Delapan

9 4 0
                                    


Eldric merebahkan tubuhnya kasar diatas kasur. Belum sempat ia mengganti pakaiannya, Sarah sudah memanggilnya. Dengan malas, Eldric menuruni tangga dan menghampiri mamanya itu.

"El, itu anak temen Mama mau ngajak kamu jalan, kalian kan udah lama gak ketemu,"  Sarah mengarahkan pandangannya ke ruang tamu diikuti dengan Eldric.

Eldric menghela napasnya kasar, kenapa gadis itu datang lagi, padahal sudah bagus beberapa minggu kemarin ia tidak menampakkan wajahnya.

Eldric memandang Sarah, "Ma, El capek banget nih, suruh dia pulang aja, ya?" ucapnya memelas.

Sarah menggelengkan kepalanya, "Kamu gak sopan banget ya, dia kan udah dateng, masa sekarang disuruh pulang?"

"Tapi--"

Belum sempat Eldric menyelesaikan kalimatnya, Sarah sudah memotongnya terlebih dahulu, "Udah, sana siap-siap! Sebentar aja, kasihan dia," Sarah kemudian berlalu meninggalkan Eldric yang hanya bisa pasrah.

***

Eldric hanya mengenakan pakaian seadanya, kaos putih dan celana panjang berwarna hitam. Berbeda dengan gadis disampingnya ini yang terlihat sangat fashionable.

Eldric memutar bola matanya malas, sejak tadi gadis itu tidak henti-hentinya berbicara.

"El, lo pasti kangen kan sama gue? Secara gue pergi nya lamaaaaa banget, lo pasti udah ga kuat kan nahan rindu? Sama gue juga!" gadis itu tersenyum kearah Eldric, tapi Eldric hanya diam tak menatap balik gadis itu.

Aneh banget ni orang, nanya sendiri, jawab sendiri. Batinnya.

Melihat Eldric diam tak menjawab, Gadis itu mendengus, "El! Lo tu kapan si pekanya? Dari dulu gue dicuekin mulu," gadis itu terlihat kesal dengan cowok disampingnya saat ini. 

Eldric masih diam, fokus dengan jalanan didepannya saat ini, tanpa menghiraukan gadis cerewet disampingnya. Sementara gadis itu hanya menghela napas kasar.

Gue gamau tau. Gimanapun caranya, lo harus suka sama gue, El.

***

Nayra membuka pintu balkon kamarnya, menjatuhkan bokongnya disalah satu kursi yang ada disana. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada laki-laki yang telah menghancurkan semua pikiran positif nya tentang hari ini. 

Nayra mengamati bintang-bintang yang masih setia menemani sang rembulan. Ia jadi teringat dengan Devan. Laki-laki itu pernah mengajaknya untuk menikmati langit malam disebuah taman. Waktu itu mereka seperti pasangan kekasih yang paling bahagia.

Dengan cepat Nayra menepis semua kenangan-kenangan itu, "Apaansih, Nay"
Gadis itu bangkit dari tempat duduknya kemudian, menutup pintu balkon. 

"Kenapa Eldric bisa semarah itu, ya?" gumamnya saat tubuhnya sudah berada diatas kasur. "padahal kan, gue cuma ngasih nasi goreng,"

Ah, mungkin Eldric gak suka sama nasi goreng. Lain kali gue buatin makanan lain aja. Batinnya.

***

Disebuah apartment, seorang laki-laki tampak sedang melamun. Entah apa yang ada dipikirannya. Hanya dia yang tahu.

Bunyi deringan ponselnya membuat ia tersadar, melihat nama yang tertera dilayar ponsel itu, ia memutar bolamatanya malas.

Pasti soal itu lagi. Batinnya.

Dengan terpaksa, laki-laki itu mengangkatnya.
"Besok, kamu pindah di sekolah adik kamu, tidak ada penolakan, Mama sudah daftarkan. Kamu tinggal masuk aja besok," tanpa ada ucapan salam, seseorang diseberang sana langsung to the point.

"Dan ingat, rencana Mama itu masih berlaku," setelah mengatakan itu sambungan teleponnya terputus. 

Laki-laki memukul tembok disampingnya, tak peduli rasa nyeri yang ia dapatkan setelah itu. Pikirannya benar-benar kacau.

Disatu sisi ia tidak bisa membantah, tapi disisi lain, ia tidak sanggup melakukan hal itu. Ia mengambil sebuah foto dilaci kamarnya, terlihat dua orang laki-laki yang sedang tersenyum sambil memegang bola dimasing-masing tangan mereka.

Nasib gue buruk banget, lo beruntung, El.

-------------------------------

Baru sempet up lagi, soalnya kemarin kemarin lagi ulangan:")

Gimana? Sorry ya part ini memang pendek, part selanjutnya diusahakan panjang:)

Inget vomment nya yaa....

Keep reading!

RADRIC [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang