Letisha tengak-tengok dengan teliti di kerumunan kantin. Sejak tadi matanya sibuk memindai kursi mana yang sudah menunjukkan tanda-tanda segera ditinggal hengkang penghuninya. Kantin penuh sesak dengan orang-orang kelaparan. Lalu matanya terpaku pada sosok Grim yang melambaikan tangan padanya. Letisha berpura-pura tidak melihat. Matanya menyusuri bangku lain, tapi kemudian, seperti tongkat estafet yang ditularkan dari orang ke orang, cewek yang duduk di bangku terdekat Letisha berdiri mencolek lengannya."Dipanggil Kak Grim tuh," cewek itu menunjuk Grim.
Jadi benar Grim melambai padanya? Letisha meneguk ludah. Letisha memang kelaparan setengah mati sampai-sampai meja kursi terlihat seperti batangan cokelat, tapi duduk sebangku bersama Grim jelas bukan opsi yang tepat. Tanpa sadar Letisha meraba keningnya. Mendadak dia takut dihantam gelas seperti yang terjadi kemarin sore.
Cintai nyawamu, jauhi Grim tiap hari. Jingle minuman susu berfermentasi itu mendadak terlintas di kepala Letisha.
"Ada apa?" Dinar menghampiri Letisha yang terlihat linglung. Cewek itu lalu membisik ke telinganya lirih. "Ayo cabut saja yuk!"
"Jangan coba-coba kabur kalau ngga mau nyawa lo ikut melayang." Cewek yang tadi menjawil Letisha memberi peringatan.
Letisha melirik sebal karena obrolan mereka dicuri dengar. Tapi begitu bersitatap, Letisha langsung nyengir. Biar bagaimana cewek itu tetap kakak kelasnya.
"Buruan, sebelum Grim ngobrak-abrik kantin," cewek itu menambahkan karena Grim sudah mulai berdiri dari bangku dan melambai tak sabar.
"Eh, i-iya, Kak." Letisha mengamit Dinar yang berusaha keras menolak. Untuk urusan hidup dan mati, kesetiakawanan tidak lagi penting.
Dinar menepis-nepis tangan Letisha tapi cewek itu mengabaikannya. Dia terpaksa mengekor dengan wajah terpaksa.
"Selain manja, lo juga lelet ya?" Grim mengetuk meja. Sikapnya selalu santai seperti biasa, seolah tak sadar bahwa tingkahnya mengintimidasi.
"Ma-maaf, Kak. Gue lagi nyari bangku buat duduk. Nggak tahu Kakak manggil," dusta Letisha.
"Nggak tahu apa menghindar?"
Glek! Mendadak Letisha kenyang dan tidak ingin berada di kantin lagi. Grim mengerling jenaka, tapi tidak ada yang berani menertawainya.
"Lo pikir gue lambai-lambai tangan dan nggak nyamperin langsung kenapa?"
"Kenapa, Kak?" Kebiasaan Letisha, menyahut sesuatu yang tidak perlu disahuti.
"Nungguin bangku Tuan Puteri, biar nggak disrobot orang." Grim mengetuk meja sekali lagi dengan teh botol.
Tanpa sadar Letisha memegangi dahi. Tak ada gelas, botol pun jadi. Cintai nyawamu, jauhi Grim tiap hari.
"Silakan duduk, Yang Mulia." Grim berdiri dari kursinya. Dia hanya memblokade satu kursi, sementara kursi lain di meja itu sudah dipenuhi cewek-cewek kelas XI dan XII.
Gerombolan cewek-cewek itu tampak tenang saja melihat Grim mengintimidasi junior. Mereka tetap makan dengan lahap seolah ekspresi takut dan horror Letisha-Dinar tidak lebih dari tayangan sinetron—bisa ditonton sambil makan dan ngobrol. Letisha nyaris melupakan fakta bahwa SMA Wasesa punya seorang artis muda berbakat bernama Kejora Astarea yang sinetronnya digandrungi ibu-ibu. Seketika pupus angan Letisha untuk mengiba dan mohon pertolongan karena jelas usahanya sia-sia. Sinetron telah mematikan rasa perikemanusiaan mereka.
"Dengar nggak gue suruh duduk?" ulang Grim.
Dan perintah itu membuat Letisha sekaligus Dinar saling pandang. Wajah mereka memucat. Apakah ini simulasi sidang alam baka setelah nyawa dicabut paksa?
"Lambat ya, lambat." Grim bersiul. Nadanya terdengar bergurau. Tapi tidak ada yang tertawa karena leluconnya. "Dari tadi gue cuma duduk nungguin bangku dan belum makan apa-apa nih. FYI, gue kalau lapar bisa makan orang."
"Kak Grim duduk saja. Kita cari tempat lain." Letisha nyaris terbirit pergi, tapi Grim menyentuh punggung tangannya. Hanya menyentuh, bukan menggenggam, tapi efeknya cukup membuat Letisha panas dingin.
"Lo pikir gue bisa makan di kantin yang rame dan berisik begini?" Alis Grim menukik naik. "Mending gue nongkrong di Warung Bi Salim."
"Yah, padahal kita senang ada lo di sini, Grim," celetuk seorang cewek sambil mengedip. Nyawanya ada tujuh sepertinya. "Merasa terlindungi gitu."
"Sayangnya gue malaikat pencabut nyawa, bukan malaikat penjaga." Tangan Grim terlipat di dada.
"Aw, takuuut." Cewek-cewek itu memekik lalu terkikik-kikik.
Nyaris saja Grim kecolongan. Letisha sudah selangkah menjauh. "Mau ke mana lo?" Teriakan Grim membuat kantin hening beberapa detik. "Ups, sori." Dia memelankan suaranya lagi, sambil menggiring Letisha kembali. "Jangan nyusahin gue. Duduk gue bilang!"
Letisha menatap Dinar sesaat. Dinar memberi kode supaya Letisha duduk saja. Mereka akhirnya berhimpitan duduk di satu kursi yang ditinggalkan Grim.
"Udah, Kak. Kenapa Kakak manggil gue?"
Grim menyerahkan selembar kertas bekas pembungkus gorengan. Di atas kertas itu tertulis angka satu sampai tujuh, isinya berbagai menu makanan. Jika dilihat dari tulisannya, tulisan itu ditulis oleh orang yang berbeda-beda. "Ini list menu rekomendasi kantin versi nona-nona centil ini." Telunjuk Grim mengitari cewek-cewek di sekitar meja.
Cewek-cewek itu langsung riuh bersorak.
"Grim so sweet banget! Gue nggak nyangka lo."
"Sejak kapan Grim Reaper jadi seromantis ini?"
"Grim sejak kapan lo bucin—budak cinta?"
Grim pilih mengabaikan dan kembali fokus pada Letisha. "Kalau nggak enak, lo protes ke mereka. Kalau enak, nggak perlu bilang makasih sama gue kayak kemarin. Cukup jangan bikin gue susah lagi, lagi dan lagi!" Lalu Grim menandaskan sisa teh gelas dan meletakkannya di meja dengan bunyi keras. "Heran gue, perkara makanan kantin doang harus turun tangan."
Sepeninggalan Grim, Letisha langsung ditatapi wajah ingin tahu.
"Kenal Grim di mana?" Cewek yang duduk di depan Letisha menyangga dagu antusias.
"Hebat banget lo anak baru. Bisa naklukin Grim Reaper." Cewek itu terkekeh.
"Lo apain sampai Grim bisa tobat begitu?"
Semua cewek di meja itu kini menatapi Letisha ingin tahu.
"Sa-saya nggak kenal juga sebenarnya, Kak," jawab Letisha dengan kebingungan yang masih sama dari waktu ke waktu. Cowok itu kesambet apa?
"Nggak usah takut kita rebut. Nggak seru punya gebetan anak kelas XII, sebentar lagi lulus terus ditinggal." Lalu mereka tertawa.
Kata 'ditinggal' menyengat Letisha. Sengatan yang terbentuk dari rasa rindu pada seseorang. Sengatan yang menyesakkan dada karena seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya tak punya kabar dan tak menyampaikan kata pisah.
oOo
Aya's note
Menurut kalian Grim kenapa deh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love-Hate Relation(sick)
Teen FictionSetelah Fisika, Kimia dan Matematika, ada dua hal lagi yang tidak dimengerti Letisha. Pertama, dari mana sosok bernama Grim itu muncul. Sesuai dengan namanya yang membawa aura seram dan suram, Grim tiba-tiba datang dan memberikan segala macam perhat...