0.1

5.1K 641 104
                                    

Riuh suara tepuk tangan juga teriakan puas memenuhi ruangan yang tidak begitu besar. Studio tempat pemotretan dan kini project mereka telah selesai. Seseorang disana hanya acuh sesekali melempar senyum tipis ditengah euforia bahagia tim belakang layar.

Ia mengalungkan kameranya, menjauh dari kerumunan perlahan-lahan. Berniat untuk segera pamit karena pekerjaannya sudah selesai disini. Namun belum ada tiga langkah ia berjalan, pundaknya sudah terlebih dahulu dirangkul oleh rekan kerjanya.

"Hey mau kemana?"

Umpatan hampir saja keluar, ia tidak suka skinship dengan orang asing. Setidaknya yang tidak begitu dekat dengannya. Tapi dirinya sangat profesional dalam perkerjaan, jadi yang keluar justru satu senyuman formalitas.

"Aku ada janji ditempat lain, jadi aku akan segera pamit." Itu jelas hanya alibi.

"Ck, sayang sekali. Kami akan pergi makan setelah ini, ikutlah dengan kami."

Pemuda itu menolak dengan sopan sebelum ia benar-benar menarik diri. Ia pamit pada ketua tim dan langsung pergi mengambil barangnya diruang staff. Begitu ia keluar dari studio, tangannya langsung menepuk-nepuk pundaknya yang habis dirangkul. Setelah itu ia langsung mengambil scent blocker dari dalam tasnya dan menyemprotkan cairan itu diseluruh tubuhnya.

"Merepotkan."

Jeon Wonwoo, ia memang tidak terlalu suka keramaian. Bukan karena ia senang menyendiri, ia hanya tidak mau ada yang menyadari kalau dirinya adalah seorang omega. Terakhir kali saat masih disekolah, di umur tujuh belas tahun. Saat itulah dirinya mendapatkan heat pertama dan sebagai tanda langsung ia seorang omega.

Mulai saat itu, banyak alpha disekolah maupun diluar yang mendekatinya sampai ada yang menguntitnya. Ia tidak suka dengan fakta bahwa didunianya lebih banyak jumlah alpha dibanding omega. Maka itu dirinya selalu nemakai scent blocker untuk menutupi feromon manisnya, mengelabui mereka yang tidak tau. Dengan tubuh tingginya juga sorot mata tajamnya, orang akan mengira kalau dirinya adalah seorang alpha. Setidaknya itu jauh lebih baik daripada menjadi pusat perhatian dan menjadi rebutan.

Jauh berjalan, mata sipitnya menengadah keatas menatap bulan yang tertutup awan malam. Wajahnya mengukir senyuman manis, sang Dewi menciptakan bulan dengan sangat indah. Teringat dengan pekerjaan barusan, tiba-tiba terlintas sebuah ide.

"Sepertinya bersenang-senang sedikit tidak masalah."

~•~

Wonwoo berakhir di sebuah bar kelas menengah yang ada di kota. Duduk seorang diri dimeja bartender dengan segelas minuman. Ia abaikan beberapa lirikan yang tertuju padanya. Ia lebih tertarik untuk melihat hasil fotonya di kamera. Definisi bersenang-senang baginya cukup hanya dengan kamera dan segelas minuman juga tidak ada yang mengusiknya.

Memotret adalah kesukaannya yang kini menjadi pekerjaannya. Tidak tetap, ia hanya seorang freelancer fotographer yang kebetulan terkenal didunia fotografi. Sedikit terkenal sepertinya tidak masalah, toh dengan itu ia jadi mendapat banyak panggilan kerja.

Dari pintu depan, seseorang masuk dan tiba-tiba Wonwoo merasa aneh. Suara bising musik seakan hilang dan sekitarnya seperti sunyi senyap. Kemudian aroma harum *woody menusuk indra penciumannya. Matanya bergulir menyapu tiap sudut ruangan, mencari dari manakah sumber aroma ini. Matanya sempat beradu tatap dengan seseorang yang tenggelam dibawah remang lampu. Aroma itu semakin menyengat dan membuatnya pusing. Di sisa kesadarannya Wonwoo segera menyambar tasnya dan bergegas keluar. Segera menjauh secepat mungkin dengan napas tersengal. Tidak berbeda dengan seseorang didalam tadi yang lamgsung berlari, menyembunyikan cakar juga taringnya yang hampir keluar.

~•~

Wonwoo masuk kerumahnya dan mengunci pintu dengan terburu. Mengejutkan seseorang disana yang tengah membuat teh. Pemuda itu segera berlari menghampiri Wonwoo yang sedikit gemetar dengan wajah agak pucat.

"Kak? Ada apa? Kenapa?!!" Tanyanya panik.

Wonwoo menggenggam tangan adiknya tanpa mengatakan apa-apa. Dirinya hanya menurut ketika sang adik membawanya duduk disofa. Ia menenangkan kakaknya sampai akhirnya Wonwoo membuka suara.

"Apa itu hanya imajinasiku?..."




Note:

*Woody: aroma kayu-kayuan.

Yep, itu wangi feromon seseorang yang buat Wonwoo pusing. Aroma kayu disini bisa jadi berbeda dengan yang ada dibayangan kalian. Tapi mungkin juga benar?

Fyi, seperti biasa aku gak pandai menulis jadi setiap bab mungkin hanya akan sepanjang ini. I'm sorry... semoga kalian bisa mengerti maksud penyampaian tulisanku.

Apakah kalian bisa menebak selanjutnya?

Stay healthy and please enjoy the stories, thankyou💜

LOUP! | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang