah, hatinya semakin hancur. Ia terus menangis.

L.O.V.E (CHANHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang