Balikan?

11 2 0
                                    

"Balikan yuk!"

Dua kata yang membuatku terheran sambil menerka apa makna dibalik dua kata tersebut. Terasa abu-abu. Sebab ia datang tiba-tiba dan tanpa aba-aba. Datang ketika hati ini telah menerima kepergiannya. Luka telah benar-benar sembuh, bahkan aku telah benar-benar tidak lagi memikirkannya. Ia-dengan tidak tahu malu-menggantungkan harapannya padaku.

Rasa untuknya telah sepenuhnya hilang. Bukan karena telah menemukan pengganti, hanya saja diri ini telah benar-benar ikhlas. Lagi pula aku tidak ingin menjalani hubungan tanpa perasaan. Sebab kuyakin itu hanya akan menyakiti perasaannya. Meski bisa saja perasaan akan kembali ada dengan seiring waktu.

Ada beberapa hal yang tidak bisa kembali seperti semula. Seperti sekeping hati yang ia hancurkan dulu. Retak; tidak bisa direkat. Kubisa mengira akhir dari hubungan ini bila diteruskan. Semuanya akan berakhir dengan kita saling meninggalkan, padahal sebelumnya saling mencintai. Aku pikir seperti itulah fase cinta seorang remaja.

Berada di sebuah ikatan itu lelah. Kekangan kadang menghampiri seakan tak sudi melihatku bebas. Kuputuskan untuk tetap menyendiri, hingga luka telah sepenuhnya sembuh. Aku tahu pacaran ala remaja meski menyenangkan, akan berakhir dengan kekecewaan. Belum lagi perbuatan ini melanggar aturan Tuhan.

"Maaf, kita gak bisa bersama lagi."

Melisarahma,
Kuningan, 25 Mei 2020

JejasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang