LEBARAN YANG DIRINDUKAN

1K 41 3
                                    

Part 2

Tidak terasa sudah tiga bulan, Ratri menjalani hidupnya di lokalisasi. Juragan sapi makin sayang dengannya. Tiap hari Rabu selalu memberinya uang satu juta. Tak pernah menginap, hanya tiga sampai empat jam saja, langsung pulang. Menurut pengakuannya, sang juragan sudah punya dua istri.

Sementara, Seno dia pria beristri yang menjadi pelanggan tetap dari Ratri, seminggu dua kali datang. Pernah menawari Ratri untuk jadi istri mudanya, tapi tanpa seijin dari istri tua. Ratri menolak.

"Lebih baik saya jadi pelacur, menjual harga diri demi uang. Daripada merebut suami orang untuk sebuah status dan kekayaan," kata Ratri tegas. Seno pun tak pernah lagi membicarakan pernikahan.

Bulan ke lima, penampilan Ratri kini sudah berubah, kulitnya masih gelap, tapi eksotis. Dia merawat wajahnya, tubuhnya pun padat berisi. Ia selalu menolak memakai susuk atau penglaris apapun. Walau persaingannya kadang tidak sehat.

Pernah dua malam Ratri tak dapat pelanggan satu pun, sampai  suatu hari ada  salah satu pelanggan setianya menghubungi lewat ponsel. Hasil kreditan enam kali bayar, selama tiga bulan, kata si tukang kredit.

"Ratri, kamu sudah tidak di sana lagi?"

"Masih, Bang, kenapa?" jawab Ratri bingung.

"Aku dua kali ke sana kamu tidak kelihatan," kata Acok.

"Aku, ada Bang, tidak kemana-mana." 

Dari Jes, akhirnya Ratri tau, ada yang sengaja membuatnya tak terlihat, Ratri pun hanya bisa pasrah. Menjual diri itu sudah dosa, andai mamaknya tau pasti marah. Apalagi harus bermain ilmu hitam.

Mendengar penjelasan dari Ratri, lelaki bujang asal dari Sulawesi yang sedang jatuh cinta itu langsung datang. Dia selalu memberi uang banyak, orangnya baik, ingin memperistri. Hanya Ratri tak mau, karena keluarga Acok orang berada dan sudah pasti tak menyetujui pernikahan mereka.

Sudah empat kali Acok menginap, dan dua kali uminya menelpon Ratri. Menanyakan asal usul dan tempat tinggal. Saat itu Ratri hanya mengaku kerja di rumah makan. Dan seketika dilarang untuk menemui Acok.

"Rat, ayo kita menikah, aku buatkan kamu rumah yang bagus. Jangan kerja begini haram."

"Abang datang mencari saya, meniduri saya, itu juga haram. Allah ga suka, kita berzina. Jangan ceramah di depan saya," jawab Ratri pelan. Dalam hatinya ia kesal juga sedih. Andai nasib sedikit berpihak baik padanya dan keluarga.

"Ya makanya ayo, kita nikah, biar nggak zina," kata Acok lagi sedikit memaksa.

Ratri hanya diam. Masih ingat kata-kata uminya Acok kemarin. Akan membayar lima puluh juta, asalkan dia pergi dari kita ini. Dan menghilang dari Acok. Tapi dia tidak percaya begitu saja, bagaimana jika malah dia dibunuh, pikir Ratri.

"Kok melamun?"

"Nggak apa-apa, Bang. Cuma lagi mikir, hidup itu keras, aku dulu nggak tau apa-apa, hidupku enak. Sekarang, aku punya uang, bisa terlihat cantik, tapi menakutkan, ya dosa, ya persaingan ya ancaman," gumam Ratri yang masih bingung dengan semua hal yang terjadi padanya.

Acok pun hanya bisa diam, di usianya yang sudah tiga puluh tahun, punya toko, dan beberapa usaha. Belum pernah ada keinginan untuk menikah. Berapa kali dijodohkan, dari yang cantik sekalu, sampai yang bertitel, selalu ia tolak.

Sekarang ia jatuh cinta pada gadis pelacur, yah cinta itu datang saat melihat sang gadis tengah duduk sendirian. Menangis karena tahu yang dilakukan itu dosa, tapi dia marah karena kemiskinannya.

Malam itu untuk pertama kalinya Acok melakukan hubungan suami istri. Semua hanya karena ajakan iseng dari sepupunya. Dia menganggap Acok penyuka sesama jenis karena tak kunjung menikah. Ia pun menerima tantangan sang saudara untuk melepas perjakanya di lokalisasi.

LEBARAN YANG DIRINDUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang