"WOI MINGGIR WOI!!!"
Brak
"AKH!!"
***
"Woi! Punya mata punya telinga digunain dong! Jangan dijadiin pajangan!" Kata si pengendara motor yang menyerempetku. "Lecet kan nih motor gue. Lo mau tanggung jawab? Hah?!" Lanjutnya sambil menunjuk bagian motor yang lecet karena terkena sepedaku.
Aku jatuh dengan posisi setengah badan tiduran dan tangan kanan menahan agar kepala ku tidak terbentur aspal. Ku bersihkan tangan yang terkena aspal dengan tangan satunya lagi sambil meringis. Setelah bersih aku bangun dibantu dengan warga yang melihat kejadian itu dan dilanjut membersihkan rok ku yang kotor. Tepos deh nih lama-lama kalo setiap hari harus begini, pikirku.
Setelah bersih aku dirikan sepeda dan aku standarkan. Ku angkat wajah ku dan terlihatlah pelakunya.
"ELO??!!" Teriak ku sambil menunjuk wajah pelaku."Lho-lho? Kok B-bos si?" Tanya-nya dengan raut wajah ketakutan dan kebingungan.
"Lah-lho-lha-lho! Punya mata tuh dipake! Lo liat gara-gara lo gue jatoh! Nih tangan gue lecet-lecet, untung gak patah," ucapku menunjukan tangan yang sedikit terluka. "Kalo gak bisa bawa motor naik sepeda dulu. Gak bahayain orang jadinya! Untung gue, coba kalo rival! Pulang bonyok bersyukur lo!" Lanjutku.
"Ma-maaf Bos, gu-gue gak sengaja. Mau ke apotek? Atau ke rumah sakit? Takut tangan Bos lukanya parah," tawarnya dengan tangan yang mengigil.
Aku mencoba untuk tidak tertawa karena melihat wajah sangar yang sedang ketakutan, tetapi sia-sia.
"Hahaha, muka lu kocak banget. Gue gak selembek itu kali, baru juga keserempet mau dibawa ke rumah sakit, apa kata anak buah gue? Hahaha, aduh pipi gue pegel," pecah sudah tawaku. Aku tertawa sampai terpingkal-pingkal sehingga membuat perut dan pipiku sakit."Hehe, abisnya tadi lu marah-marah, terus itu tangannya juga berdarah. Kan bikin gue panik, daripada nyawa gue yang melayang mending duit gue aja yang melayang. Masih sayang gue sama nyawa, gue bel—" kata Azka— penyerempet.
"Nye, nye, nye, berisik lu! Mending lu anterin gue ke base camp betis gue udah pegel nih," kataku sambil berjalan mendekati motor Azka.
"Siyap! Akhirnya Si jojo ada yang dudukin juga," katanya terkekeh sambil membersihkan jok belakang dan bergaya seperti menyambut tuan puteri.
"Siapa yang bilang gue mau dibocengin?" Tanyaku.
"Kan tadi lu bilang mau nebeng ke base camp sama gue, ya lu gue boncengin lah" balasnya sambil menaiki motor.
"Tapi gue gak bilang kalo gue diboncengin. Motor gue yang bawa. Lu duduk dibelakang!" Kataku sambil menarik tangannya, membuat Azka membelakan mata.
"Lu mau jatuhin harga diri gue?!" Tanya-nya dengan teriak sambil turun dari motor.
"Gak mau? Ya udah, gak usah naik. Tuh bawa sepeda gue," balasku sambil menaiki motor dan memakai helm full face. "Gue duluan," lanjutku sambil memutar kunci motor dan menaiki standar.
"Ehh, tunggu-tunggu! Ehm ya–ya udah deh daripada gue naik sepeda lu," katanya dengan menggerutu. "Kalo bukan lu, udah gue hajar disini!" Lanjutnua sehingga membuatku terkekeh.
"Sepeda lu gimana?"
"Nanti gue suruh supir gue kesini buat bawa pulang sepedanya. Pegangan!"
"Enggak ah, harga diri cu—akh Al kurang ajar luu!" Teriaknya sukses membuatku tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Multiple Personality
Teen FictionStart: 26 Mei 2020 Jangan menganggap remeh yang kecil Jangan mengecewakan yang sabar Jangan menuduh yang jujur Jangan menganggap lemah yang diam Karena lo ga tau apa direncanakan, lo cuma tau apa yang lo liat. Inget! Dunia ini harus pakai taktik bia...