0.5

4.3K 538 104
                                    

Semenjak kejadian itu, di seratus tahun berikutnya tak ada tanda-tanda kemunculan ultimate alpha lagi. Begitu pula di seratus tahun berikutnya. Semua orang berpikir kalau sang Dewi telah marah dan mengutuk mereka. Sampai adanya satu ramalan yang memberi mereka secercah harapan.

Ramalan yang menyatakan bahwa nanti akan ada seseorang yang kembali terpilih. Yang akan menjadi ultimate alpha berikutnya. Dengan mate yang akan menyempurnakan kehadirannya. Mereka akan menjadi mate paling berpengaruh dan kuat. Mereka akan muncul ketika langit berwarna merah dan ketika hutan akan kembali manis dan berbau segar seperti musim semi, saat itu tiba...
sang Raja telah datang.

~•~

Suara musik yang lumayan keras tidak mengganggu ketenangannya. Setelah kunjungannya beberapa minggu yang lalu dan menyisakan rasa penasaran yang besar. Disinilah Wonwoo, duduk seorang diri disudut bar dengan segelas minuman alkohol rendah.

Jarinya bergerak mengetuk meja dengan gelisah. Ia sengaja tidak memakai scent blocker, bodoh memang. Sudah berapa kali ia mendapati beberapa alpha yang melirik tertarik padanya. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, tapi ia sungguh penasaran dengan kejadian waktu itu. Feeling-nya berkata bahwa ia akan bertemu lagi dengan 'dia' jadi Wonwoo memaksimalkan semua persiapannya. Tidak memakai scent blocker juga termasuk salah satu rencananya.

Mata tajamnya berpendar menyisir ruangan. Ia bisa merasakan beberapa pasang mata sedang mengawasinya entah dimana. Hatinya gelisah, terlebih tatapan lapar para alpha yang terus menghujaninya. Wonwoo berdiri, melangkahkan kakinya menuju toilet. Sepasang iris gelap mengamatinya di tengah keramaian.

~•~

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi Wonwoo yang tengah mencuci tangan. Seorang pemuda tinggi masuk dan terang-terangan menatapnya. Masa bodoh, Wonwoo mengambil langkah sebelum tangannya di cengkeram oleh pemuda itu yang tanpa basa basi mengendus aroma Wonwoo dari punggung tangannya. Wonwoo menarik kuat tangannya, menatap nyalang pemuda itu.

"Apa kau tau sopan santun?!!" Tanyanya ketus.

Pemuda itu tidak menjawab, masih pada wajah datarnya. Sungguh Wonwoo takut, dalam hati merutuki kelakuan bodohnya yang tidak memakai scent blocker. Pergi ke bar sama saja masuk kedalam sarang serigala lapar.

"Apa kau sadar aroma-mu memenuhi seisi ruangan hingga sesak."

Pemuda itu berjalan maju kearah Wonwoo yang otomatis melangkah mundur. Sungguh Wonwoo sangat takut hingga bulir keringat membasahi pelipisnya. Aura intimidasi alpha itu membuatnya tidak bisa berkutik, omega dalam dirinya menggerung takut. Menangis dalam hati meminta pertolongan pada sang Dewi. Ketika ia semakin terpojok, suara pintu yang dibuka dengan keras membuat keduanya menoleh. Sedetik kemudian aroma yang begitu menyengat memenuhi toilet. Pemuda yang mengukungnya tiba-tiba tunduk melemah. Wonwoo mencium aromanya, aroma yang membuatnya pusing.

"Pergi."

Singkat, padat, tegas. Satu kata yang mampu membuat pemuda sialan itu melepas kunciannya dan melangkah pergi. Pergi dengan wajah tertunduk, takluk dibawah tatapan tajam seseorang itu. Mata tajam itu kini menatapnya yang bagai tersedot kembali kedunia. Wonwoo tergagap, kejadian barusan terlalu mengejutkan. Pemuda itu menghampiri Wonwoo yang masih shock.

"You okay?"

Oh, suaranya berat tapi juga lembut. Wajahnya sangat rupawan dengan setelan casual yang membalut tubuh tingginya. Wonwoo merasa kecil didekat pemuda ini, Wonwoo merasa dilindungi. Tanpa sadar tangan Wonwoo terangkat menangkup sebelah pipi pemuda didepannya yang tidak menolak sama sekali.

LOUP! | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang