[ 3 ]

98 30 3
                                    


#Dava

Senin.

Kalau ada yang bilang hari senin itu terkutuk alias terburuk bin tersial, Maka kali ini untuk pertama kalinya aku akan setuju dengan pendapat itu. Tapi ini bukan soal upacara bendera atau semacamnya. Ini tentang suatu gangguan makhluk gaib.

K-E-N-A-P-A??!

Semua berawal dari, Bel istirahat yang berbunyi.

KRIIING!

"Dava, liat kertas kecil gitu ga?" Tanya Acha dari bangku sebelah sambil memeriksa laci mejanya. Mencari-cari sesuatu.

"Ga,"

"Kertas yang Acha bawa tadi pagi itu loh, Dava,"

"Gue ga tau,"

"PERHATIAN!" Rangga, salah satu anggota OSIS berseru dari ambang pintu kelas. Semua orang yang ada di dalam kelas pun menatapnya dengan seksama.

Ah, palingan juga pengumuman soal festival sekolah.

"Acha ngantuk! Mau tidur!'' Pinta Acha cepat dan langsung menidurkan kepalanya di atas meja.

Rangga kembali melanjutkan. "Nama-nama yang gue sebutin, pulang sekolah nanti kumpul di ruang klub seni musik! Ditunggu sama Pak Ody!" Rangga mulai membacakan Nama-nama yang tertera di ketas.

"Nama-nama yang terdaftar, Galen!"

"Azka!"

"Faiza!

"Dan Dava!"

GLEEK!

Mendengar namaku disebut, aku langsung mengerutkan kening, menatap Rangga dengan bingung. Apa dia ga salah? DEMI APA??! Sampai matahari berubah bentuk pun, aku ga akan pernah terpikir untuk ikut klub seni musik bodoh itu!! Ga pernah tuhh dalam sejarah hidupku, aku berniat setuju dengan yang begituan. Kenapa bisa aku sih? Pasti ada orang dibalik semua ini! Pasti-

Astaga.

Aku menoleh ke Acha yang sedang 'tertidur' di sebelahku. Pasti ini ulahnya!

"Heh!" Ketusku kasar. Mencoba membangunkannya.

Pantas saja dia langsung tertidur sewaktu Rangga datang tadi. Dasar. Sekarang dia malah memakai trik 'pura-pura tidur' nya!

"Acha! Gue tau lo cuma pura-pura tidur!"

Perlahan, Acha mulai mengangkat kepalanya Memasang wajah bersalahnya dan mulai nyengir-nyengir ga jelas.

Aku menatapnya tajam. "Lo kenapa sih? Dari dulu kan gue udah bilang sama lo! Gue GA MAU sama yang begituan!"

"Kan gada salahnya nyoba Dava!" Acha tak mau kalah.

"Ah, serah lo deh! Gue tetep ga mau!" Aku mulai merapikan buku-buku di atas meja.

Acha menunduk dan memasang wajah sebalnya. "Mau gimana lagi dong! Acha kan udah luan ngasih namanya!"

Aku tidak menjawab. Malas untuk meladeninya.

"Acha kan ga sengaja," Lirihnya pelan. Hampir tidak terdengar. "Setidaknya kan Dava bisa nyoba dulu,"

suaranya mulai terdengar serak. "Kalau Dava ga pergi, nanti malah Acha yang dimarahin sama anak OSIS lain,"

Astaga. Mulai deh.

"Iya, iya! Gue pergi!" Desisku kesal.

Acha langsung tersenyum lebar. Lebar banget malah. "MAKASIH DAVAAA!"

BUTA [2020] - "a novel" [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang