LEBARAN YANG DIRINDUKAN
#mantan_pelacur
Part 5
Sudah satu minggu, Ratri di kampung. Selama di rumah, ia tak pernah memakai celana pendek atau pun baju tanpa lengan. Bukannya mau pura-pura baik atau munafik, ia hanya tak ingin menjadi gunjingan tetangga dan menyakiti ibunya.
"Mak, sehari jualannya lumayan ya," tanya Ratri malam itu selesai pulang tarawih. Ibunya tampak menghitung uang hasil jualan di kios.
"Alhamdulillah, bisa buat makan, bayar sekolah Dedy sama biaya berobat Ara. Teteh tidak usah pergi lagi ya, kita kumpul lagi seperti dulu," pinta sang Ibu.
Ratri hanya tersenyum, dalam hatinya pun sudah lelah bekerja penuh dosa. Apa yang di dapat sekarang, rekening puluhan juta pun, rasanya seperti sia-sia.
"Iya, Mak. Teteh mau fokus kursus jahit saja atau bikin kue. Nanti siapa tahu bisa buka di kota ya, kan dekat kalau teteh suatu saat punya toko di sana."
"Iya terserah kamu, yang penting jangan pergi jauh lagi. Cukup satu kali ini saja, ya," kata sang Ibu dengan senyumnya. Ratri pun mengangguk mengiyakan.
Selama puasa, Ratri sibuk membantu ibunya. Bahkan ia berjualan jajanan untuk buka puasa. Tak ada yang berubah, ia kembali menjadi Ratri, sang gadis kampung. Beberapa teman SD yang mengajaknya cerita, ia tanggapi dengan baik.
Puasa hari ke tiga belas, hari itu Ratri mengantar ibunya ke toko untuk belanja barang-barang kios. Memakai motor matic yang baru lima hari lalu ia beli. Bertemu dengan Bodin, tetangganya yang terkenal jahat. Katanya baru keluar dari penjara karena kasus begal.
"Rat, aku ada perlu, nanti sore aku ke rumah," bisiknya pas ditelinga Ratri.
"Ada apa? Bicara sekarang saja," jawab Ratri dengan ketus.
"Hei, kamu jangan terlalu sok ya, dasar pelacur. Jangan sampai rahasiamu kubongkar di hadapan mamakmu itu!" bentaknya tiba-tiba.
Ratri pun sedikit kaget, tapi cepat-cepat ia tersenyum, "Emang kenapa kalau aku pelacur? Apa bedanya sama begal kayak kamu?" jawab Ratri tersenyum sinis.
"Kamu ...!" Bodin tak melanjutkan perkataannya karena Ibu Ratri sudah datang.
"Eh, Mas Bodin, kapan pulang?" Lelaki itu tak menjawab hanya tersenyum dan pergi.
Sementara Ratri mulai cemas, dan berpikir, apa yang akan dilakukan oleh Bodin. Dulu ia pernah hampir diperkosa saat laki-laki itu mabuk, tapi ditolong oleh Wak Hadi. Sekarang entah rencana apa lagi di benak lelaki yang tak bermoral itu.
Sudah dua hari berlalu, Bodin tak muncul di rumah Ratri, itu sedikit melegakan. Sampai akhirnya jam tujuh malam ia datang dengan beberapa temannya, beli rokok.
"Rat, beli satu gratis satu ya?" katanya sambil mengedipkan mata.
"Ya kami nggak dapat untung, Mas," jawab sang Ibu.
"Sudah, Mamak masuk saja, persiapan mau tarawih kan. Biar aku yang nutup kios," kata Ratri datar. Ia berusaha tenang agar ibunya tak khawatir.
Bodin merasa di atas angin, ia pun berencana memeras Ratri untuk jangka waktu yang lama. Lumayan bisa dapat uang dan rokok gratis. Sayangnya Bodin tidak mengenal Ratri. Selama ia bicara dan mengambil makanan di kios, Ratri hanya diam. Hanya tangannya memegang ponsel terus, Bodin tak curiga.
"Kamu berniat memeras saya? Mau terkenal? Mau masuk penjara lagi?" tanya Ratri sambil menunjukkan ponselnya ke arah Bodin. Rupanya gadis itu sedang live, dengan jumlah pertemanan hampir tiga ribuan, disetting publik. Dengan judul Saya sedang diperas preman kampung, penontonnya ratusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEBARAN YANG DIRINDUKAN
FanfictionTentang gadis, yang terjerumus dalam dunia pelacuran dan berusaha keluar dari sana