Terlihat seorang gadis cantik dengan rambut sepanjang bahu berjalan dengan riang melewati koridor koridor kelas yang mulai terpenuhi oleh siswa siswi,banyak sapaan sapaan ramah yang di tujukan untuk dia dan di balas dengan senyuman ramahnya pula,seluruh penghuni sekolah pun tau jika gadis itu adalah gadis yang sangat periang,ramah,cerewet,cantik pula,dan juga sangat di gemari oleh seluruh siswa siswi seantero sekolah.Sesampainya di depan pintu dengan papan bertuliskan XI IPA 2 gadis itu berjalan menuju meja ketiga yang berada di depan meja guru,lalu mendudukkan bokongnya di dekat seorang gadis imut yang sedang menunduk memainkan hp nya sampai sampai tidak menyadari kehadiran sahabatnya.
"Winda" ucap gadis itu sambil menguncangkan tangan Winda yang sekarang telah sepenuhnya menatap sahabatnya karena acara main hp nya terganggu.
"Apaan sih ta"
Okta dengan rambut sebahunya menatap Winda girang.
"Gue seneng banget win,papa gue pulang" penantiannya yang telah lama ia tunggu akhirnya datang juga,papanya yang pergi bekerja di negri orang tadi malam datang dengan tiba tiba membawa kebahagiaan untuk keluarga yang telah menunggu lama dirumah. Ia tidak butuh hadiah mewah seperti mobil sport,cincin berlian,ataupun baju branded agar dapat bahagia. Kebahagiaannya hanya satu,saat bunda dan ayahnya berada di sisinya,itu saja yang selalu ia inginkan sedari dulu.
"Wahh gue turut bahagia ta" sahut winda dengan gembira lalu memeluk sahabatnya,Winda tau sahabatnya ini pasti sangat bahagia saat mengetahui sang ayah pulang. Okta adalah gadis yang penyayang kepada keluarga,jadi tidak heran jika ia dapat sebahagia ini.
__
Okta berjalan menyusuri koridor koridor yang sepi,karena kini proses belajar mengajar sedang berlangsung,kakinya mengayun dengan ringan,senyum di bibirnya sedari tadi terus merekah dengan indah. Ia menatap lapangan yang di penuhi oleh siswa siswi kelas XII yang tengah melaksanakan pelajaran olahraga,matanya seketika berbinar sesaat setelah pandangannya menemukan sesosok laki laki tampan yang sudah 2 tahun belakangan ini ia kagumi.
Kakinya terus melangkah dengan riang,tetapi pandangannya tidak lepas sedikitpun dari lelaki yang kini tengah memantul mantulkan bola basket dengan keringat yang bercucuran di dahi dan lehernya,menambah kesan cool dan maskulin. Pekikan pekikan gadis yang berada di pingir lapangan tak di hiraukan sedikitpun oleh lelaki itu.
Karena tak memperhatikan jalan,Okta sampai menabrak tembok yang berada di depannya,ia meringgis karena merasakan dahinya yang berdenyut sakit. Tangannya mengelus dahi itu,dannn OH ASTAGA benjolan kecil terpampang jelas di dahi mulusnya.
Brukk
Dan tanpa di sangka sangka bola basket yang sedari tadi di mainkan oleh lelaki di tengah lapangan itu terlempar cukup jauh hingga menghantam dengan keras di kepala Okta,kesadarannya hilang seketika. Sungguh malang sekali nasib Okta,sudah menambrak tembok dan kini di hantam oleh bola basket dengan sangat kencang.
Sedangkan di tengah lapangan,lelaki itu hanya menatap kaget gadis yang kini tengah tergeletak tak berdaya di lantai koridor.
"Woy dit,tangung jawab goblok. Itu cewek pingsan gara gara kena lemparan bola basket lo" suara dan tepukan di pundaknya dapat mengembalikan nyawanya dari keterkejutan itu,dengan segera ia berlari menuju pingir lapangan dan mengangkat tubuh gadis itu menuju UKS.
_______
Okta mengerang merasakan sakit yang teramat mendera kepalanya,matanya terbuka dengan perlahan,tangannya ia gunakan untuk memijat pelipisnya yang terus terusan berdenyut.
Klek
Suara pintu terbuka dapat mengalihkan pandangannya,ia menatap takjub laki laki yang entah siapa namanya. Ia tidak mengenalnya,tetapi sudah di pastikan bahwa lelaki ini adalah murid kelas 12, terpampang dari almamater kelas yang tertempel di seragamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
disaster (HIATUS)
Teen FictionBukan tentang kisah cinta Romeo dan Juliet. Bukan pula kisah cinta Adam dan Hawa. Bukan tentang laki laki bad yang memperjuangkan cinta gadis dingin. Bukan pula gadis lugu yang mengejar cinta laki laki cool. Ini hanyalah kisah dua remaja yang terpa...