1. We Make a Perfect Pair

6.2K 400 9
                                    

.
.
.
Happy Reading
.
.
.

Sarada menatap tumpukan kertas di depannya dengan tatapan horor. Rasanya sudah seharian ia berkutat dengan dokumen-dokumen itu, tapi sepertinya tumpukan itu tidak berkurang sama sekali.

'Tidak ada habisnya.' pikirnya.

Bagaimana tidak? Setiap beberapa jam sekali pria berambut nanas yang menjabat sebagai penasihat hokage yang juga adalah teman baiknya akan membawa masuk setumpuk dokumen lagi dan lagi.

Ingin sekali ia membakar kertas-kertas itu dengan amaterasu miliknya. Tapi, ah ya itu tidak mungkin dilakukannya, bukan? Bisa-bisa ia diceramahi panjang lebar oleh Shikadai.

Sesaat kemudian gadis yang kini berstatus sebagai hokage ke delapan itu terkekeh. Apa yang ia pikirkan, sih? Bagaimana bisa ia berpikiran aneh seperti itu? Kenapa sekarang ia jadi terlihat seperti si baka Boruto dengan segala tingkah konyolnya? Ah, sepertinya karena terlalu lama bergaul dengan lelaki itu sedikit banyak mempengaruhi dirinya.

Sarada menghela napas panjang lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi di belakangnya. Ah, ia malah berpikiran yang macam-macam. Harusnya ia segera selesaikan pekerjaannya. Kalau tidak, maka malam ini ia tidak bisa pulang ke rumah. Sekarang ia tahu kenapa hokage ketujuh dulu jarang pulang ke rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu di kantor hokage yang berujung disebut 'ayah bodoh' oleh putranya, Boruto. Ternyata ini alasannya. Seorang hokage bukan hanya bertugas untuk melindungi desa, tapi juga harus memeriksa setumpuk laporan yang merepotkan.

Gadis berkacamata merah itu hendak memulai pekerjaannya kembali, memeriksa dokumen-dokumen tersebut hingga tak sengaja ekor matanya menangkap suatu benda berbentuk persegi panjang yang terdapat di atas mejanya, tepat di samping tumpukan kertas-kertas tersebut.

Sebuah bingkai foto berisikan tim 7 di dalamnya. Konohamaru-sensei, Mitsuki, Boruto... dan dirinya.

Senyum tipis perlahan terukir dengan manis di bibirnya. Foto itu diambil ketika mereka masih seorang genin. Saat itu dirinya masih seorang gadis kecil yang mengidolakan hokage ketujuh.

Sarada perlahan menyentuh jubah hokage yang dikenakannya. Senyuman masih terpatri di wajah cantiknya. Sekarang ia sudah menjadi hokage, hal yang selalu ia impikan sejak kecil. Sampai saat ini ia masih tidak bisa percaya jika dirinya akhirnya bisa meraih mimpi itu. Ya, semua ini berkat orang-orang yang selalu mendukungnya. Keluarganya, hokage ketujuh, guru-gurunya, dan teman-temannya. Dan satu orang orang yang mendadak terlintas di pikirannya. Lelaki yang telah tumbuh besar bersama dirinya, yang menemaninya melewati segala kisah hidupnya, yang selalu mendukung mimpinya, dan juga yang selalu menjaga dan melindungi dirinya. Boruto.

Dan, bicara soal Boruto...

'Sudah sebulan berlalu...' pikirnya.

Boruto saat ini sedang melakukan misi rahasia yang hanya diketahui olehnya, Shikadai dan beberapa petinggi Konoha. Kini, lelaki bersurai kuning itu adalah seorang ketua anbu. Ia telah melalui banyak hal dalam hidupnya hingga sampailah ia pada impiannya sejak dulu. Yah, memang sih impiannya dulu adalah menjadi ninja seperti Sasuke. Tapi tugas seorang anbu tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan ayahnya itu, bukan? Melindungi desa dari balik layar, dan tentunya...

...melindungi hokage.

Sarada tersenyum ketika mengingat janji yang pernah diucapkan sang putra hokage ketujuh itu ketika mereka masih seorang genin.

BoruSaraWeek2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang