"Jadi kau orangnya? Si murid terakhir?" Seorang remaja lelaki menatap penuh selidik ke arah Jaemin. Tangan Jaemin berkeringat. Ia tidak menyukai tatapan orang ini, terlihat angkuh dan sombong.
"A-aku tidak mengerti tentang murid terakhir ini, tapi begitulah yang kudengar dari Jisung"
"Jisung? Si cacat? Jadi kau sudah berbicara dengan anak itu ya?" Lelaki itu berkata dengan nada meremehkan.
"Kuberi tahu kau, sebaiknya jangan dekat-dekat dengannya. Dia itu anak aneh, lemah, dan cacat. Sungguh memalukan untuk akademi" Perkataan pemuda itu berhasil membuat seorang pemuda bermata tajam seperti rubah mendelik kearahnya.
Jaemin yang sedikit risih mendengar perkataan lelaki itu tentang Jisung, si penjaga pos yang sangat baik kepadanya, langsung berkata
"Maaf. Bagiku Jisung sangat normal, dan dia anak yang ramah"
"Oh, jadi kau ingin berteman dengannya? cocok sekali, seorang pecundang berteman dengan pecundang lainnya" Cibir pemuda itu.
"Jaga mulutmu, Seo Johny! Sekali lagi kau mengatakan yang tidak-tidak tentang Jisung atau anggota resimenku yang lain, kuhabisi kau!" Kali ini seorang pemuda dengan sorot mata dingin angkat bicara, tangannya terkepal erat. Emosinya terpancing mendengar perkataan Johny barusan. Beruntung seorang pemuda bermata jernih seperti rubah yang tadi sempat melontarkan tatapan kesalnya kepada Johny menahan pergerakan pemuda itu.
"Memangnya kau berani? Hah, sudahlah. Kau dan resimenmu itu hanya sekumpulan pecundang!" Johny tampak tidak gentar.
"Sudahlah, Johny. Kalau kau hanya ingin membuat keributan, lebih baik pergi saja. Atau kau ingin ku panggilkan Miss Tiffany kesini?" Ancam pemuda dengan mata jernih seperti rubah tadi. Ia berusaha menengahi.
Mendengar nama Miss Tiffany disebut, Johny menjadi ciut. Siapa yang tidak kenal Miss. Tiffany? Salah satu pengajar paling killer di akademi. Johny mendecih tidak suka, lalu melenggang pergi begitu saja.
"Hei, anak baru. Sudahlah, jangan kau hiraukan Johny. Dia memang begitu. Perkenalkan, aku Renjun. Kuharap kau tidak pingsan duluan melihat segala keanehan di akademi ini" Anak bermata tajam seperti rubah tadi berkata blak-blakan sambil mengulurkan tangannya.
Memang akademi ini bisa menjadi seaneh apa?
Pikir Jaemin dalam hati, lalu buru-buru menyalami Renjun ketika melihat uluran tangan anak itu.
"Aku Jaemin. Na Jaemin"
Jaemin melirik ke arah seorang anak laki-laki yang berdiri di samping Renjun, anak bertampang dingin yang tadi meneriaki Johny. Anak itu hanya diam menatap Jaemin, tanpa sedikitpun niat untuk mengajak berkenalan. Jaemin yang terang-terangan ditatap seperti itu menjadi kikuk sendiri. Bingung hendak berbuat apa. Renjun yang mengerti situasi buru-buru menginterupsi.
"Ini temanku, Jeno. Ah, dia memang cuek. Tampangnya juga memang begitu. Tapi percayalah, tadi sore dia tersenyum saat Chenle menanyainya tentang kedatangan murid baru" Ucapan Renjun itu membuat Jeno langsung mendelik padanya. Tapi Renjun mana peduli, anak yang mirip rubah itu malah langsung merangkul pundak Jaemin, lalu berkata akan memberinya tur singkat tentang akademi. Sedangkan Jeno memilih untuk pergi, entah kemana. Jaemin tidak tahu.
***
***
***Jaemin kini duduk di sebuah kursi yang berada pojok kiri aula. Tur singkatnya bersama Renjun sudah selesai. Renjun menyuruhnya duduk di kursi itu, katanya sebentar lagi acara penyambutan akan dimulai.
Aula ini luas, sangat luas malah. Di bagian depan terdapat sebuah panggung besar dengan sebuah podium berada di ujung kanannya. Tepat di depan ujung kiri panggung berjejer sofa-sofa dan meja-meja yang telah disusun sedemikian rupa. Menurut penjelasan Renjun, itu khusus disediakan untuk para pengajar yang ada di akademi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Academy - Nomin
FanfictionNomin Fantasy!AU Jaemin mendapat sebuah surat misterius untuk datang ke Auxil Academy. Di tengah hidupnya yang kacau balau, ia memutuskan untuk mempercayai surat tersebut. Apa yang menunggunya di akademi? Warn ⚠️bxb⚠️