Kebiasaan satu

82 4 0
                                    


Juni, 2011 ...

Tepat pukul 08.00, pemimpin upacara membubarkan para anggotanya yang telah berbaris 45 menit yang lalu. Para siswa berlari berhamburan. Ada yang berlari menuju kelas, toilet, bahkan kantin. Sedangkan para guru berjalan sembari mengobrol satu sama lain menuju ruang yang pastinya ruang guru. Namun, ada juga beberapa yang menuju toilet untuk buang air, ke mushola untuk sholat duha, atau berjalan dengan tergopoh-gopoh menuju kantin. Guru siapa lagi kalau bukan bu Emi. Guru killer yang hobinya merazia. Padahal ia bukan merupakan guru di bidang kesiswaan, melainkan guru Biologi kelas 9. Tangan kanannya menggenggam penggaris kayu sepanjang setengah meter. 

Sesampainya ia di depan kantin, ia mengambil nafas dahulu. Anak-anak yang belum menyadari kehadirannya masih asyik mengantri di tiap bilik tempat jajan. Ada yang mengantri es teh, gorengan, bakpau isi coklat, dan ada juga yang sedang melahap mie goreng instant dengan permintaan tambahan dua telur setengah matang.

BRAKKK!

Ya, suara penggaris kayu yang Bu Emi pegang sengaja diadu dengan besi dari pintu kantin.

"MASUK KALIAN SEMUA! MEMANGNYA TIDAK DENGAR SUARA BEL??!! HAH!!??" teriaknya yang dapat mengagetkan seluruh penghuni sekolah.

Para siswa yang sedang asik mengantri, mengobrol, ataupun memakan jajanannya, sontak kaget bukan main. Diantara para siswa tersebut, ada Sinyo yang menumpahkan setengah mie instant dua telur setengah matang, Tama yang melompat dari meja yang ia duduki, Agni yang menjatuhkan tahu goreng yang sedang dilahapnya, dan Venus yang belum menyelesaikan pesanannya ke Pak Solo si penjual mie ayam,

"PAK SOLO, SAYA MAU MIE AAAA..."

"ASU!! LARIII WOYYY!!" teriak Venus berlari menuju pintu belakang kantin. Sinyo, Agni dan Tama dengan sebungkus plastik es teh digigitannya berlari mengikuti Venus dari belakang.

"LARIIIII!!" Teriak mereka bersamaan. Tak hanya mereka, seluruh siswa yang saat itu sedang berada di kantin otomatis berlari berhamburan. Venus, Tama, Sinyo dan Agni berlari melewati ruang guru, ruang kepala sekolah, menaiki tangga menuju lantai 2, lalu ke lantai tiga, belok ke kiri, lalu ke kanan. Hingga akhirnya sampai di pintu kelas ber-plang 8-3 di atasnya.

"HOSSHH.. HOSHH..HASSSUUU! GORENGANKU JATUH!" umpat Agni menunduk sambil memijit-mijit lututnya yang sakit karena berlari.

"HUASUUUUUUU!! MIE SAMA DUA TELOR-KU JATUH AGNIII BAGAIMANA INI!??"Sinyo ikut mengumpat dengan nada yang lebih kesal dan heboh luar biasa. Ia berkacak pinggang.

"Betapa mahalnya itu dua telur! Jarang-jarang aku beli!"

"Aduh, yang penting lo nggak mecahin mangkok lagi, Nyo! Jadi nggak perlu ganti!" Tama menenangkan Sinyo dengan suara yang juga tersenggal-senggal akibat berlari tadi.

"Iya nyo, masih mending makan setengah. Aku mesen makan aja belom!" kata Venus dengan wajah cemberut.

Mereka mengatur nafas perlahan.

"Yaudah, ganti baju aja yuk!" seru Agni menghampiri bangkunya untuk mengambil baju olahraga yang ada di tasnya. Yang lain juga ikut menghampiri bangku masing-masing.

"Yaudah sana, aku mau ke toilet dulu. Lupa pipis tadi." ucap Tama membalikkan badannya.

Setelah mengambil baju masing-masing, Agni dan Venus berjalan ke arah toilet yang berada di lantai yang sama dengan kelasnya untuk mengganti pakaian. Entah Sinyo kemana. Untungnya, para siswa telah memasuki kelas masing-masing sehingga toilet menjadi sepi. Setelah sampai di toilet perempuan, Venus memasuki bilik tengah sedangkan Agni memasuki bilik paling pojok. 

Venus & MarsWhere stories live. Discover now