Hoekkk
HoekkkOkta terus terusan keluar masuk kamar mandi karena merasa sangat mual,badannya terasa tidak enak,kepalanya pun serasa berputar putar.
Ririn yang kaget pun segera menyusul Okta menuju kamar mandi.
"kamu kenapa sayang?" tanya Ririn heran lalu mengurut pelan leher belakang Okta.
"Aku ngak tau bun,tiba tiba mual trus kepala aku pusing" ucap Okta, tangannya ia gunakan untuk memijit keningnya.
"Bunda pangilin dokter ya?" saran Ririn di tangapi gelengan oleh Okta.
"Ngak deh bun,Okta ngak papa.Tolong ijinin Okta ya hari ini ngak bisa masuk sekolah dulu" ucap Okta lalu membaringkan dirinya di karus .
"Iya nanti bunda bilang Winda" ucap Ririn sambil menarik selimut Okta hingga batas leher.
✉
Okta mengayunkan kakinya menyusuri koridor koridor rumah sakit yang di penuhi dengan perawat,dokter maupun keluarga yang menunggu pasien.
Ia memasuki ruangan seorang dokter wanita yang ia ketahui bernama Dian
"Eh hai Okta ya?" Dian bertanya,di balas angukan dan senyum tipis di bibirnya.
"Duduk ta,ada keluhan apa?" Dian bertanya, sembari menatap Okta yang kini telah duduk di kursi yang berada di depannya.
"Akhir akhir ini kog saya sering pusing sama mual mual ya dok,badan saya juga tiba tiba lemes" Okta menjelaskan gejala gejala yang akhir akhir ini ia rasakan.
"Tiduran sini ta" Dian berjalan menuju brankar,di ikuti oleh Okta.
✉
Okta menunggu hasil dari dokter dengan gelisah,sedari kemarin perasaannya sudah tidak enak,entah karena apa,ia memainkan kedua tangannya yang berada di atas paha,pandangannya pun tertuju kepada lantai di bawah kakinya,kini ia duduk di kursi tunggu yang berada di luar ruangan Dian.
"Ta" Dian baru saja keluar dari ruangannya sembari membawa amplop putih yang isinya kertas hasil medis keadaan tubuh Okta.
Okta mendongak,saat melihat Dian ia langsung bergegas berdiri "iya dok,jadi saya kenapa?" tanya Okta dengan tidak sabaran.
Dian menatap amplop yang masih ia gengam,ia menghela nafas sebentar lalu memberikan amplop itu kepada Okta,Okta ikut menatap amplop itu,tangannya gemetar saat hendak mengambil amplop itu. Dengan ragu ia membukanya,Okta menatap Dian sebentar yang di balas angukan dari Dian.
Di keluarkannya kertas yang di lipat dengan rapih itu,ia baca tulisan tulisan yang tersusun di kertas itu,damnnn matanya terbelalak dengan sempurna,tangannya membekap mulutnya. Kaget,itu yang sekarang ia rasakan.
"Ta,kamu ngak papa?" Dian bertanya dengan ragu,tangannya mengelus bahu Okta dengan lembut.
"Ha oh,ngak papa dok,emm dok tolong jangan kasih tau bunda ya tentang ini" Okta berucap dengan mata berkaca kaca,dan pandangan memohon. Dian menghela nafasnya,tangannya ia turunkan dari bahu Okta. Dian tahu setelah ini pasti kehidupan Okta tidak akan baik baik saja,bagaimana pun juga ia sudah mengenal keluarga Okta, ia tahu seberapa keras ayah Okta dalam mendidik anaknya,Dian pun juga terkejut saat mendapat hasil tes itu,ia juga sebenarnya tidak menyalahkan Okta,ia hanya kecewa karena gadis yang ia kenal sebagai gadis baik baik,bahkan penurut kepada orang tua kini telah hamil. Ya tolong di garis bawahi bahwa Okta hamil,Dian juga tidak tau mengapa semua itu bisa terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
disaster (HIATUS)
Teen FictionBukan tentang kisah cinta Romeo dan Juliet. Bukan pula kisah cinta Adam dan Hawa. Bukan tentang laki laki bad yang memperjuangkan cinta gadis dingin. Bukan pula gadis lugu yang mengejar cinta laki laki cool. Ini hanyalah kisah dua remaja yang terpa...