8

31 19 4
                                    

"Gara!!! Garaaa!!!" teriak gilang linglung. Sudah lama sejak kejadian kecelakaan dhea namun dia belum menemukan keberadaan gara. Kini gara berada diperbatasan antara dua dunia yang berbeda. Masih ingat kan? Gilang tidak akan pernah bisa pergi ke dunia mimpi.

Gilang lelah. Dia tidak tau dimana keberadaan gara. Sekilas terlintas di ingatan gara. "Dhea!" ucapnya sembari menjentikkan tangannya.

Yap! Hanya  dhea yang mampu!

Gilang membuka matanya hingga membulat sempurna. Tatapannya mengarah ke langit-langit kamarnya yang ber-cat hitam polos. Tubuhnya masih berbaring tegap sempurna.

Memiringkan kepalanya hingga menangkap sosok bunda tercintanya yang setia menunggunya. Tari masih terlelap dengan menjadikan tangan sebagai bantal, tak sadar kalau putranya sudah kembali.

"Bunn,,," ucap gilang lembut. Mengusap pucuk kepala bundanya penuh perasaan.

Merasa ada yang menyentuh. Tari langsung tersadar.

"Ehh gilang udah bangun?" ucap tari sembari mengusap matanya. "Maaf, bunda ketiduran." lanjutnya.

Gilang tersenyum. Dia sangat bahagia dikaruniai seorang ibu yang penuh perhatian.

Gilang menceritakan rencananya.

"Kamu yakin gilang?" tanya tari khawatir.

"Hmm ia bun, hanya ini jalan satu-satunya." ucap gilang yakin.

"Tapi bukan hanya nyawa dhea yang dipertaruhkan, nyawa kamu juga gilang!" ungkap tari khawatir. Jujur saja dia tidak ingin kehilangan putra tunggalnya.

"Gilang yakin mah, kalau tidak..." gilang mengalihkan pandangannya. Menatap kosong ke arah jendela kamar yang tidak dihalangi horden hingga terpampang jelas langit yang mulai gelap dipenuhi embun menandakan setelah ini akan hujan deras.

"Dhea harus merasakan bahagia, dhea mempunyai hak untuk tersenyum, dhea harus keluar dari kutukan ini, untuk dhea lah gilang terlahir," lanjutnya.

Tari menghela nafas pasrah,jika sudah begitu ia tidak dapat mencegah putra tunggalnya ini.

***
Gilang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit. Sekitar 30 menit dia sampai, turun dari mobil segera bergegas ke ruang rawat dhea.

Gilang berjalan perlahan di sepanjang koridor. Rumah sakit sudah mulai sepi. Wajar karna saat ini sudah pukul 23.30 hanya beberapa perawat dan petugas.

Gilang berhenti tepat didepan ruang rawat dhea.

Ceklek

Pintu terbuka. Gilang mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan tersebut. Kedua indra penglihatannya menangkap sosok dino dan adel yang tertidur pulas di sofa. Hatinya sedikit teriris melihat kedua bocah tersebut, ingin rasanya membawanya pulang untuk dirawat oleh tari namun niat baiknya harus dikubur dalam-dalam demi kebaikannya. Lagipula dino dan adel harus tetap berada di rumah sakit menemani dhea untuk menyalurkan kekuatan walau bagaimanapun mereka memiliki ikatan batin.

Gilang menggeleng. Menepis pikirannya jauh-jauh. Berjalan pelan menghampiri dhea hingga berhenti tepat disamping bangsal yang di tiduri dhea.

Menatap parau gadis didepannya sekejap. Gilang menghela nafas, memejamkan matanya perlahan.

Beberapa menit kemudian gilang tersadar, merasa sudah selesai dengan kegiatannya dia langsung beranjak pulang namun dengan tubuh yang lemah, bibir pecah-pecah serta kulit pucat seperti mayat berjalan. Ya! Sebagian dirinya sudah berada dalam tubuh dhea.

Didunia lain,tepatnya di alam mimpi.

Dhea terisak melihat gara yang tak kunjung sadar. Dhea tidak tau apa yang terjadi. Dhea merasa aneh sudah begitu lama rasanya dia di alam mimpi, kenapa dia belum juga kembali ke dunia nyata nya?

Maybe I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang