Part 2💐

57 4 0
                                    

Hai maaf ya aku selalu lama up. 

****

    "Indra pr fisika dari bu Selly  lo udah siap?" Bisik Jela.

   "Siap dong" Balas Indra ikut berbisik.

   "Samaan hehe"

    Saat ini gue dan Indra lagi berada di perpustakaan sekolah dan jam sedang menunjukkan jam istirahat.

  Sejujurnya gue bukan murid jenius, gue cuma murid biasa yang suka sama pelajaran pengetahuan apa lagi yang berbaur hitung-hitung. Untuk mengisi waktu kosong gue dan Indra duduk membaca buku. Gue baru tau kalau Indra suka baca buku juga di perpustakaan, dia memang murid yang pintar.

  "Dra gue ke toilet sebentar" ucap gue kembali berbisik.

  "Oh ok-oke".

  Gue menelusuri lorong-lorong sekolah. Sesekali tersenyum ramah pada mereka yang menyapa gue, ya mereka teman sekelas gue. Jarak antara perpustakaan dan Toilet memang lumayan jauh. Nih ya, toilet itu adanya di ujung jadi emang jauh  banget .

*****

Author Pov  

   Jela keluar dengan perasaan lega. Berjalan jauh samapai ketoilet sama saja ia harus menahan lebih lama lagi. Dan sekarang ia telah membuang nya. Sekarang dia harus kembali lagi ke perpustakaan menemui Indra. 

   Jela berhenti berjalan ketika ada bola karet menggelinding tepat didepan nya. Ia kemudian mengangkat bola itu.

  "Woi lo! iya yang megang bola" Teriak seseorang dari arah lapangan. Jela mengalihkan pandangannya menuju lapangan.

   Ada anak basket yang sedang bermain basket. Ini kan jam istirahat mengapa mereka bermain basket?

  "Bawa bolanya kesini dong" Dengan ragu ia segera berlari kecil menuju lapangan. Lalu memberikan bola basket tersebut.

   "Makasih ya" Seorang pria dengan postur tubuh lebih tinggi dari Jela berdiri sambil tersenyum pada Jela. Jela menganggukan kepalanya. Kemudia ia mengalihkan perhatiannya dan terkejut.

   Alaric.

   Pria itu menatapnya. Jela langsung menunduk "Eh g-gue pergi dulu ya" Niat Jela ingin cepat pergi harus diurungkan karena seseorang menahan tangannya.

   "Cepet amat, sini main sama kita dulu" Jela semakin takut, ia takut Alaric. Sedari tadi sorot tajam itu tidak mau mengalihkan pandangannya.

   "Eh t-ta"

  "Udah jangan malu-malu kucing deh lo" Jela menunduk takut.

   "Woi Adrian lepas kasian dia kayak ketakutan gitu" Penganggan di tangan Jela mengendur, dengan cepat ia langsung melepaskan tangannya dan berlari.

   "Ck! kabur kan, padahal pengen  gue jadiin gebetan" Cowok itu mengendus kesal. Adrian namanya dan satu lagi Andrew.

    "Lo enggak ingat apa dia kan cewek si Al" Adrian terkejut. Ia ingat pernah Alaric mengantar gadis itu pulang.

    Pantas saja wajah nya familiar.  Alaric juga sudah mengatakan kalau gadis yang bernama Jela itu adalah pacarnya namun tak mau menggungkit lebih jauh.

     Aduh mampus marah deh si kulkas. Batin Adrian.

  "Hehe maaf ya AL g-gue ga sengaja gue lupa" Adrian menampilkan deretan giginya dan mengangkat dua jarinya yang berarti 'peace'

   Alaric tidak menggubris mereka, ia menatap tajam Adrian dan itu membuat Adrian menelan ludahnya dengan susah payah.

   "Peringatan pertama" Sergahnya Tajam. Ia langsung berlalu meninggalkan mereka.

   "Huh untung  Al ga marah besar" Adrian mengelus dadanya.

   "Lo si" Andrew menatap Adrian kesal.

    "Makanya jangan pikun lo" Seru Andrew.

*****

   "Eh Indra maaf ya gue lama, nyampe bel lagi" Jela tersenyum merasa bersalah.

    Indra tersenyum "enggak papa hel sans aja" Indra kembali membaca buku. Jela duduk termenung.

    Alaric.

   Pria itu pasti menyembunyikan sesuatu. Dulu Alaric yang ia kenal bukan lah sosok yang dingin. Ayik yang dulu nya petakilan banget, Rusuh, ga bisa diem, selalu aja buat orang geleng-geleng kepala, humor nya tingkat dewa. Dia adalah orang yang akan memasang badan paling depan jika Jela dalam masalah meskipun ia lebih pendek dari Jela. Terkadang ia sengaja meninggalkan buku agar ia dapat dihukum dan menemani Jela yang juga di hukum. Selalu menghibur Jela tengah malam melalui telepon jika Jela sedang mendengar ayahnya berteriak marah karena mabuk. 

   Tapi

   Sekarang berbeda. Jauh berbeda 180°, Jela sedih? Jelas. Alaric memutuskan dirinya tanpa penjelasan apapun.

   Alaric itu dulu cemburunya sampai ubun-ubun. Hanya dilirik sebentar Jelanya, Al seperti akan mengajak perang dan itu adalah hal yang tidak masuk akal tapi sangat Jela suka. Tidak mungkin ia sudah berjuang tapi memutuskan tanpa alasan. Pasti ada sesuatu dan pasti itu juga penyebab Alaric dingin.

   Tapi apa?  


Tbc

(VERSI REVISI)

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang