Part 1

6 3 3
                                    

Pagi yang cerah ini adalah pagi dimana seorang Dika harus menjalani aktivitasnya kembali menjadi seorang mahasiswa setelah tiga hari meliburkan diri.

Dika tipikal cowok yang tidak suka mengulur waktu. Pagi sekali ia bangun. Sholat, mandi, sarapan selalu seperti itu jika ada mata kuliah pagi. Entahlah mungkin sudah sedari kecil ia di ajarkan oleh orang tuanya untuk menghargai waktu.

Saat ini jam baru menunjukkan pukul 5.30 dan saat ini ia sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama keluarganya.

" Pagi ayah, pagi ibu," sapanya yang tak pernah ia lupakan.

" Pagi juga anak ayah,"

" Pagi kesayangan ibu,"

" Tau aja ibu aku lagi pingin sarapan nasi goreng," senyumnya merekah ketika melihat nasi goreng yang menggugah selera. Seakan-akan meneriaki dirinya untuk mencicipi sesuap demi suap

" Tau dong. Udah di makan nak nanti keburu telat," ibu pun bersuara dan hanya di jawab anggukan kepala oleh Dika.

Mereka semua sarapan pagi tanpa ada yang berbicara. Sopan bukan? Yah mereka menerapkan ini sejak mereka tinggal di desa sampai sekarang.

DIKA POV

Setelah sarapan pagi aku pamit pergi ngampus kepada ayah dan ibu ku. Saat di kampus tepatnya di bangku taman aku melihat cahaya biru yang entah apa maksudnya. Katena penasaran akhirnya aku samperin dan tidak, setelah itu aku tidak tau apa yang terjadi, aku pingsan.

Lama sekali aku pingsan, setelah sadar aku merasa ada yang aneh. Ku edarkan pandanganku, aneh sekali. Tempat ini sepi dan seram. Aku rasa ini sebuah mimpi dan artinya aku belum sadar dari pingsanku.

" Siapapun, tolong akuuu," teriakan ku bergema di dalam hutan.

Astaga mimpi apa ini. Konyol sekali. Terjebak di dalam mimpi? Ohh ayolah terdengar konyol bukan? Tapi inilah yang terjadi padaku sekarang. Yang harus ku lakukan saat ini mencari orang yang bisa memberiku bantuan untuk bangun dari alam mimpi ini.


Sudah lama sekali aku berputar di tempat yang sama. Jalan yang ku lewati selalu berbeda tapi ujungnya di tempat yang sama. Bagaimana ini, owh aku tau. Mungkin dengan menandai jalan yang sudah aku lewati bisa membantuku pikirku saat ini.

Yess, akhirnya berhasil juga. Senyumku seketika muncul ketika melihat ada sebuah rumah di hadapanku. Eh tunggu, di hutan yang seram ini ada sebuah rumah mewah? Lagi-lagi aku menemukan keanehan.

Dengan langkah yang pasti aku mulai memasukkan langkahku ke dalam rumah itu.
" Hallo, apakah disini ada orang?" cicitku tak berani bersuara keras.

Brakk

Astaga, suara apa itu pikirku berkeliaran kemana-mana

Dugg

Siapa itu, tepat di belakangku. Jangan, jangan menoleh
" Halo anak muda,"

Degg aku terkejut. Aku kira tadi itu makhluk halus.

" Ehh, emm halo juga bang," tubuhku serasa gemetaran, tak berani menatap siapa yang menyapaku.

" Jangan menunduk, panggil saja aku Rendi. Kita seumuran bung," ucapnya kepadaku.

" Ayo kita masuk, aku tau kau sedang terjebak sekarang," lanjutnya. Apakah dia peramal? Otakku saat ini tidak bisa bekerja astaga, semuanya karena kejadian konyol ini.

" Bagaimana bisa kau tau?" aku memberanikan diriku untuk bertanya.

" Kita sama bung. Sama-sama terjebak dalam dunia mimpi. Aku sudah sangat lama di sini, mungkin sekitar tiga tahun. Miris sekali bukan?" aku bisa melihat wajah yang begitu sedih dalam dirinya.

" Sudahlah Dik kau tidur saja, ini sudah malam. Kalau kau mau tanya-tanya besok saja," ucapnya lalu bergegas pergi meninggalkanku yang sedang kebingungan

.

.

Next Part~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjebak MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang