5

65 38 8
                                    

Dua bulan semenjak kepergian putra sulung keluarga gadesta. Keluarga ini sudah tidak seceria dulu lagi. Apalagi bunda anita dia belum bisa menerima keadaan. Ayah vano juga menjadi sering lalai bekerja hingga kini perusahaan semakin merosot namun masih bisa bertahan.

Dhea Evaryl Gadesta. Dia masih dhea yang sama namun semenjak pertemuan terakhir dengan gilang ia semakin risau ditambah gilang tidak pernah menampakkan batang hidung nya lagi. Bukan! Gilang tidak pindah hanya saya dia menghindari dhea dengan alasan tertentu. Gilang meminta untuk dipindahkan ke kelas ipa 2.

Dhea mulai mempertimbangkan tawaran nya.Ntah kekuatan dari mana itu hingga dhea berani memikirkan nya. Huh malam ini gara pasti sangat marah. Mengetahui isi pikiran dhea.

Hubungan dhea dengan gara masih berlanjut hanya saja gara lebih posesive.

***
"Ga-"

"Sttt! "ucap gara lembut. "Nah, sekarang buka mata pelan," pinta gara yang berdiri tepat dibelakang dhea.

Dhea terbelalak kagum melihat sunset yang terpampang luas di mata hitam pekat nya. Bibirnya melengkung keatas. Gara selalu saja seperti ini. Sangat manis. Selalu memberi kejutan.

Gara memeluk erat dhea. Melingkarkan tangan dipinggang kecil dhea. Menautkan dagu di bahu kiri dhea.

Dhea nyaman. Menutup matanya pelahan sembari mengirup udara panjang lalu menghela pelan.

"Jangan pernah berpikir ninggalin gue," bisik gara serak. Dhea dapat merasakan hembusan nafas dipipinya.

"Hmm,dhea sayang gara, dhea ngak bakal ninggalin gara, dhea janji," ucap dhea penuh keyakinan. Sangat berbeda didunia nyata. Di alam bawah sadar ini dhea merupakan seorang gadis lembut dan manja.

Dhea membalikkan badan. Saat ini posisi mereka berhadapan. Dhea mendonggak menatap lekat manik hitam pria yang sangat dicintai nya itu.

Gara sesekali menyisihkan rambut hitam yang menutupi pipi putih dhea dengan jarinya perlahan, ditautkannya ke belakang telinga dhea. Rambut panjang dhea terurai bebas hingga sesekali angin yang menerpa meniup nya.

"Gue sayang lo," ucap gara sembari memeluk erat kekasihnya.

Gara memang sangat manis. Itulah sebabnya dhea nyaman dengan hidup nya. Hingga apapun yang diperintah gara, dhea pasti melakukan nya.

Kring Kring

Suara alarm. Dhea terbangun tak semangat andai saja dia tidak usah kembali ke dunia nyata. Sungguh menyebalkan!

Dhea berjalan parau ke kamar mandi. Ya dia harus bersiap-siap ke sekolah. Rutinitas yang sangat membosankan!

Minggu depan siswa kelas xll akan melaksanakan UN.

Setelah bersiap-siap. Dhea menuruni tiap anak tangga yang menghubungkan ruang utama dengan lantai dua. Rumahnya sepi hanya pembantu rumah tangga yang ada dibelakang rumah. Orang tua nya pergi ke luar kota. Adel masih tidur yang diawasi pengasuh. Dino sendiri pasti masih tidur dia suka malas-malasan kalo orang tua nya tidak dirumah dan dhea tidak peduli itu!

***
Dhea memarkirkan mobilnya ditempat biasa. Melihat gilang yang baru saja sampai, hati dhea tergerak ingin menghampiri nya. Namun masih plinplan dengan pikirannya sendiri.

Melihat punggung gilang yang semakin menjauh. Menepis pikirannya jauh. Dhea langsung keluar dari mobil. Berjalan setengah berlari.

"GILANG!!!" panggil nya tak sadar. Dengan cepat dia menutup mulut dan memukulnya pelan merutuki kebodohan nya.

Merasa dipanggil. Gilang menoleh, menangkap gadis yang di kenalnya. Menyergit heran."Tak biasanya" batin gilang.

"Anu emm-" jawab dhea kikuk "gue mau minta penjelasan dari lo!" ucap nya lantang.

Gilang tiba-tiba pusing. Memijit pangkal hidung mancungnya. Seperti nya hal buruk akan terjadi," batin nya.

"Lo sakit?" ucap dhea mendekat.

Gilang menutup erat matanya. "Ah sial!!! Dasar brengsek!" ucapnya mengepal tangan penuh emosi.

Dhea heran melihat tingkah gilang. "Apakah bara melakukan sesuatu?" batinnya. Melihat sekeliling berharap mendapat petunjuk namun nihil.

Drettt dretttt

Bunyi getaran ponsel di saku rok dhea. Dhea memutar bola mata malaa. Dengan segera dhea mengangkat dari nomor yang dikenal tersebut.

"Cuihh,,cepat juga lu beraksi," gumam
gilang yang tak dapat didengar oleh dhea.

"......"

"Ia, dengan saya sendiri." ucap dhea.

"......" jelas dari seberang sana.

Bibir dhea bergetar kuat. Tangan nya tiba-tiba sedingin es. Ponsel mulus yang melekat ditelingannya sedari tadi kini sudah retak tergeletak dilantai.

Tangan nya mengepal kuat hingga hingga buku-buku jarinya memutih pucat. Sebulir air menetes dari matanya. Ingin rasanya berlari namun kakinya serasa dipenuhi serpihan kaca dan beling. Bibirnya bergetar kuat ingin rasanya berteriak memuaskan kesesakan dalam hatinya yang seakan-akan oksigen tidak mau masuk. Dadanya seperti dihujam ribuan peluru.

Brukk

Dhea pingsan.

***
Dhea terkulai lemah. Dia membungkuk sadar. Seketika tangisnya pecah. Punggung nya bergetar kuat mengartikan kesakitan yang luar biasa. Dhea sekarang berada dimakam bunda dan ayah nya.

Anita dan vano mengalami kecelakaan tragis saat hendak pulang.

"AA-YAHH HIKSS BUN-BUNDAAAA!!! hikss hiksss jangan tinggalin kita hikss dino janji ngak akan nakal lagi hikss dino janji bunda dino janji, "isak dino yang berada tepat disamping dhea." kak bilang sama bunda dan ayah kakak bakal berubah,kakak akan selalu senyum hiks hikss cepat kak hikss." lanjutnya sembari menggoyang tubuh lemah dhea yang dibalut pakaian hitam.

Dhea terisak sesenggukan tanpa mengatakan sepatah kata pun. sekarang dia dan adik-adiknya menjadi yatim piatu.

Adel yang notabenenya masih berumur 4 tahun belum paham akan kepergian orang tuanya. Adel hanya menangis terisak melihat saudara nya menangis. Dia tidak tau apa yang terjadi.





















Hwaaaa

Cusss masukin ke perpus gaes!

Jangan pelit kasih vote yah hehe😂




Dikomen gitu lohh, biar gw gw semangatttt ihh🔪😑


Stiker kek, apa kek ahh


Maybe I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang