LEBARAN YANG DIRINDUKAN

675 47 7
                                    

Part 4

Ratri makin bimbang dengan perkataan Acok. Tiba-tiba ia pun merasa mual. Pagi itu ia merasakan sakit di seluruh badannya. Bahkan berkali-kali muntah. Sinta hanya tertawa.

"Paling kamu hamil, sudah berapa bulan terlambat?"

"A-aku hamil? Kok bisa?"

"Hei, pertanyaan bodoh macam apa itu. Kamu setiap hari berhubungan dengan laki-laki, bagaimana mungkin kamu tidak hamil?" teriak Jes yang gemas dengan kepolosan Ratri.

"Ta-tapi kan, selalu pakai itu ...," jawab Ratri dengan gugup.

"Dengan Acok? Dengan Seno? Atau juragan juga pakai?" tanya Marni penasaran.

"Anu ... eh iya, tidak ...." Gadis itu tertawa sambil menutupi mukanya.

"Kenapa? Takut nggak enak yaaaa," goda Sinta. Keempat wanita itu pun tertawa.

Sinta memberikan testpack, sebagai mucikari, dia selalu siap sedia segala macam antisipasi. Ratri pun langsung mencoba testpack itu, begitu dikasih tau hasilnya wajahnya langsung pucat.

"A-aku hamil? Aku hamil?"katanya berulang-ulang. Jes dan Marni yang sudah berpengalaman pun hanya bisa diam. Mereka paham dengan yang Ratri rasakan.

"Coba kamu hubungi, Acok, atau juragan."

Sayangnya, cinta orang-orang itu palsu, begitu Ratri bilang ia hamil, juragan tak merespon apapun. Sementara Acok menyuruh Ratri untuk gugurkan kandungannya. Tapi gadis itu menolak.

"Aku akan merawat anak ini, bagaimana pun caranya," kata Ratri pelan.

Tak mau menyerah, tapi juga merasa lelah. Bulan-bulan selanjutnya, tak ada lagi uang jutaan yang ia dapat dari juragan. Acok pun tak pernah kelihatan lagi. Nomer keduanya tak bisa dihubungi. Hanya Santi menyodorkan koran, di mana ada foto pernikahan Acok sebagai pengusaha muda dan sukses dengan seorang dokter.

"Huuh, katanya cinta, bulshit, persetan dengan omong kosong cinta!" teriak Ratri. Hari itu untuk pertama kalinya ia meminum alkohol. Saat itu kandungannya sudah memasuki usia empat bulan.

Gadis itu seperti patah hati, merasa seperti orang tak berguna. Yang tidak layak dicintai, bahkan mencintai. Malam itu ia pun mabuk, bahkan nekat mengakhiri hidupnya. Tepat di hari ulang tahunnya ke-21. Tapi Allah masih sayang, nyawanya terselamatkan, tapi tidak dengan bayinya.

Sejak hari itu, Ratri berubah menjadi wanita yang beda, ia tak lagi menjadi wanita pemalu dan pendiam. Terkadang dia menjadi gadis yang pemarah, tiba-tiba berubah manja. Dengan ponsel pintarnya, dia mulai banyak membaca.

Dia menjaga tubuhnya dengan olahraga. Merawat wajahnya dan mematok tarif yang agak beda dengan yang lain. Jika short time pasarannya seratus lima puluh, dia mematok tiga ratus. Bukan dengan ilmu hitam atau pelaris, tapi dia menjual diri dengan penampilan.

Dia menutup mata dengan rasa cinta. Bahkan saat sang juragan datang untuk memakainya, Ratri menolak. Gadis itu tak mau lagi mengenal orang-orang yang dulu ia percayai dengan hati. Sudah cukup rasanya menjadi orang terpuruk dan sendirian, ditinggalkan tanpa pesan.

Sampai suatu hari Ratri berkenalan dengan Boy, seorang bartender. Dia menawari Ratri untuk menjadi LC plus plus. Awalnya dia menolak. Tapi saat Sinta dan Jes menyuruhnya menerima tawaran itu, Ratri pun tak menolak.

Hanya dalam waktu sepuluh bulan sejak lebaran, enam bulan sejak ia kehilangan bayinya. Ratri sekarang benar-benar berubah. Dia bukan lagi gadis lugu dari desa yang jadi penjaja seks di lokalisasi.

Dia berubah jadi idola di sebuah tempat hiburan, dengan suaranya yang khas serak-serak dan tinggi. Bodynya yang seksi paday berisi. Gayanya yang tak norak lagi, tapi seperti gadis berkelas. Tak ada lagi Ratri dengan penampilan seadanya, tapi ia dengan penampilan baru.

LEBARAN YANG DIRINDUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang