16. The Truth(II)

4.6K 333 31
                                    

"Kakashi?!"

Rin berlari kecil menghampiri Kakashi disusul oleh Obito.

"Bagamana kondisi Hinata?" Nafasnya terengah-engah, ia memegang pundak Kakashi yang tidak menjawab pertanyaannya.

"Ku kira dia baru 7 bulan," katanya tanpa pikir panjang, toh kelahiran 7 bulan bukan hal asing lagi. Terlebih lagi Hinata mengandung di usianya yang masih belia.

"Kenapa UGD?" Obito baru  mendekati mereka. Ia melirik ke ruang bertanda UGD disamping kursi dimana Kakashi duduk.

"Bajumu.. darah? Apa terjadi sesuatu?"

"Dia.. " Kakashi terkekeh, membuat dua orang temannya saling memandang heran.

"Aku memukulnya." Katanya kemudian. Matanya putus asa menatap pada Rin.

"A..pa?"

PLAK/

Sebuah tamparan mendarat di wajah pria berkepala tiga itu. Surai peraknya jatuh menutupi sebagian wajahnya yang menandakan bahwa pria itu terburu buru dan belum menata rambutnya.

Rin menutup mulut dengan tangan kirinya.

"Kenapa, kenapa kau begitu kurang ajar Kakashi?!" Rin memukul dada Kakashi, sedang Obito menghembuskan nafasnya kasar dan menyisir rambutnya dengan jari. Ia menjauh dan memilih untuk duduk diujung barisan kursi.

"Kau pikir mudah menjadi Hinata?! Dia meninggalkan kehidupannya, masa remajanya, sekolahnya hanya untuk kau! Dan dia sedang hamil anakmu! Apa yang telahkau lakukan?!"

Akhirnya Obito yang kembali turun tangan, ia menarik kemudian memeluk istrinya sebelum memancing lebih banyak perhatian dari pengunjung rumah sakit.

"Seharusnya kau berbelas kasihan sedikit padanya." Katanya lagi setelah lebih tenang.

"Obito, aku muak disini. Aku mau pulang."

"Dia selingkuh."

Rin terkekeh. Ia memang mengharapkan pria itu memberi pembelaan tapi sepertinya ini terlalu lucu untuk dijadikan alasan. Bagaimana Hinata bisa selingkuh? Ia tidak pernah meninggalkan rumah tanpa Kakashi dan Rin tahu jika Kakashi melarang Hinata untuk menggunakan handphone. Buktinya ketika Rin meminta nomor telepon nya, Hinata justru kebingungan.

"Anak itu, bukan  anakku."

"Kakashi, apa yang kau katakan? Jangan mengada ngada," kali ini Obito yang bersuara.

"Mengada ngada? Apa aku kelihatan sedang mengada ngada?! Sedang membuat lelucon?!"

Kakashi mencengkeram erat kerah Obito, saat itu juga Obito menangkap mata Kakashi yang memerah dan lapisan kaca menghiasi bola matanya.

"Ah." Kakashi melepaskan cengkeramannya. Rin menutup mulutnya dengan dua tangan setengah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kakashi.

"Aku mengatakan kalau dia jatuh dari tangga ke dokter." Tentu Kakashi harus berbohong, jika tidak ia akan membawa dirinya sendiri ke pengadilan.

"Jika Hinata dan anak itu bi..bisa bertahan." Kakashi memilih untuk duduk kembali di kursi tunggu. Ia meremas rambutnya sendiri. "Ia akan menjalani operasi persalinan."

Tanpa sadar kaki jenjang Rin membawanya mundur beberapa langkah, Obito yang menyadari itu lalu memeluk istrinya, menuntunnya untuk duduk dikursi tunggu.

*
Anak itu lelaki. Dokter memberikannya kepada Kakashi, ia menggendong beberapa saat sambil memandang wanita pucat yang terlelap dibawah pengaruh obat bius.

Ukurannya sangat mini. Rambutnya halus dan hitam pekat. Kakashi terkekeh, harusnya ia memiliki anak lelaki sekarang. Namun ternyata itu adalah tipuan istrinya. Ia memberikan anak itu kepada suster yang sedang menungguinya.

Not A Perfect WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang