06

110 9 3
                                    

Berbaring di ranjang. Samping dengan orang terkasih.

"Hei, sudah seharian penuh, kapan kau akan membuka mata, heum??"
Ia mendekati wajahnya dan mengecup keningnya.

"Ayolah, aku sudah menunggu 18 jam. Bangun, baby! Bangun..."

Ia tidak mengalihkan perhatiannya sama sekali dari sosok Sehun yang pucat di depannya. Terbaring lemah diatas ranjang king size miliknya.

Eungghh~

Betapa menggemaskan dia. Mencoba mengerjapkan matanya. Namun berhenti dan nampak berat.

"Hei, hei. Jangan dipaksa. Sudah. Tidak apa-apa" ia mengecup kedua mata itu yang terasa panas. Sehun masih demam tentu. Dan tadi kata Lay, asma juga magh Sehun kambuh dalam waktu bersamaan. Makanya ia tidak berdaya. Sekedar membuka matanya saja berat dan panas.

"Ya sudah, kau tidak perlu menyiksa dirimu. Tunggu aku, ya? Jangan pergi sebelum dapat izinku"

"Aku tahu kau bangun dan dengar. Listen to me, tunggu aku. Karena disini yang aman. Jika kau nekat keluar maka kau memancing dirimu sendiri untuk dikejar banyak musuh. Jadi kumohon diam disini. Lakukan apapun dengan bantuan maid yang ada. Tidak apa, perbudak saja mereka"


"Baiklah aku pergi dulu" lelaki berdimple itu mengecup keningnya lagi dan lagi. Sebenarnya Sehun sudah ingin protes tapi melihat dia merasa jika lelaki itu hanya berbuat manis.

Hingga suara pintu ditutup, sesegera mungkin ia mencoba membuka matanya. "Ughh" ia mengerang. Masih terasa sedikit sakit. Namun tidak sesakit tadi. Jadi ia masih bisa menahannya lalu ia berusaha duduk.

"Siapa ya, kira-kira yang menolongku? Huft. Maaf tapi aku harus pergi." Ia mengganti dengan seragam sekolah yang tadi, sungguh sudah teramat kusut. Namun jika ia mengenakan setelan piyama itu susah untuk mengembalikannya. Lagi pula ia terlalu baik sampai harus mengganti bajunya. Ia jadi tidak enak. Jadi ia mengambil stick note di saku celananya lalu menuliskan sesuatu.

Ia beranjak keluar. Tiba-tiba jantungnya hampir lepas dari tempatnya. Heol, bagaimana tidak, beberapa orang yang bertubuh besar dan tegap dengan tampang seram terpampang jelas di depan pintunya.

"Anu... Ada apa, ya?" Tanya Sehun berusaha senormal mungkin. Ia meneguk air ludahnya susah. Matanya tak bisa berkedip, takut jika berkedip sekali saja nyawanya akan melayang.

"Tenang saja, tuan muda. Kami disini untuk menjaga anda, bukan untuk melukai anda. Jadi anda bisa beristirahat saja. Silahkan"

"Aku.... em...haus"

"Maaf kami bukan pembantu, kami bertugas untuk menjaga bukan jadi budak anda" ucapan seorang yang berdiri paling depan yang wajahnya penuh bekas luka.

Sehun tanpa sadar mencebikkan bibirnya, kesal. Ia menunduk lalu berlalu dari posisinya. Ia melihat-lihat isi apartemen mewah itu. Dan meringsut duduk di sofa ruang tamu, karena tiba-tiba ia merasa lemas dan pusing.

"Seharusnya kau tidak mengatakan itu, Jisung"

"Tapi kita memang bukan pembantu, enak saja memerintah kita, bukan begitu, Cas? Kita hanya dibayar untuk menjaga dan menjaga"

"Hei, dia hanya seorang remaja yang masih belia, Ji-ah. Lagi pula ia hanya mengatakan ingin minum. Apa dia bilang kita yang harus mengambilnya?"

"Maaf, kak Lucas, aku tidak akan mengulanginya"

"Biar aku saja yang mengambil minum untuknya"

Sehun yang samar-samar mendengar jadi tidak enak. Ia pun segera bangkit dan menghampiri kulkas yang mana ada Lucas disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L.O.V.E (CHANHUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang