ARC 01|SELEKSI DIAMOND SCHOOL!
.
Aku tidak pernah tertarik masuk kualifikasi program pemerintah. Mereka yang belajar mati-matian, pagi, siang, malamnya mengikuti kursus, menghabiskan waktunya untuk terus belajar. Aku selalu bertanya-tanya tentang kehidupan membosankan seperti itu.
Mereka, orang-orang di kelasku tidak pernah menganggap serius materi pelajaran dari sekolah, karena mereka yang benar-benar siap mengikuti program pemerintah, kemampuannya hampir setara mahasiswa semester lima.
Untuk terpilih sebagai kualifikasi harus masuk lima ratus besar ujian nasional, itu adalah langkah awal, belum tentu dinyatakan sebagai murid. Kelulusan sekolah menengah pertama setiap tahunnya lebih dari 10 juta siswa, sementara program pemerintah menampung 0,001% darinya, artinya 500 siswa yang lolos kualifikasi akan mengikuti kembali seleksi hingga pada akhirnya 100 siswa dinyatakan sebagai murid resmi Diamond School.
Tentu saja keuntungan yang mereka dapatkan sangat menjanjikan, tergantung kelulusan yang didapat oleh murid. Dia yang lulus sebagai murid biasa mendapatkan hak akses untuk memilih universitas dalam negeri yang diinginkan. Dia yang lulus sebagai kelas teratas berhak memilih dari 100 universitas terbaik di dunia. Dia yang lulus sebagai murid terbaik akan diberikan pilihan universitas top 5 dunia dan bisa mengambil double atau triple degree dan major. Tentunya semua itu ditunjang oleh pemerintah.
Sekalipun jika aku lulus sebagai murid terbaik, dengan kewarasan tetap aku tidak akan mengambil double atau triple major dan degree dari universitas top five.
Sebenarnya, aku bahkan tidak tertarik masuk Diamond School.
.
Dalam perjalanan menuju aula, secara tidak sengaja aku bertemu dengan dua orang dari sekolahku yang sama-sama lolos sebagai kualifikasi 500 besar nasional, Laquitta dan Pandhu. Mereka menyapa kedatanganku.
"Aku tidak pernah merasakan sesuatu dari dirimu." ucap Laquitta kepadaku. "Tapi kau bahkan masuk seratus besar mengalahkan Pandhu."
Aku tidak membantahnya, itu adalah fakta yang tidak bisa disangkal. Aku berkhianat atas diriku sendiri, ini bukan tentang aku ingin, tetapi masalah pribadiku. "Ya, aku cukup beruntung."
Laquitta tertawa mendengar balasanku.
Aku yakin dia masih tidak percaya tentang masuknya diriku sebagai kualifikasi 500 besar Diamond School, bahkan orang-orang di sekolahku, sampai-sampai aku mendapatkan interogasi langsung dan harus mengulangi ujian dengan soal yang berbeda. Untungnya, dari awal aku menargetkan berapa soal yang harus dijawab salah dan benar, dan itu membuat sekolah percaya.
Jika aku tidak mengambil langkah ini, sebenarnya sekolahku akan tetap mengirimkan tiga kursi, terdengar informasi bahwa ada seorang siswi yang mendapat peringkat 501 nasional. Karena itu, dia membenciku yang telah merebut kursinya.
Ah, itu pasti sangat menyakitkan.
"Aku berharap kita bertiga lolos sebagai murid Diamond School, walaupun yang harus diragukan itu diriku sendiri." Kata Pandhu.
Secara harfiah posisi Pandhu memang sangat mengkhawatirkan, dia menempati peringkat 489 nasional, artinya jika dia lolos seleksi awal juga merupakan suatu keajaiban.
"Aku akan berusaha."
Berusaha? Aku tidak membutuhkan itu.
Diamond School bukanlah level untuk mengukur kemampuanku. Karena aku dibesarkan oleh pelajaran diluar batas kemampuan manusia.
.
500 siswa saat ini berkumpul di aula gedung utama Diamond School. Hasrat bertarung dari para siswa sangat kuat. Ketika seorang pria berpakaian serba hitam muncul dan menaiki podium, suasana mendadak mencekam. Dia adalah wakil kepala sekolah yang begitu populer melebihi kepala sekolahnya, dia yang hidup setahun sekali, dia yang dijuluki sebagai Amarylis yang diambil dari nama bunga, karena keberadaan hidupnya di Diamond School terlihat setahun sekali dalam beberapa minggu awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond School
Teen Fiction[🚷 JANGAN BERANI MASUK KALAU KAPASITAS OTAK LO DIBAWAH RATA-RATA!!] #1 sma dari 211 rb #1 school dari 77,2 rb #1 teknologi 796 #1 education 674 #1 olimpiade 624 #1 teori dari 578 #1 ambis dari 595